Ende, Vox NTT-Kepala Kantor Kementerian Agama Ende, Wilhelmus Yohanes Ndoa mengatakan pesantren saat ini tidak hanya sebagai tempat untuk mendidik insan akademis.
Tetapi sebagai wadah untuk mendorong perdamaian dunia. Sebab, isu perdamaian diangkat berdasarkan fakta bahwa sejatinya pesantren adalah laboratorium perdamaian.
Wilhelmus mengatakan sebagai laboratorium perdamaian, pasantren merupakan tempat menyemai ajaran Islam rahmatanlilalamin, Islam ramah dan moderat dalam beragama.
“Sikap moderat dalam beragama sangat penting bagi masyarakat yang plural dan multikultural. Semangat ajaran inilah yang dapat menginspirasi Santri untuk berkontribusi merawat perdamaian dunia,” kata Wilhelmus saat apel memperingati Hari Santri Nasional (HSN) di Pondok Pesantren An Nur Center Ende, Flores, NTT, Selasa (22/10/2019).
Ia menyebutkan sembilan alasan dan dasar mengapa pesantren layak disebut sebagai laboratorium perdamaian.
Pertama, kesadaran harmoni beragama dan berbangsa. Kedua, metode mengaji dan mengakaji. Ketiga, para santri biasa diajarkan untuk khidmah (pengabdian. Keempat, pendidikan dan kemandirian, kerja sama dan saling membantu dikalangan santri. Kelima, gerakan komunitas dan sastra tumbuh subur di pesantren.
Keenam, lahirnya beragam kelompok diskusi dalam skala kecil maupu besar untuk membahas hal-hal remeh sampai yang serius. Ketujuh, merawat khazanah kearifan local. Kedelapan, prinsip maslahat (kepentingan umum) merupakan pegangan yang sudah tidak bisa ditawar lagi oleh kalangan pesantren. Kesembilan, penanaman spiritual.
Wilhelmus menegaskan, sebagai laboratorium perdamaian pesantren memiliki andil yang besar dalam mendidik santri-santri masa kini. Hal itu agar para santri memiliki karakter yang baik dalam membawa pesan perdamaian.
“Diharapkan kaum santri dapat memberikan inspirasi perdamaian, tidak saja untuk sesama umat manusia atau sesama bangsa. Tetapi juga untuk masyarakat dunia. Selamat hari santri 2019, santri Indonesia untuk perdamaian dunia,” kata Wilhelmus.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba