Mbay, Vox NTT- Festival Literasi Nagekeo tahun 2019 digelar pada 27 – 30 September 2019.
Salah satu kegiatan untuk mengisi persiapan festival ini ialah lomba pantun bahasa daerah. Perlombaan berlangsung di Aula kantor Dinas Perpustakaan Daerah Kabupaten Nagekeo, Rabu (25/09/2019).
Informasi yang dihimpun, terdapat 8 peserta dari berbagai kecamatan unjuk kebolehan dalam mendaraskan berbagai pesan dan kearifan yang hidup di berbagai komunitas adat.
Satu-satunya ASN yang ikut berlomba adalah Gaspar Taka, yang saat ini menjabat sebagai Kabag Humas pada Setda Kabupaten Nagekeo.
Ia terkenal dengan kepiawaian berpuisi dengan kata-kata indah.
Dari para peserta tersebut juga terdapat seorang pemuda yang mengaku sangat mencintai syair-syair dalam khazanah bahasa daerah Nagekeo. Dia adalah dari Fauzan (28) dari Aloronga, Kelurahan Mbay I, Kecamatan Aesesa.
“Kalau dulu saya di bagian pukul gong saat acara-acara seperti penyambutan imam baru ataupun MTQ. Bertepatan dengan festival literasi, saya merasa saatnya para pemuda melakukan regenerasi agar kearifan-kearifan dari budaya Nagekeo tetap terpelihara, saya memilih pantun,” ungkapnya penuh semangat usai lomba.
Fauzan lantang membawakan syair dengan diselingi nyanyian merdu.
Berikut 16 pantun yang berhasil diucapkan saat perlombaan:
Sa mega sama ti’i bako dheka,
Mega sa sama tii uta ka.
(Artinya: Tegur-sapa dan salam menjadi dasar adat budaya)
Moi loda guna mona
Welu bhada tau apa
Oko wai ana moo jadi kita ata ngai da.
(Artinya: Simpan barang-barang berharga tidak ada gunanya, sekolahkan anak menjadi manusia cerdas)
Sura baca dheo na’a
Baca sura dheo tuga.
Ne’e ulu ijasa,
Wee tau sura baca.
(Artinya, Jangan dulu pacaran semasih sekolah, ada pekerjaan baharu berumah tangga)
Uma zale ghoe,
Ngusa mu foe.
Gegi ana mori,
Tau pasa tosi.
(Artinya, bekerja samalah untuk mencapai kesuksesan)
To’o jogho,
waga sama.
Kolo satoko,
Tali satebu.
Bhila tali delu telu.
(Artinya, Hidup harus bergotong-royong, senasib sepenanggungan)
Go moko ma’e bhogo
Go ata ma’e laga
Go moko ma’e ngo
Go ata ma’e ala
(Artinya, Jangan mengingini dan mengambil milik orang lain)
Sezu benu detu,
Riwu be’o zebu-zebu.
Pata laga mala,
Ngusa be’o sama-sama.
(Artinya, Sama-sama tahu, sama-sama rasakan- transparansi)
Jara bhara gero,
logo bowo rewo.
Teo rewo oka,
Logo laza mona.
(Artinya, Kerja tanpa inovasi dan kreativitas akan gagal)
Pata peka mena
Sezu zebu zale
Uta ma’e sua
Watu ma’e wage.
(Artinya, Apa yang sudah diucapkan sebagai komitmen, haram ubtuk ditarik kembali)
Ame jogo kita poko oko
Miu zele wolo
Kami zili lowo
Negha wadho kodho.
(Artinya, Sama-sama berupaya dan berusaha, hasil dinikmati sendiri)
Zeta ulu bhila nunu da kaka wutu,
Kita ngusa mutu mumu.
Lau eko bhila feo da ada eo,
Kita ngusa papa dheko.
(Artinya, Musyawarah untuk mencapai mufakat)
Ulu papa pulu
Eko papa pongo
Pulu nu’u nu’u
Pongo bholo-bholo.
(Artinya, Bersatu kita teguh bercerai kita runtuh)
Nunu meze mena
Negha boka peka
Toni tebu wali
Molo goo ngai.
(Artinya, Patah tumbuh hilang berganti, banyak yang mati muncul lain lagi)
Sekolah kita mogha-mogha,
Guru pati kota ma’e walo mogha.
(Artinya, Agama kita sama-sama)
Tua baca ngaza kita maso surga.
(Artinya, Belajar tekun hidup berakhlak, pasti sukses di dunia dan di surga)
Poke pana
Wela delu
Teka aa
Zia zebu
(Artinya, Orang yang suka mencari-cari kesalahan orang lain (iri hati), sama halnya memberikan berkah berlimpah kepada musuh)
Dua nuka-nuka
Bhila lako kiki usa
So laju wa’u
Bhila me go reme manu.
(Artinya, Orang serakah dikutuk Tuhan)
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Ardy Abba