Ruteng, Vox NTT- Yayasan Mariamoe Peduli (YMP) Ruteng menggelar pelatihan teknik pertanian tangguh di Kantor Desa Pangga, Kecamatan Kuwus, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada 30 November 2019 lalu.
Dalam pelatihan ini YMP didukung oleh Global Network Of Civil Society Organisations for Disaster Reduction (GNDR).
GNDR sendiri merupakan jaringan organisasi internasional terbesar yang berkomitmen untuk bekerja sama untuk meningkatkan kehidupan orang-orang yang terkena dampak bencana di seluruh dunia.
Pelatihan ini adalah tindak lanjut dari rekomendasi aksi, setelah YMP melakukan survei kerentanan bencana di Desa Pangga dan Desa Wajur, Kabupaten Manggarai Barat.
Project Manager YMP Micelyn Amelia Ngamput dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, Minggu (08/12/2019), mengatakan pelatihan ini diikuti oleh 25 masyarakat petani dari 4 Dusun. Keempatnya yaitu Dusun Leda, Dahang, Lambur dan Balo.
Ia mengaku, saat itu hadir juga sekretaris desa dan aparat desa Pangga.
Micelyn menjelaskan, hasil studi YMP memperlihatkan terjadinya bencana kelaparan.
Bencana kelaparan itu disebabkan oleh rusaknya beberapa areal pertanian akibat longsor pada saat curah hujan yang sangat tinggi.
Penyebab lain yakni matinya tanaman pertanian pada musim kemarau. Tanaman pertanian mati akibat kekurangan air.
Menurut Mycelin, Kondisi ini menyebabkan sebagian petani kehilangan sumber penghidupan yang berasal dari hasil sawah dan tanaman perdagangan.
Dikatakan, pelatihan ini melibatkan tenaga ahli pertanian tepat guna Rikardus Roden.
Roden menjelaskan teknik pertanian tangguh adalah teknik pertanian yang adaptif dengan perubahan iklim.
Tujuannya untuk meningkatkan resiliance petani terhadap perubahan iklim dengan memenfaatkan limbah pertanian sebagai sumber energi dan pupuk.
Pilihan adaptasi yang dimaksudkan adalah pemanfaatan arang sekam sebagai satu cara meningkatkan efisiensi penggunaan air pada kondisi ekstrem kering. Kemudian untuk stabilisasi air tanah pada kondisi intensitas curah hujan sangat tinggi.
Pada kesempatan yang sama Direktur YMP Albina Redemta Umen, menjelaskan pertanian tangguh bertujuan untuk meningkatkan ketahanan ekonomi dan pangan dari masyarakat pada kondisi iklim ekstrem kering yang berlangsung selama 7 bulan.
“Kegiatan yang sama akan juga dilakukan di Desa Wajur pada bulan Desember ini,” kata Albina.
Antonius Hantol, salah seorang peserta pelatihan dari Dusun Leda, mengaku curah hujan yang tinggi dan musim kemarau yang panjang di Desa Pangga terjadi pada tiga tahun terakhir.
Kondisi ini yang menyebabkan hasil pertanian sawah dan tanaman perdagangan menurun. Akibatnya, pendapatan ekonomi pun ikut menurun.
Hantol mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada YMP dan GNDR yang telah membagi ilmu hebat ini kepada petani di Desa Pangga. Dia pun berharap mereka tetap didampingi ke depannya.
Penulis: Ardy Abba