SoE, Vox NTT- Isu tak sedap retaknya hubungan Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) Epy Tahun dan Wakilnya Army Konay kembali mencuat ke publik.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) TTS Thomas Lopo, mengakui isu retaknyà hubungan Tahun-Konay sudah lama berhembus.
Hampir semua fraksi di DPRD TTS, katanya, secara kasat mata mengakui akan keretakan hubungan ini.
“Ya kecuali fraksi pendukung mungkin. Namun ini sudah menjadi rahasia umum. Hampir dalam rapat bersama tidak pernah kelihatan Tahun-Konay duduk bersama, kecuali Rabu (20/05/2020). Keduanya tampak kaku dan salah tingkah,” kisah anggota DPRD TTS dari PKB ini yang dikirim ke WhatsApp Group Diskusi VoxNtt.com-TTS, Kamis (21/05/2020) pagi.
Thomas mengatakan, untuk memecah “kesunyian” maka di akhir sidang paripurna dengan agenda Penyampaian dan Pembahasan LKPJ Kepala Daerah TTS, Rabu kemarin,
Bupati Epy Tahun mendaulat Wakil Bupati Konay untuk memimpin doa penutup.
“Tidak seperti biasa. Doa itu tanpa gairah, bahasa tubuh memancarkan penolakan. Lidah keluh dan suara serak menghilang di ujung mik,” katanya.
Dari fenomena ini, tulis Thomas, tesis yang mengemuka paket Tahun-Konay retak.
“Silakan pembaca ajukan anti tesis untuk berdamai di ujung sintesa,” ajak Thomas.
Meski demikian, ia mengatakan pada umumnya paket pemenang periode pertama punya misi khusus untuk 5 tahun ke depan akan tancap gas dan mematok area mainnya.
“Ruang gerak wakil terus dihambat. Tak ada niat tulus wakil diberi peran. Maka matai rantai akses ke bawah wakil diputus sejak tahun pertama. Jadilah wakil ‘menganggur’,” urainya.
Mencermati fenomena ini, tandas Thomas, ia pun mengajak semua pihak untuk belajar banyak dari seni berpolitik paket Christian Rotok- Deno Kamelus di Manggarai.
“Mesra dua periode, dan akhirnya Rotok menolong Kamelus meraih kursi nomor satu saat ini,” katanya.
“Kembali ke paket Tahun-Konay konspirasi yang dibangun apakah berangkat teori konflik dengan basis klas atas menengah bawah (Carl Marx). Di mana kelas atas terus menekan ke bawah, sumber/sarana/produk dihambat dengan kuasa di tangan. Maka terjadi konflik “diam”, Konay bergerak dalam senyap tanpa power,” tutup Thomas.
Penulis: Long
Editor: Ardy Abba