Ruteng, Vox NTT – Warga Lemarang Desa Lemarang, Kecamatan Reok Barat, Kabupaten Manggarai meminta pemerintah agar membangunkan jembatan Wae Kuli.
Kali Wae Kuli terletak di antara Desa Paralando dan Lemarang yang menghubungkan jalan negara pantai utara (Pantura), Reo – Labuan Bajo.
Warga Kampung Lemarang Paulus Kasen, mengatakan tidak adanya jembatan berdampak pada akses transportasi masyarakat.
Selain itu juga berdampak pada roda ekonomi, kesehatan, pendidikan dan urusan pemerintahan.
Sebab, di Lemarang terdapat fasilitas pendidikan yakni SD dan SMP. Selain itu, ada juga fasilitas kesehatan seperti Pustu dan puskesmas yang sementara dibangun.
Apalagi ada siswa dari Dusun Nanga Nae Desa Paralando yang sekolah di Desa Lemarang. Setiap hari mereka harus melintasi Kali Wae Kuli.
Para siswa tersebut terpaksa melintas kendati harus melawan rasa takut dengan air yang masih mengalir.
Bahkan saat musim hujan, siswa dari Desa Paralando baik SD maupun SMP harus diliburkan karena tidak bisa melintasi Kali Wae Kuli, sebab airnya mengalir cukup deras.
“Kalau musim hujan mereka terpaksa diliburkan karena tidak bisa melintas Kali Wae Kuli karena airnya juga cukup deras dan itu membahayakan keselamatan siswa dari sana (Desa Paralando),” ungkapnya kepada VoxNtt.com, Sabtu (01/08/2020).
Sementara dampak terhadap kesehatan kata dia, sangat susah merujuk pasien dari Pustu Lemarang ke Reo maupun ke Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai.
Apalagi, itu merupakan satu-satunya akses dari Desa Lemarang ke Ruteng.
“Pasien dari Desa Lemarang yang mau ke RS Ruteng baik ibu hamil maupun penderita sakit lain tidak bisa melintas terkendala jembatan apalagi kalau musim hujan,” katanya.
Selain itu juga, kata dia, berdampak pada ekonomi masyarakat lebih khusus untuk menjual hasil komoditi.
“Hasil komoditi tidak bisa keluar dari Lemarang ke Reo karena jambatan rusak. Apalagi kalau musim hujan,” ujarnya.
Sering Diusulkan
Terkait pembangunan jembatan tersebut, Paulus mengaku sering mengusulkan kepada pemerintah.
Baik melalui pemerintah desa, kabupaten maupun kepada DPRD Provinsi yang pernah melakukan reses di desa tersebut.
Namun hingga kini usulan tersebut belum direspon oleh pemerintah.
“Kami sering usulkan, tapi lihat saja sampai sekarang belum ada tanda-tanda mau dibangun,” katanya.
Sebab itu, Paulus kembali meminta kepada pemerintah agar mendengar keluhan masyarakat Desa Lemarang.
Sementara itu, Penjabat Kepala Desa Lemarang Heribertus Jehali sebelum memberikan keterangan meminta beberapa wartawan yang kunjungi rumahnya untuk menunjukan identitas.
Setelah semuanya ditunjukan, Heribertus memotret kartu pers dan beberapa wartawan itu menggunakan ponsel miliknya.
Ia mengungkapkan, sekarang ketiadaan jembatan itu tidak terlalu berdampak pada urusan pemerintah.
Namun ketika musim hujan kata dia, hal itu cukup berdampak pada urusan pemerintahan karena putusnya akses transportasi, apalagi di desa itu mengalami susah jaringan telepon.
“Untuk sementara kita masih merasa nyaman saat musim kemarau seperti ini, tapi ketika musim huhan sedikit ada kesulitan,” ujarnya.
Heribertusmengungkapkan kewenangan anggaran untuk pembangunan jembatan tersebut bersumber dari APBN karena jalur itu merupakan jalan negara.
“Kalau APBD II juga tidak bisa, sehingga kita menunggu dari APBN saja. Kenapa sampai jembatan itu belum dibangun karena APBD kita kecil,” katanya.
“Pemerintah daerah punya niat baik untuk mengalihkan jembatan yang ada di Wae Doso, Kecamatan Lelak, gelagarnya akan dibawa ke sini (Wae Kuli II),” tambahnya lagi.
Hanya kesulitan saat itu, kata dia, karena masyarakat tidak merelakan lahannya untuk membangun jembatan darurat.
Sehingga sampai saat ini belum ada kepastian juga untuk membangun jembatan darurat.
“Tapi kalau masyarakat sepakat untuk menyerahkan lahannya, maka gelagar jembatan yang dipindahkan dari Kecamatan Lelak akan dipasang di Wae Kuli II,” ujarnya.
Beruntung sekarang, pemenang tender pembangunan Puskesmas Lemarang membangun bronjong di kali tersebut.
Sehingga masyarakat bisa melintas baik mengunakan sepeda motor maupun mobil.
“Jadi bronjong di sana itu karena hati baiknya pemenang tender pembangunan Puskesmas Lemarang yang sementara dibangun. Mereka membangun itu guna memperlancar distribusi material untuk pembangunan puskesmas,” ujarnya.
Heribertus mengungkapkan pemerintah desa, masyarakat maupun tokoh masyarakat sudah sering mengusulkan untuk membangun jembatan Wae Kuli.
“Kami usulkan itu melalui DPRD Provinsi seperti Pak Vinsen Pata, Ibu Yeni (Yeni Veronika). Tak bosan-bosan kami sampaikan itu untuk mempercepat pembangunan,” ungkapnya.
“Tapi memang jawabannya, sampai Desember tahun 2022 semua infrastruktur termasuk jembatan sudah dibangun semua di jalur Pantura Flores,” tambahnya lagi.
Ia mengungkapkan, pembangunan juga tidak semudah membalikan telapak tangan. Memang banyak usulan masyarakat, tetapi pemerintah melihat mana yang lebih diprioritaskan.
“Saya pikir begini yah, pemerintah desa juga tidak bisa memaksa pemerintah pusat dan kabupaten untuk membangun jembatan. Karena republik ini negara regulasi yah,” katanya.
Namun pantauan VoxNtt.com, beronjong tersebut hanya bisa dilalui saat musim kemarau. kendati musim kemarau, namun air sungai masih mengalir sampai di atas permukaan beronjong tersebut.
Apalagi jembatan darurat yang dibangun masyarakat setempat sudah tidak bisa lagi dilalui sepeda motor karena sudah rusak.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba