Kupang, Vox NTT-Siswa Seminari Menengah Bunda Segala Bangsa (BSB) Maumere diduga dipaksa mengecap kotoran teman seangkatan oleh dua orang senior. Para siswa tersebut berasal dari kelas VII SMP Seminari BSB.
Tidak main-main, jumlah keseluruhan yang disiksa ialah sebanyak 77 siswa. Sementara itu, dua senior tersebut adalah siswa Kelas XII SMA Seminari BSB.
Kasus tersebut terungkap ke publik, setelah beberapa orang tua murid memilih melaporkan tindakan keji tersebut ke media pada Selasa (25/2/2020).
Kejadian ini pun menjadi perbincangan berbagai kalangan di NTT baik itu lewat Facebook, Twitter, maupun berbagai grup WhatsApp.
Berikut 6 fakta yang berhasil dihimpun VoxNtt.com:
Pertama, Seorang Siswa Menyembunyikan Feses di Lemari Kosong
Kejadian ini bermula ketika seorang siswa kelas VII membuang kotorannya ke dalam plastik, lalu disembunyikan di salah satu lemari kosong pada Rabu 19 Februari 2020.
Hingga kini belum diketahui alasan siswa tersebut menyembunyikan tinja tersebut.
Sekitar pukul 14.00 Wita (usai makan siang), dua orang kakak kelas XII menemukan kotoran tersebut. Sore itu mereka bertugas membersihkan kamar unit siswa kelas VII.
Melihat hal itu, dua orang siswa kelas XII (pelajar SMA) mengumpulkan para siswa kelas VII untuk mencari tahu, pelaku yang membuang kotoran di tempat tersebut.
Lantaran tidak ada yang mengaku, kedua senior tersebut naik pitam dan memaksa para yunior untuk ‘mencicipi’ kotoran yang diduga milik teman seangkatan mereka sendiri dengan menggunakan sendok makan.
Kedua, Senior Meminta Kejadian Itu Dirahasiakan
Kakak kelas XII usai insiden itu, meminta kepada para yuniornya untuk merahasiakan kejadian itu kepada para pembina (pastor dan frater) dan orang tua.
Peristiwa itu baru diketahui para pembina pada Jumat 21/02/2020 dari salah satu siswa kelas VII yang datang mengadu bersama kedua orang tuanya.
Mendengar pengaduan tersebut, para pembina langsung mengumpulkan siswa kelas VII dan memanggil dua kakak kelas XII guna dimintai keterangan.
Ketiga, Pertemuan Bersama Orang Tua
Menanggapi kejadian itu, para pembina kemudian mengadakan rapat bersama siswa, orang tua, dan kedua kakak kelas tersebut pada 25 Februari 2020. Pertemuan ini bermaksud agar kasus ini dibicarakan secara terbuka dan jujur.
Keempat, Seminari Meminta Maaf
Di hadapan para orang tua, pihak seminari meminta maaf sekaligus mengumumkan sanksi kepada kedua kakak kelas tersebut.
Sementara untuk para korban (siswa kelas VII), akan didampingi lebih lanjut oleh para pembina guna memulihkan mental dan menghindari trauma.
Kelima, Pihak Seminari Keberatan dengan Term “Makan”
Dalam rilis yang diterima VoxNtt.com, pimpinan Seminari Maria Bunda Segala Bangsa, Pastor Deodatus Du’u, keberatan dengan terminologi “Makan” yang ditulis media.
Berdasarkan investigasi pihak seminari, term yang benar ialah “MENYENTUHKAN” sendok yang berisi fases pada bibir dan lidah siswa kelas VII.
Keenam, Para Pembina (Pastor dan Frater) Tidak Terlibat
Peristiwa ini tidak dilakukan oleh para pastor dan frater, melainkan oleh dua orang kakak kelas XII. (VoN).