Kupang, Vox NTT-Meskipun genderang suksesi kepemimpinan di kabupaten Manggarai belum ditabu secara resmi oleh KPU, percakapan seputar bakal calon yang kemungkinan akan tampil di mulai menjalar kemana-mana.
Bersamaan dengan itu, jurus politik perkubuan seturut identitas kandidat mulai dilakoni pula oleh sejumlah petualang politik.
Terlepas dari siapa mereka, salah satu pertanyaan menarik terkait dengan itu adalah bagaimana karakteristik kepemimpinan yang mesti diterapkan pemimpin Manggarai masa depan.
Menengarai pertanyaan itu, salah satu akademisi asal Cibal, Manggarai, Prof. Frans Bustan punya pandangan tersendiri.
“Saya mencoba melakukan cakap semuka dengan sejumlah warga masyarakat Manggarai di Ruteng beberapa pekan silam. Hasil cakap menunjukkan kepemimpinan Manggarai masa depan bercorak hybrid karena mesti terpadu dalam satu kesatuan gaya partisipatif, transformasional, dan melayani,” jelas Prof Frans saat dihubungi VoxNtt.com Jumat (13/09/2019).
Terkait dengan itu, beberapa aspek penting yang menurut dia menjadi sasaran perhatian.
Pertama, terciptanya suasana persahabatan dan saling percaya antara pemimpin sebagai atasan dan staf sebagai bawahan.
Jika semakin kuat rasa percaya di antara pihak-pihak, maka mesin birokrasi dapat berjalan dengan cepat serta mendapatakan hasil yang maksimal.
Demikian juga sebaliknya, kalau derajat kepercayaan semakin rendah, maka mesin birokrasi akan mandeg dan tentu akan berdampak pada perlambatan mobilitas kesejahteraan rakyat.
Kedua, lanjut Prof Frans, pemimpin harus menjadi sumber inspirasi perubahan positif dan memiliki semangat positif agar bawahan lebih energik.
“Sayangnya tidak semua pemimpin mampu menjadi inspirator. Ada banyak pemimpin yang tidak mampu menjalankan leadership dengan baik, sehingga bawahannya tidak mengikuti arahannya,” tutur Frans.
Menurut Prof Frans, inspirasi seorang pemimpin itu muncul dari kualitas dan kecakapan dirinya. Hal itu tercermin dari imajinasinya dalam membangun daerah serta keteladanan yang baik.
Ketiga, pemimpin tampil sebagai pelayan.
Pemimpin-pelayan (Servant Leader) menurut Prof Frans adalah ia yang lebih mengutamakan kebutuhan dan kepentingan rakyat di atas dirinya.
Orientasi pemimpin pelayanan ialah semangat mengabdi bagi kebaikan bersama (bonum commune).
Keempat, harus mampu membaca tanda-tanda zaman.
Saat ini menurut Prof Frans, dunia sedang mengarah pada penyatuan global. Itu ditandai dengan lahirnya revolusi industri 4.0 di mana terdapat 3 karakteristik utama yakni internet di mana-mana, kecerdasan buatan dan big data.
Menurut dosen pascasarjana Universitas Nusa Cendana ini, pemimpin yang mampu membaca tanda-tanda zaman ialah pemimpin peka dan cepat beradaptasi dengan perubahan yang begitu cepat.
“Ia mampu menetaskan program-program investasi sosial yang dapat membuat rakyatnya mampu bersaing di kancah nasional bahkan global. Salah satu peluang yang sekarang ada di depan mata ialah geliat pariwisata di Manggarai. Jika tidak dipersiapkan dengan baik, maka kita akan ketinggalan dan hanya menjadi penonton semata” jelasnya. (VoN).