*)Puisi-puisi Anugrah Gio Pratama
Akan Lahir Puisi Sendu dari Tanganmu
untuk Maisyarah
Aku tahu bahwa kau mencintai puisi
seperti benih yang mencintai hujan
atau seperti dunia yang mencintai kefanaan.
Aku tahu bahwa kau ingin mahir merajut kata-kata
agar sepimu tampak lebih puitis dari biasanya,
agar air matamu lebih abadi daripada setangkai bunga,
agar kau mampu mendamaikan perang
yang telah lama berkecamuk di dalam dada.
Aku percaya, suatu saat
akan lahir sebuah puisi sendu dari tanganmu
yang jauh lebih resah ketimbang
beribu kebahagiaan yang pernah aku miliki
selama ini.
Kau Adalah Penyair
untuk Noribadah
Kau adalah penyair yang merawat luka dan cerita.
Tangan-tanganmu serupa pena yang gemetar
mengabadikan peradaban.
Matamu bagai lampu jalan
yang menyorot langkah-langkah kehidupan.
Pikiranmu dipenuhi bunga
dan sebagian yang lain dipenuhi duri.
Sisa usiamu telah menjelma kata-kata
yang tumpah bersama sunyi yang terus
merekahkan kelopaknya ke ujung bumi.
Kau adalah penyair yang merawat luka dan cerita.
Melihat Latihan Drama
untuk Putri Indah M.
Malam itu, ada suara yang dipalsukan,
gerak tubuh yang dipaksakan, serta raut wajah
yang penuh dengan kebohongan.
Aku dan kau hanya duduk saja
dan tak tahu apakah malam itu
adalah malam yang indah atau tidak.
Tapi kita sama tahu bahwa yang indah adalah cinta
dan beberapa bait puisi yang fana.
Untuk Ainun
Nun, aku sering melihatmu membawa buku
dan membacanya. Tapi jujur aku sama sekali
tak tahu bagaimana masa depanmu nanti.
Mudahan saja masa depanmu adalah kata-kata
yang merangkai bunga-bunga di dalam puisi.
Mudahan saja masa depanmu adalah kalimat-kalimat indah
yang penuh dengan arti.
Tetaplah membaca, Nun.
Tetaplah membaca kehidupan
yang fana ini.
Antara Kopi dan Mimpi
untuk Ariska Oktaviani
Jauh di dalam masa laluku.
Kau adalah keindahan yang bergeliat.
Yang liar. Yang hinggap di ranting-ranting angan.
Kau adalah kemewahan
yang belum pernah ada di dalam puisi.
Kau adalah sepasang mata yang menyala
di kegelapan mataku.
Aku ingin meminangmu dengan kalimat yang resah.
Tapi kau mencintai ketenangan.
Dan aku sadar. Takdir adalah jarak yang memisahkan
antara aku yang berperan sebagai kopi
dan kau yang berperan sebagai mimpi.
***
Tentang Penulis
Anugrah Gio Pratama lahir di Lamongan pada tanggal 22 Juni 1999. Sekarang ia sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Ia mengambil program studi Pendidikan Bahasa Indonesia di sana. Puisi-puisinya termuat di beberapa antologi bersama. Karyanya yang akan terbit pada tahun 2019 ini berjudul Puisi yang Remuk Berkeping-keping (Interlude).
Nomor Ponsel: 081513650233
Akun Sosial Media
Instagram: @Penyair_Gio