Pemudik memang menjadi pemicu huru-hara di Sikka. Namun adakah jaminan ekonomi dan kesehatan bagi perantau jika memang mereka diharapkan untuk tetap bertahan? Jika mereka diistirahatkan sementara dari pekerjaannya, siapa yang menanggung keluarga tercinta di kampung halaman?
Jawaban akhirnya adalah dilema. Kalau mau jujur, ‘dilema’ sesungguhnya menggambarkan ketidakpastian kebijakan dan informasi yang terjadi selama ini. Kita lamban mengantisipasi berbagai dampak sejak awal.
Bayangkan saja, sampai saat ini belum ada kesepahaman antara pemda dan pemerintah pusat terkait kebijakan penutupan bandara dan pelabuhan. Pemda menginginkan penutupan sementara di sisi lain pemerintah pusat terus bersikap longgar.
Soal mudik pun demikian, antar presiden dan menterinya masih tak sepaham, begitu pula antara pemerintah pusat dan daerah.
Hal lain misalnya soal protokol pencegahan. Dulu, Menkes bilang, cuma orang sakit yang pakai masker, namun sekarang ia sendiri sering tampil pakai masker. Masih banyak lagi informasi yang keluar begitu saja, dibiarkan mengendap tanpa kepastian.
Anehnya, di saat ketidakpastian informasi, himbauan agar masyarakat tetap tenang dan jangan panik terus diucapkan. Bagaimana tidak panik kalau informasi saja tak pasti?
Bagaimana tidak takut, kalau koordinasi antar Pemda dan pemerintah pusat masih kocar-kacir? Bagaimana tidak cemas kalau APD untuk petugas medis saja masih kurang di daerah?