Borong, Vox NTT-Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Benteng Pau, Kecamatan Elar Selatan, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), NTT melakukan usaha kreatifnya dengan memroduksi sandal jepit dan mesin pemeca buah kemiri.
Kepala Desa Benteng Pau Benyamin Raging, mengaku sangat mendukung dan menyambut baik, serta memberikan apresiasi yang tinggi akan hadirnya BUMDes tersebut.
Dikatakannya, BUMDes itu diberi nama Wela Pau. Kegiatan usahanya yakni memroduksi sandal jepit. BUMDes ini juga menghadirkan alat pemecah kemiri.
“Dengan hadirnya BUMDes Wela Pau ini bisa menjawab persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat khususnya angka pengangguran,” kata Kades Benyamin yang ditemui belum lama ini.
Dia juga menjelaskan, kegiatan itu akan terus ditingkatkan melalui penambahan modal dari dana desa. Suntikan dana desa dilakukan agar usaha itu tetap berjalan dengan baik dan lancar.
“Kegiatan ini awalnya melakukan kesepakatan bersama antara Pemerintah Desa Benteng Pau dengan seluruh masyarakat Dese Benteng Pau untuk membuat BUMDes, karena kami sangat percaya bahwa dengan kehadiran BUMDes maka dapat meningkatkan ekonomi masyarakat Desa Benteng Pau ke arah yang lebih baik,” kata Kades Benyamin.
Diakuinya, penyaluran dana desa Benteng Pau di tahun 2019 sebesar 1,3 miliar. Selanjutnya, alokasi dana untuk BUMDes sebanyak 100 juta.
Pihak Benyamin tetap mendukung kegiatan itu, agar ke depan BUMDes yang ada di Desa Benteng Pau tetap maju dan bisa menjawab masalah yang terjadi di masyarakat, khususnya angka pengangguran.
Selain menjawab angka pengangguran, tambah Benyamin, BUMDes Wela Pau juga bisa menambah Pendapatan Asli Desa (PADes) Benteng Pau.
“Dasar kami mendirikan BUMdes ini adalah untuk menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat Desa Benteng Pau yang belum mendapatkan pekerjaan,” tuturnya.
Benyamin berharap BUMDes ini tetap berjalan agar bisa meningkatkan ekonomi masyarakat dan PADes Benteng Pau.
Sementara itu, Direktur BUMDes Wela Pau Ferdinandus Koret menjelaskan, di Desa Benteng Pau angka pengangguran sangat tinggi.
Dengan melihat kondisi itu, kata dia, maka Pemerintah Desa berinisiasi membentuk BUMDes, dimana salah satu kegiatannya adalah membuka usaha sandal jepit dan alat pemeca kemiri.
Usaha ini, lanjutnya, dilakukan untuk bisa menjawab tuntutan maupun masalah pengangguran yang terjadi di desa Benteng Pau. Hal itu agar ke depan bisa lebih baik, maju dan bebas dari masalah pengangguran.
“Hal mendasar yang kami lakukan dalam usaha BUMDes ini adalah, melakukan kajian mendasar dan kami memilih inovasi ini karena dasar pertamanya adalah menciptakan lapangan pekerjaan,” ungkapnya.
Ferdinandus menjelaskan, dari produsi yang dihasilkan sudah dipasarkan bahkan dipesan oleh desa-desa lain.
“Kemarin kami mengikuti kegiatan Bursa Inovasi Desa di Kecamatan Borong dan hasil sandal yang kami produksi di sana hampir semuanya habis terjual. Rata-rata hasil produksi yang kami kerjakan mencapai 150 pasang sandal,” ungkapnya.
Kata dia, harga sandal yang diproduksi oleh BUMDes Wela Pau ini sebesar Rp 10.000, baik yang berukuran kecil, sedang, maupun besar.
Ferdinandus berharap produksi sandal jepit itu, semakin baik dan meningkat.
“Nantu bisa datang dan memesan di Desa Benteng Pau karena sandal hasil produksi BUMDes Wela Pau tidak kalah saing dengan hasil produksi yang datang dari luar,” tukasnya.
Terpisah, pendamping Desa Benteng Pau Marianus Kesman mengaku bangga dan senang. Sebab ide pembentukan BUMDes itu melalui kajian dan pendamping. Marianus mengaku punya peran untuk mencari informasi ke berbagai pihak demi membentuk BUMDes Wela Pau.
“Saya sangat bangga dengan Kepala Desa Benteng Pau, dimana mereka secara transparan mengalokasikan dana seratus juta sehingga BUMDes Wela Pau ini ada dua unit pengelola usaha yaitu produksi mesin pemecah kemiri dan usaha produksi sandal jepit yang dikerjakan oleh masyarakat sendiri,” terang Marianus.
Kemudian lanjut Marianus, jauh sebelumnya pihak pemerintah Desa Benteng Pau sangat merespon terhadap instruksi Menteri Desa untuk pembentukan BUMDes menuju desa mandiri.
“Karena pada dasarnya ke depan desa-desa yang ada di Indonesia tidak lagi bergantung dengan dana desa. Mereka memiliki pendapatan asli desa yaitu dari BUMDes karena dengan kehadiran BUMDes khususnya usaha pabrik sandal ini dan mesin pemecah kemiri ke depan akan menjadi faktor penunjang dan bisa meningkatkan pendapatan asli desa Benteng Pau,” ujarnya.
Dia pun berharap semua pihak bisa mendukung sekaligus membeli produk sandal jepit hasil produksi BUMDes Wela Pau agar tidak lagi bergantung pada produksi dari luar Manggarai.
Kata Marianus, dari empat desa yang ia damping selama ini, sudah siap untuk membentuk BUMDes.
“Ada dua desa yang sedang menjalankan kegiatan BUMDes yakni Desa Benteng Pau dan Desa Golo Wuas. Di Desa Golo Wuas mereka berorientasi kepada usaha produksi tepung kopi Golo Wuas,” ucapnya.
Untuk sementara, kata dia, mereka akan memroduksi tepung kopi di bulan September mendatang karena ada kendala pemasangan instalasi mesin dan alokasi dana untuk BUMDesnya sebesar dua ratus juta lebih.
Marianus menjelaskan, melalui kegiatan itu pemerintah desa terus memberikan dukungan melalui alokasi modal.
“Berbagai kekurangan BUMDes perlu difasilitasi oleh dana desa agar semua masyarakat yang ada di desa tidak susah dan tidak bergantung lagi dengan produk yang datang dari luar,” ujarnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba