Bajawa, Vox NTT – Saban hari, seorang bocah terlihat asyik mendorong gerobak dari rumahnya yang terletak di Kuala Lumpur, Kelurahan Ngedukelu, Kecamatan Bajawa, Ngada.
Melintasi markas Kodim 1625/Ngada, ia berjualan sayur menuju kota Bajawa.
Senin (14/09/2020), ia terlihat mengenakan jaket hitam dan celana pendek warna merah, celana seragam Sekolah Dasar. Bocah 11 tahun itu masih duduk di kelas V Sekolah Dasar Tanalodu, Kecamatan Bajawa.
Saat itu, ia berhenti di lapangan Pancasila, Bajawa untuk menawarkan sayur kepada warga yang melintas. Tampak beberapa jenis sayur dipajang di atas gerobaknya.
Bocah bernama Charles Ngeo itu sudah melakoni usaha jual sayur keliling sejak kelas I Sekolah Dasar. Saat itu, Charles masih berusia tujuh tahun.
Pekerjaan itu dilakukannya karena tak punya pilihan lain untuk menopang ekonomi keluarga.
Bungsu dari tiga bersaudara pasangan Marianus Lede dan Maria Meo itu harus menjadi tulang punggung bagi keluarga.
Marianus, ayahnya, sudah pergi meninggalkan keluarga sejak Charles masih balita.
“Bapak sudah kasih tinggal kami. Saya masih kecil waktu itu,” tuturnya.
Pria asal Manggarai itu menikah lagi dengan wanita lain dan kini menetap di pinggiran kota Bajawa. Sedangkan Maria Meo, ibunya, kini dalam kondisi sakit.
“Mama di rumah, sementara sakit,” ucapnya.
Dua kakaknya, Aldo Wonga dan Elda Naru, juga masih sekolah. Keduanya masih SMP. Aldo kelas III, sedangkan Elda kelas II.
Tergerak oleh beban berat sang ibu untuk menghidupi dan menyekolahkan ketiganya, Charles pun mencoba menggeluti usaha jualan sayur keliling.
Perlahan-lahan ia mencoba dan setelah empat tahun berlalu, Charles membuktikan diri, bisa meringankan beban sang ibu.
Charles terus bertumbuh. Ia ingin tetap sekolah meski sambil berjualan sayur. Kondisi keluarga yang sulit, tak melunturkan semangatnya untuk bercita-cita dan berusaha meraihnya.
“Saya ingin jadi tentara,” katanya dengan mantap.
Cita-cita itu tumbuh karena dia kerap melihat aktivitas TNI di Makodim 1625/Ngada setiap kali hendak pergi menjajakan sayurnya.
Rasa cintanya pada sang ibu Maria Meo, telah menumbuhkan rasa cinta pada Ibu Pertiwi. Tak hanya ingin membaktikan diri pada keluarga, ia juga ingin membaktikan diri pada bangsa dan negara.
Penulis: Patrick Romeo Djawa
Editor: Yohanes