Gadis dengan Rok Setengah
Aisya anak si tukang dokar
Seperti malam yang terlanjur kantuk dalam kepalaku
Di luar hujan pertama bulan Januari
Jendela kaca yang belum kelar dengan hujan di luar halaman rumah
Buatku jatuh hati tepat pada tatapan pertama kedua mataku yang malu-malu melirik
pada bulan matamu yang teduh
Remang-remang lampu kamar sepih sekali pikiranku dalam kepala
Sepertinya mabuk cinta pada kasmaran tatapan pertama yang lugu
dengan malu-malunya
memikirkan hati yang jatuh pada tatapan anak si tukang dokar
Aisya dua lesung pipinya
Gadis dengan rok setengah
Kunang-kunang yang nyangkut di kepalaku malam ini
Melanda saat pikirku Tuhan sudah tertidur
Aisya gadis malam ini dalam pikiranku
Malam kantuku di kepala sebelum meniduri ingatan
Hanya doa Tuhan yang nyankut di kepalaku
Tatapan yang jatuh tepat pada mataku yang malu-malunya melirik
saat teduh hujan bulan Januari
semoga puisiku bulan ini sudah kuberi judul ”Cinta pertama yang lugu” dengan gadis
bermata teduh dua lesung pipi anak si tukang dokar
Mikhael, 21/01/20
Wabah Panik di Media
Manusia-manusia saat wabah lebih suka duduk di beranda-beranda online sekalian ikut
nimbrung soal-soal tetek bengek dunia media yang panik
Belum lagi stip-stip besar selama wabah panik yang hiruk pikuk
sampai ke plosok-plosok desa
Anak-anak di kota beruntung
persis tidak sama nasibnya dengan anak-anak di desa yang malang tanpa
jaminan lebih belajar via daring
Manusia-manusia selama wabah panik di media lebih suka goyang tik-tik-tok-tok
Tua, muda, suami-istri, biarawan-biarawati, kakek ,nenek beserta cicit-cicit
semuanya kecanduan dan mabuk wabah baru di media
Tuhan ku tidak salah mereka menjumpaimu empat mata dalam layar handphonenya?
Wajah Tuhanku beruba rupa untuk dikenang selama 100 ribu bisa
memenuhi data online mereka
Manusia-manausia percaya selama jaringan masih mulus-mulus saja bisa dijangkau
Lebih muda beriman dan percaya selama wabah panik di media sebab dalam jangkauan
jaringan mereka bisa duduk diam mengatup tangan sambil khusuk memandang layar
handphonenya
Ah Tuhan, selama wabah panik di media
Tidak salahkah selepas sujud dalam sembayang khusuk mereka berdusta
secepat kilat usapan jemari dipakai untuk saling tipu, umbar kebencian, fitnah, cercah,
saling bunuh, sogok, saling tindas, dan saling menakut-nakuti sesamanya dengan dongeng-
dongeng yang dibuat-buat agar yang lainnya memukul jidat karena menyesal sudah terlalu
sombong dan berdosa di hadapan Tuhan dan agama
Tuhan Bartimeus kecilmu yang malang mati saat wabah panik
mungkin karena susah mendapat paketan 100 ribu untuk menghubungi tuan besar di
kota via online
Mereka kelaparan jaringan untuk menelpon dan internetan susah sekali dijangkau
Apalagi masker buat jaminan hidup dijual dengan harga gadungan
Media-media bikin panik sampai ke plosok-plosok,
“Sudalah Tuhan di hadapan media-medi panik, mungkin bagi mereka yang terlampu
kuatlah yang pasti bertahan”
MIkhael, 25/05/20
Puput Manis
Gerimis di luar kamarku sehabis mendung
Sesekali angin melompatkannya masuk lewat jendela kamarku
Rupanya si puput manis tidak tidur sepanjang siang tadi dan ikut kecipratan air hujan
Sampai bulu-bulunya basah kuyup dan ia kegigilan
Tidak disangka kusangka si puput punyaku yang manis sedang memungut cipratan
butiran-butiran hujan yang kebetulan melompat ke kamarku
ia tidak juga marah hanya senyum ramah seperti biasanya ketika ku bawakan sepiring
rendang sapi buatan emak
Si puput bukan sembarang kucing rumah seperti biasanya
Pernah kulihat sipuput bermain tatapan dengan senja yang manis
Sambil duduk di daun jendela kamarku
Sama seperti ku si Puput yang manis seringkali ngembek sejadi-jadinya kalau terlambat
menjumpai senja lawat jendela kamarku
Mungkinkah si puput menaruh hati pada senja yang merah merona?
Ah ataukah si Puput meledek tingkahku yang larut dengan senja dari jendela kamarku
Apa yang mau dirindukan si malang sepertiku saat senja?
Diam dalam kesendirian, bermain hati dengan gadis di balik jubah
Ah boleh jadi?
Si puput nyinyir ke arah ku kemudian melompat ke luar jendela
Mikhael, 12/07/20
*Ito Halley. Lahir di Magepanda, 24 Agustus 1998, pernah bergiat di komunitas Sastra Kotak Sampah Nenuk. Sekarang tinggal di unit Yosep, Ledalero.