VoxNtt.com-Suka atau tidak, pemimpin negara Komunis Korea Utara, Kim Jong Un ternyata punya kenangan manis saat masih remaja dan menempuh pendidikan di Swiss.
Ayahnya, Kim Jong II mengirim Kim ke Swiss pada 1998 saat ia berusia 12 tahun.
Saat ia dikirim, negara kelahirannya Korea Utara sedang dilanda bencana kelaparan yang menewaskan kurang lebih 3 juta warga.
Salah satu penyebab bencana tersebut dikarenakan kesalahan dalam mengurus manajemen ekonomi negara, disusul bencana banjir pada 1995. Banjir besar itu menghancurkan 1,5 juta ton tanaman padi.
Selain itu, anjloknya perekonomian Korut disebabkan oleh pemusatan belanja negara pada sektor kemiliteran. Kebijakan politik ini disebut songun, militer di atas segalanya.
Meski demikian Ayah Kim Jong Un tetap mengirimkan anaknya itu untuk menempuh pendidikan di Swiss.
Di sana, Kim masuk kuliah dengan tidak menyebutkan nama aslinya. Ia mengaku sebagai anggota kedutaan besar Korut di Swiss.
Kim juga memakai nama samaran yakni “Pak Chol”. Di Swiss, pemimpin diktator ini tinggal bersama bibinya, Ko Yong Suk, dan suaminya Ri Gang. Belakangan kedua sosok ini berpura-pura menjadi orangtua Kim.
Pemilihan pengasuh Kim selama di Swiss bukan tanpa alasan. Ko Yong Suk sejak kecil sudah dekat dekat Kim.
“Akulah yang mengganti popok kedua anak itu,” kata Yong-suk, kepada Washington Post yang dikutip detik.com pertengahan 2016.
Untuk diketahui, ibu kandung dari Kim Jong-un bernama Ko Yong Hui. Identitas ibunya itu terkuak saat fotonya tersebar di dunia maya. Foto tersebut diambil saat Ko mengunjungi Jepang pada 1973 silam.
Sementara Ri bertugas mengatur kehidupan Kim muda di Swiss dengan cara cermat. Termasuk akomodasi dan keamanannya.
Dilansir dari Grid.id, saat belajar di Koeniz, Kim muda tinggal di sebuah flat di pusat kota, sebelah markas pengusaha anggur kenamaan Swiss, Donald Hess.
Kim muda tidak mau menunjukan keistimewaannya sebagai anak pemimpin Korut. Ia bahkan berjalan kaki ke sekolah setiap hari tanpa didampingi pengawal.
Gurunya di sekolah mengisahkan Kim sebagai orang yang punya integritas, rajin, dan ambisius. Ia belajar bahasa dan mencoba lagu-lagu Jerman.
Kim muda juga dikenal sebagai sosok yang senang bermain bola basket. Teman sekelasnya mengenang ketertarikan Kim muda pada atlet basket kondang, Michael Jordan.
Ketidaksukaan Kim pada simbol kapitalisme terungkap saat ia di Swiss. Bibinya Ko Yong Suk mengaku Kim tidak menyukai celana jeans sebagai simbol kapitalisme dunia Barat.
Meski demikian tidak semua produk kapitalis yang tidak disukai Kim. Ia sering terlihat mengenakan kaus NBA, memiliki koleksi sepatu Nike yang mahal, dan mengenakan baju olahraga yang bagus.
Teman sekelasnya di sekolah di Bern, Joao Micaelo juga mengungkapkan kegandrungan Kim pada film Barat.
“Dia juga sangat menyukai film Jean-Claude Van Damme. Sosoknya pendiam. Dia dikenal dengan nama Pak Chol dan oleh guru kami, dia dikatakan adalah seorang putra diplomat Korea Utara,” kata Micaelo.
Belajar dari Kesalahan Pendahulu
Kementrian Luar Negeri Indonesia dalam kemlu.go.id, memaparkan, kebijakan utama Korut sejak 2018 terungkap dalam pada pidato pemimpin Kim Jong Un.
Kim mencanangkan perubahan kebijakan dari memajukan pembangunan kekuatan militer, menjadi kebijakan yang berfokus pada pembangunan ekonomi.
Kim rupanya belajar dari sejarah pahit masa lalu ketika kekuatan militer yang tidak diimbangi dengan ekonomi justru akan melahirkan bencana kelaparan hebat.
Situs kementrian luar negeri RI menyebutkan, perubahan arah kebijakan ini terjadi karena Korut telah menyempurnakan teknologi militernya.
Sejak dicanangkannya arah kebijakan baru ini, Korut berfokus pada penguatan ekonomi melalui pengembangan pendidikan IPTEK.
Meski berubah haluan kebijakan, sebagai negara komunis, Korut tetap menganut sistem ekonomi terpusat.
Kebijakan negara termasuk kebijakan ekonomi ditetapkan oleh partai penguasa Worker’s Party of Korea (WPK).
Seluruh perdagangan di sektor barang dan jasa dioperasikan oleh pemerintah. Tidak ada individu di Korut yang berhak memiliki suatu unit usaha (toko, restauran) yang menghasilkan uang untuk keuntungan pribadi.
Demikian dalam hal pembangunan Sosial-Budaya, Korut tetap berpedoman pada Idologi Juche yang berarti prinsip kemandirian dan berdikari (membangun, mempertahankan negara dan menentukan nasib sendiri tanpa bantuan asing), menghormati pimpinan atau orang tua atau orang yang lebih tua, leluhur serta menghargai profesi masing-masing.
Walaupun rakyat Korut dalam cara berpakaian dan berprilaku masih mendapat pengawasan yang sangat ketat dari pemerintah, namun pakaian yang dikenakan saat ini jauh lebih beragam baik secara desain dan warna dibandingkan masa sebelumnya.
Hubungan dengan Indonesia
Indonesia membuka hubungan bilateral dengan RRDK dengan membuka kantor urusan kekonsuleran pada 30 Desember 1961 di Pyongyang.
Presiden Sukarno mengunjungi Pyongyang pada 1 – 4 November 1964 dalam upaya untuk memperkuat hubungan bilateral kedua negara dan menyebarkan leverage Indonesia ke negara-negara Asia Afrika.
Pada masa itu, Indonesia gencar mengajak banyak negara untuk membentuk kekuatan baru (negara-negara Asia Afrika) guna melawan kolonialisme dan dominasi negara-negara Barat.
Hubungan ini kemudian ditingkatkan menjadi setingkat Konsulat Jenderal pada Februari 1964 dengan Konjen pertamanya Bpk. Sufri Yusuf.
Pada Desember 1965, perwakilan RI di Pyongyang menjadi Kedutaan Besar dengan Dubes pertamanya Bpk. Raden Ahem Erningpradja.
Saat ini ekspor utama RI ke Korut yakni deterjen, sabun mandi, sabun cuci piring, sabun pel lantai, pewangi pakaian, makanan instant, bubur bayi, susu bayi, teh, kopi, snack, produk plastik (kursi, meja, container makanan) .
Sementara impor utama RI dari Korut berupa bahan kimia industri bahan bakar (cyclic hydrocarbon), alat listrik dan suku cadang mesin.
Indonesia hingga saat ini terus membangun hubungan baik dengan Korea Utara. Itu terbukti dari kunjungan Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, selaku utusan khusus Presiden RI pada 30 Juli 2018.
Puan mengadakan kunjungan kehormatan kepada Presiden Presidium Kim Yong Nam, di Mansundae Assembly Hall, Pyongyang.
Dalam kunjungan ini, cucu dari presiden Soekarno ini menyampaikan surat undangan dari Presiden RI kepada Pemimpin Tertinggi Korut, Kim Jong Un untuk menghadiri pembukaan Asian Games ke-18 pada akhir Agustus 2018 di Jakarta.
Sumber: Diolah dari berbagai sumber
Penulis: Irvan K