Hujan di Malam Minggu
Malam ini aku ingin pamit
untuk pergi tidur lebih awal
tanpa menunggu waktu yang kau
sebut apik untuk mengobrol
hingga mentari datangkan hari baru
Tak apa,
jika bangun nanti aku harus
membaca pesan sinis darimu,
karena lagi-lagi aku hanya
menemukan salam terakhir
yang sering ditelantarkan
(Ningsih Ye, Januari 2020)
Senja Penuh Duka
Kemarin, pada suatu senja yang tengah mendung berkabung, kulihat seorang gadis dengan wajah pucat pasi, mata berkaca-kaca dan sarung yang basah oleh ratapan, duduk menatap langit sore dibawah gubuk reot miliknya. Aku curiga ia mungkin baru selesai meneguk segelas kopi pahit yang sengaja dibuat kekasihnya. Kini, ia hanya bisa menangis tersedu-sedu seorang diri menyalahkan langit yang ikut mendung dikepalanya. Sudah banyak makian dan kutukan yang ia teriakan sore itu. Entah berapa lama akan begitu.
(Ningsih Ye, 14 Januari 2020)
Tanya dalam Tanda
Saat ada rindu
balasannya adalah bisu
Saat ada tanya
aku tak diberi jawaban
Apa kemarin diamku buatnya jadi beku ?
Aku bingung tentang tanya tanpa peduli
(Ningsih Ye, Januari 2020)
*Ningsih Ye merupakan seorang mahasiswi semester 4 di STFK Ledalero, yang menyukai sastra.