Borong, Vox NTT- Wajahnya berkeriput. Rambutnya memutih. Pria paruh baya itu, perlahan menjejakan kakinya. Ia menapaki tangga, menuju ruangan Kantor Desa Lembur, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Minggu (24/05/2020) siang.
Rupanya ia orang pertama yang diberikan kesempatan untuk menerima bantuan langsung tunai (BLT) yang bersumber dari Dana Desa (DD).
Saat itu, ia mengenakan masker berwarna biru. Kemeja putih dan sarung berwarna hitam. Separuh kepalanya ditutupi topi dingin.
Tampaknya hari itu menjadi peristiwa bahagia baginya. Senyum sumringah pun tergambar dari parasnya.
Nama lelaki tua itu Martinus Njieng. Ia dari Dusun Pandu. Sekira 80-an tahun umurnya. Ema Tinus begitulah sapaan akrabnya.
Ia salah satu lansia yang masih kuat di Desa Lembur. Walau langkahnya pelan dan sedikit membungkuk, namun ia masih sanggup berjalan.
Baca Juga: Nasib Nenek Lusia dalam Pusaran Misi Kemanusian Arsy
Ema Tinus sudah lama hidup menduda. Ia mengaku baru pertama kali mendapat bantuan dari pemerintah. Kali ini, ia mendapat berkat di tengah pandemi virus corona.
“Eghi di dapat bantuan zao. Angen ata puluhan kiwan. Pu”u olo mbae pernah (sekarang baru saya dapat bantuan. Mungkin sudah puluhan tahun. Dari dulu tidak pernah),” ucap Ema Tinus.
Suaranya tak memang begitu jelas. Ia tak banyak bicara. Itulah sebabnya ia memilih untuk meninggalkan kantor desa.
“Terima kasih. Zao terus ga (saya terus sudah). Terima kasih banyak bapak desa,” ucapnya sembari meninggalkan kantor desa.
Kisah Ema Tinus berbeda dengan lansia lainnya seperti Elisabet Taeng. Wanita 80-an tahun itu, tinggal di Kampung Rende. Ia hanya ditemani empat orang cucu.
Ene Taeng demikian warga kampung itu menyapanya, salah satu lansia yang mendapat bantuan BLT Dana Desa.
Baca: Anas Undik, Janda yang Bertahan Hidup di Tengah Gempuran Kemiskinan
Hari-harinya Ene Taeng menghabiskan waktu di atas ranjang. Pendengarannya sudah terganggu. Penglihatannya pun demikian. Tapi ia masih lihai untuk berbicara.
Saat ingin keluar atau sekadar menikmati suasana desa di halaman rumahnya, Ene Taeng harus membutuhkan pertolongan orang lain. Tak lain adalah cucunya. Ia sudah tak sanggup lagi.
Alfons Regar tetangga Elisabet pun bahkan rela menggantikan dirinya, bila pemerintah setempat tidak memberi bantuan kepada wanita tua itu.
Namun rupanya penderitaan Ene Taeng menyentil rasa kemanusiaan Kepala Desa Lembur Yohanes Baos.
Bahkan Kades Yohanes mengantar bantuan ke kediamannya. Keberpihakan seorang kepala wilayah yang baru saja terpilih menjadi Kades itu begitu tampak.
Saat itu, Yohanes didampingi beberapa aparatur desa seolah tak kuat melihat penderitaan Ene Taeng.
Apalagi, derita yang ia alami tak hanya melawan badai virus corona, tetapi penyakit yang kian menggerogotinya.
“Dia memang lansia yang sudah tua. Kita beri bantuan karena Ene Taeng mengalami penyakit kronis. Maka desa dan beserta seluruh jajarannya memutuskan bahwa Ene Taeng mendapat bantaun BLT,” ucap Kades Yohanes.
Selain memberikan bantaun Yohanes juga mengenakan masker untuk wanita yang sudah lama hidup menjanda itu.
Ia pun berharap agar Ene Taeng lekas sembuh, panjang umur dan sehat selalu. Bagi Yohanes keadilan dalam bantuan adalah hal yang paling utama. Apalagi badai virus corona sudah menghantam di segala sendi kehidupan manusia.
Selain Ene Taeng, lansia lainnya yang mendapat bantauan yakni Ester Daghe. Ia seorang janda 82 tahun.
Ene Ester juga menderita sakit. Sudah tiga tahun lamanya. Saat disambangi VoxNtt.com belum lama ini, tampak sebuah ramuan tradisional menempel di bagian testa. Sudah lama ia menderita sakit.
Ia sudah tak lagi sanggup berjalan. Ia uga tak mampu mendengar dengan baik. Butuh suara yang nyaring saat ingin berbicara dengannya.
Beruntung Ene Ester dibantu sang cucu dan keluarga untuk merawatnya. Setidaknya ia masih punya harapan.
Ene Ester pun hanya mengucapkan terima kasih untuk bantuan yang ia terima.
“Terima kasih,” ucap Ene Ester dengan nada pelan.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba