Borong, Vox NTT- Frans Damur petinju asal Manggarai Timur (Matim) yang berdomisili di Surabaya, Provinsi Jawa Timur terancam batal mengikuti pertandingan tinju tingkat internasional lantaran ketiadaan biaya.
Frans Damur adalah putra kelahiran Wuas, Desa Rende Nao, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Matim.
Frans mengaku dalam waktu dekat ini ia berencana akan mengikuti pertarungan tinju tingkat internasional.
Namun, cita-cita sebagai petinju internasional terancam pupus karena keterbatasan biaya atau finansial.
Sebab itu, ia berharap kepada Pemerintah Provinsi NTT dan Pemkab Matim untuk mendukung cita-citanya sebagai petinju menuju pertarungan di kancah internasional dalam waktu dekat ini.
“Saya sangat membutuhkan bantuan dari Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, agar cita-cita yang saya perjuangkan selama ini tidak sia-sia,” ujar Frans kepada VoxNtt.com, Minggu (26/04/2020) sore.
Menurut Frans, sebagai putra kelahiran Matim tentunya membutuhkan perhatian dari Pemkab Matim demi tercapainya cita-cita yang selangkah lagi menuju kancah internasional.
Karena dari sekian tahun ia perjuangkan karir, khususnya di dunia tinju tidak sedikitpun mendapat bantuan dari Pemerintah Kabupaten Matim.
Frans mengaku, saat menjadi Wakil Bupati Matim, Agas Andreas sering berkomunikasi perihal karirnya. Kala itu ia disuruh membuatkan proposal bantuan dana ke Pemda Matim.
Selain itu, ia juga mengaku pernah berkomunikasi dengan mantan Ketua DPRD Matim Lucius Modo dan anggota dewan lainnya. Tetapi semua komunikasi itu tetap saja tidak ada yang peduli.
Baca: Mengenal ‘Pokemon’, Petinju Muda asal Matim
“Namun beberapa bulan kemudian saya ditelepon oleh salah satu orang yang saya ketemui saat itu, bahwa proposal bantuan dana saya itu ditolak oleh Pemda Matim,” tutur pria kelahiran 04 Agustus 1983 itu.
Hingga saat ini sebenarnya kesempatan bertanding ke kancah internasional sangat terbuka bagi Frans.
Namun masih terkendala biaya. Sehingga saat ini harapan terakhirnya ialah bantuan Pemkab Matim.
Perjalanan Karir Frans sebagai Petinju
Frans mulai mengikuti latihan tinju tahun 2003 tepatnya di Sasana AKAS BC Probolinggo, Jawa Timur. Saat itu ia dilatih langsung oleh Anis Roga.
Proses latihannya mulai dari amatiran. Sebelum terjun ke tingkat tinju profesional, ia mengikuti kejuaraan antar-kabupaten di Jawa Timur dan kejuaran daerah.
“Saat masih amatir terakhir saya bertanding di tahun 2005 di Bangkalan Madura. Saat itu event Kejuarda se-Jawa Timur, saat itu saya dapat medali perunggu,” kisah Frans.
Tak sampai di situ, Frans mengisahkan perjalanan karirnya pada tahun 2006 terjun ke tinju profesional.
Pertama kali bertanding di Sasana PT Semen Gersik. Saat itu, ia kalah angka dari petinju didikan Sasana Sawung Galing Surabaya.
Ketika kalah, pikirannya kacau seakan pengalaman itu sudah cukup untuk bergelut di dunia tinju.
“Tapi hati kecil saya tetap optimis dan meyakinkan diri saya bisa mendapatkan prestasi di kemudian hari,” ungkapnya.
Pertandingan kedua Frans bertarung melawan petinju ternama dan senior dari Sasana Extra Jos Jakarta, mantan juara KTI Indonesia.
Alhasil saat itu ia menang angka dalam 8 ronde dan masuk peringkat nasional.
Dari situ, ia kerap bertanding dan menang hingga tahun 2007 ia pindah ke Jakarta.
Frans pindah karena Sasana AKAS BC bubar. Sesampai di Jakarta, ia bergabung di Sasana Extra Jos Jakarta.
Di Jakarta, Frans bertanding dua kali dan tampil di siaran TV Indosiar. Satu kali di RCTI. Semuanya menang KO dan TKO.
Sayangnya setelah itu, Sasana Extras Jos bubar dan ia kembali ke Jawa Timur dan bergabung di Sasana INRA BC.
Ketika kembali Surabaya, ia bertemu lagi dengan Anis Roga yang kebetulan saat itu sebagai pengelola Sasana INRA BC.
Tidak lama di Sasana INRA BC, Frans gabung lagi di Sasana Roka Tenda BC milik Damianus Wera pria asal Pulau Palue, Kabupaten Sikka, NTT.
Selanjutnya pada tahun 2010 di Sasana Roka Tenda BC, Frans diorbitkan ke Kejuarnas KTPI salah satu badan tinju Indonesia. Saat itu Frans menang angka.
Sejak tahun 2010 sampai 2012, ia menjuarai KTPI. Sedangkan pada tahun 2013 Kejurnas KTI di Kupang, NTT, Frans kembali menoreh kemenangan KO.
Selanjutnya, pada tahun 2015 ia kembali meraih torehan Kejurnas ATI di Surabaya. Lagi-lagi ia menang KO.
“Semua gelaran nasional itu saya lepas tahun 2015 akhir, karena saat itu saya mau diorbitkan Kejuaraan Asia Pasifik di Surabaya Jawa Timur,” katanya.
Frans mengaku pada tahun 2016 ada Kejuaraan Asia Pasifik di Surabaya. Saat itu ia melawan petinju dari Thailand versi badan tinju WPBF. Ia lagi-lagi menang KO di ronde kedua.
Ia juga sempat berlaga di Negara Thailand, Filipina, Jepang, Malaysia, Laos dan Singapura.
“D isana saya pernah lawan mantan juara dunia dan kebanyakan lawan petinju juara Asia,” katanya.
KR: L. Jehatu
Editor: Ardy Abba