Oleh: Yoss Gerard Lema
Wartawan, Penulis, Novelis Tinggal di Kota Kupang-NTT
TEPAT pukul 00.01. Tengah malam. Tanggal 20 Oktober 2019. Gunung-gunung: Rinjani, Semeru, Agung, Iya, Jaya Wijaya, dll terjaga. Semua kepulkan asap putih. Mereka berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
Malam itu, laut pun sama. Diam dan tak bersuara. Semua sujud pada Yang Maha Kuasa. Hutan belantara mengambil sikap berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
Sungai-sungai dan danau-danau pun memanjatkan doa kepada Yang Maha Kuasa. Danau Kelimutu airnya berubah menjadi putih bersih. Semoga Tuhan mendengar semua permohonan yang dipanjatkan kepada-Nya.
Jutaan hektar sawah-ladang dari timur ke barat, utara ke selatan khusut berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Semua sujud sampai ke tanah seperti filosofi padi, semakin berisi, semakin merunduk. Doa mereka sampai ke telinga Yang Maha Kuasa.
Fauna dan margasatwa semalam suntuk dalam hening dan sepi. Mereka khusut berdoa kepada Yang Maha Kuasa. Sesekali dikagetkan oleh suara burung hantu.
Dan dari atas langit, miliaran bintang-bintang berkata-kata dalam diam. Bulan pun diam. Tak ada meteor yang jatuh semalam. Semuanya khusut berdoa kepada Yang Maha Kuasa.
Dan 17.000-an pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, Miangas sampai pulau Rote, berdoa dengan penuh air mata. Mereka membungkus bangsa dan negaranya dengan harapan damai sejahtera di seluruh negeri.
Karunia Hikmad
Semalam, langit, bumi nusantara bersatu padu dalam doa. Semua meminta kepada Yang Maha Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi agar memberkati Jokowi dan Ma’ruf Amin dengan karunia hikmad. Hikmad yang memancar seperti mentari di rembang pagi. Disanalah Roh Tuhan bersemayan.
Pada titik inilah alam raya nusantara ingin Jokowi dan Mar’uf Amin menjadi Presiden dan Wakil Presiden yang setiap saat mencahayai nusantara. Sebab Indonesia diciptakan Tuhan sebagai bangsa yang terunik di dunia.
Tidak ada bangsa lain di kolong langit ini yang beragam seperti Indonesia. Beragam budayanya, adat istiadatnya, bahasanya, tariannya, lagu daerahnya, apa lagi agamanya. Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konfucu, serta agama lokal lainnya, serta aliran kepercayaan.
Indonesia ibarat taman terindah dengan aneka bunga warna-warni. Dunia tercengang, terbius, terpesona. Maka banyak tangan asing yang ingin merusaknya. Ingin menghancurkannya. Di titik inilah alam raya Nusantara ingin agar Jokowi-Amin lebih berani. Lebih strong leader.
Apel Siaga Di Ende
Di tengah alam raya Nusantara yang berdoa, ternyata di Ende-Pulau Flores, Bung Karno, Sang Proklamator mengadakan doa bersama para arwah Pahlawan Kusuma Bangsa di bawah pohon sukun bercabang lima di bibir pantai Kota Ende. Yang menjadi komandan upacara adalah Marilonga dan Bhara Nuri pahlawan lokal Ende-Lio yang gagah perkasa mengusir penjajah Belanda.
Di puncak doa, almarhum Wage Rudolf Supratman memimpin lagu Indonesia Raya. Lagu itu bergema ke seluruh pelosok Nusantara.
Bung Karno dan seluruh arwah para pahlawan menyanyi dengan penuh semangat sambil meneteskan air mata. Air mata mereka tumpah ruah di seluruh pulau-pulau.
Dan ketika lagu Gugur Gugur Bunga mengalun sendu, Bung Karno dan seluruh arwah para pahlawan benar-benar menangis dalam kepiluan. Bung Karno berteriak kencang ke langit. Suaranya menggelegar di seluruh pulau-pulau.
Ada rasa sakit yang menyayat. Sakit, yang benar-benar sakit. Bung Karno dan seluruh arwah tidak bisa menerima ketika segentir anak bangsa ingin mengganti Pancasila dengan ideologi asing.
Sehingga ketika teks Pancasila dibacakan di penghujung upacara, Bung Karno benar-benar meneteskan air mata darah. Dan itulah tugas berat yang harus diemban Jokowi-Amin dalam lima tahun memimpin Indonesia kedepan.
Semoga…semoga….semoga. Selamat kepada Jokowi dan Amin. Yakinlah, Firman Tuhan melindungi kalian berdua. Amiiin .