Ende, Vox NTT-Pemerintah mencatat enam wilayah di Kabupaten Ende, Porvinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam kategori rawan pangan berat.
Keenam wilayah dimaksud ialah Kecamatan Pulau Ende, Kecamatan Ndona dan empat kecamatan dalam kota yakni Ende Selatan, Ende Utara, Ende Selatan dan Ende Timur.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Ende Matildha G. Ilmoe menjelaskan, indikator penentuan wilayah rawan pangan berat berdasarkan rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan 11 jenis pangan.
“Jadi itu dihitung berdasarkan 11 komoditi yakni padi sawah, padi ladang, jagung, sorgum, ubi kayu, ubi jalar, ubi lainnya, kacang tanah, kacang hijau, kacang lainnya, kedelai,” kata Mathilda kepada wartawan di ruang kerjanya, Jalan Melati, Selasa (08/09/2020) pagi.
Sedangkan wilayah yang masuk dalam kategori kerawanan pangan sedang ialah, Kecamatan Nangapanda, Kecamatan Ende dan Kecamatan Wilojita.
Kecamatan Wolowaru, Kecamatan Ndori dan Kecamatan Lio Timur serta Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Kecamatan Kelimutu dan Kecamatan Maukaro masuk dalam kategori kerawanan ringan.
Kemudian wilayah yang masuk dalam kategori tidak rawan pangan ialah Kecamatan Ndona Timur, Detusoko, Wewaria, Maurole, Detukeli dan Kecamatan Kotabaru.
Matildha menyebutkan data wilayah kerawanan pangan berat, kerawanan sedang dan kerawanan ringan terakumulasi per Januari hingga Agustus 2020.
Dari akumulasi itu, jelas dia, Kabupaten Ende masuk dalam kategori wilayah kerawanan sedang.
“Jadi ada wilayah-wilayah tertentu yang tidak menghasilkan 11 jenis pangan itu. Nah, kerawanan berat yang kita catat itulah yang kita maksudkan,” katanya.
Sementara Kepala Bidang Distribusi dan Ketahanan Pangan, Arkadius Payong menambahkan bahwa pihaknya saat ini memiliki cadangan beras apabila suatu wilayah masuk dalam kategori kerawanan berat.
Disebutkan, setidaknya ada 100 ton beras yang menjadi cadangan makanan yang disiapkan oleh pemerintah saat ini.
Jika perlu dicairkan maka pihaknya melakukan pendataan kebutuhan lalu bekerja sama dengan Dinas Sosial untuk diajukan ke Bulog.
“Cadangan pangan kita memang tersedia sebanyak 100 ton tapi disimpan di Bulog. Kita mendata kebutuhan pangan dan bekerja sama dengan Dinsos untuk diajukan ke Bulog,” tutur Arkadius.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba