*Oleh: Nikolaus Raing
Situasi global, regional dan nasional yang berubah sangat cepat telah menuntut semua Negara berubah.
Pada level lain di tingkat kabupaten dan kota di seluruh Indonesia juga dituntut mengambil inisiatif dan cara-cara baru dalam mengelola wilayahnya.
Perkembangan dunia digital yang sangat cepat. Lalu lintas informasi yang kian melampaui batas-batas wilayah memaksa manusia untuk menyesuaikan diri dengan cara-cara kerja yang baru.
Termasuk situasi mutakhir yang tengah kita hadapi berkaitan dengan wabah Covid-19.
Situasi ini benar-benar memaksa manusia beradaptasi dengan cara-cara baru dalam berinteraksi, berkreasi, dan berinovasi termasuk dalam menjalankan pemerintahan.
Kita flashback sedikit saat Jokowi memulai periode keduanya sebagai presiden.
Pada level nasional, Presiden Jokowi meletakan sebuah visi besar tentang Indonesia Maju dengan penekanan pada SDM Indonesia yang unggul.
Visi yang sama tentu harus juga diterjemahkan oleh setiap daerah di Indonesia, termasuk Kabupaten Manggarai.
Gerak langkah Pemerintah Kabupaten Manggarai dalam hal ini harus seiring sejalan dengan langkah gerak negara di level nasional.
Hal tersebut tentu saja dengan penyesuaian-penyesuaian khusus sesuai dengan situasi dan kondisi yang dihadapi Kabupaten Manggarai saat ini.
Senafas dengan visi nasional tersebut, pada periode kedua kepemimpinannya Deno Kamelus-Victor Madur meletakkan satu visi yang sama yaitu Manggarai Maju, yaitu Manggarai Berkualitas Makmur, Sejahtera, Adaptif, Merata, Berbasis Gotong Royong dengan Restu dan Berkat Tuhan yang Maha Esa.
Apa yang Deno – Madur bayangkan tentang Manggarai Maju adalah suatu kualitas sosial budaya, ekonomi, politik, dan keamanan orang-orang Manggarai yang sejahtera lahir batin, memiliki daya saing tinggi, menjadi penggerak dan pendorong perubahan, serta menguasai teknologi dan pada gilirannya menjadi kabupaten unggul setidaknya di regional tingkat provinsi dan bukan tidak mungkin pada level nasional.
Deno – Madur ingin melihat 324 ribu warga Manggarai pada 2027 sudah keluar dari kemiskinan dengan rentetan masalah sosial lainnya seperti kelaparan, masalah kesehatan, tingkat literasi rendah, dan menjadi manusia-manusia pemenang yang unggul di semua bidang.
Adalah mimpi kita bersama pada 5 tahun mendatang, daerah yang sama-sama kita cintai ini, yang saat ini terdiri dari 12 kecamatan, 145 desa, 22 desa persiapan pemekaran dan 26 kelurahan, Produk Domestik Bruto bisa tumbuh dua kali lipat mencapai Rp6 triliun.
Sebagai catatan, PDRB Kabupaten Manggarai berdasarkan harga berlaku untuk tahun 2016 mencapai Rp3.642.454.800.000 dan tahun 2017 sebesar Rp3,998,570,600,000.
Sebagai target tentu saja ini bisa disebut fantastis. Tetapi Deno Kamelus – Victor Madur yakin dengan kerja keras, kekompakan dan kemauan semua pihak maka target ini bukan sesuatu yang mustahil bisa dicapai.
Dalam kaitan ini Deno-Madur melihat ada sebuah paradigma baru yang memang harus dimulai, yaitu paradigma berkemajuan.
Apa maksudnya? Maksudnya ialah suatu pola pikir yang selaras dengan perkembangan zaman yang serba cepat dan dinamis, mengutamakan produktivitas, mengedepankan inovasi, menguasai teknologi dan menjunjung tinggi kreativitas.
Harus diakui selama ini inovasi dan kreativitas belum menjadi cara kerja kita, baik di masyarakat maupun pada birokrasi-birokrasi kita.
Cara kerja kita masih dengan pola lama yang ‘itu-itu saja’ (business as usual) tanpa inovasi dan kreativitas.
Deno – Madur tentu ingin memastikan bahwa inovasi dan kreativitas yang mendorong produktifvitas di semua lini kehidupan bermasyarakat dan menjalankan pemerintahan betul-betul menjadi budaya baru bagi kita di Manggarai.
Deno – Madur ingin menegaskan suatu cara kerja yang berorientasi hasil dan semua hasil kerja tersebut bisa diukur.
Deno – Madur ingin memastikan bahwa cara kerja setiap dinas bukan lagi hanya menyusun program kebijakan semata, tetapi bagaimana memastikan agar apa yang disusun sebagai program dan kebijakan bisa membantu masyarakat.
Apa gunanya kertas kerja yang dibuat sedemikian bagus jika ternyata tidak membawa dampak nyata bagi masyarakat?
Betapa sering birokasi kita melaporkan sejauh mana program kerja terlaksana di lapangan, tetapi tidak sampai memastikan apakah program tersebut bermanfaat untuk rakyat atau tidak.
Selama kurang lebih 10 tahun Deno Kamelus mendamping Christian Rotok dan 5 tahun terakhir menjadi Bupati, fenomena seperti ini masih sering ditemukan.
Tidak mudah memang untuk membangun suatu budaya kerja baru di tengah mental dan kultur lama yang sudah mengakar, tetapi dalam ikhtiar Manggarai Maju, Deno – Madur yakin dengan kemauan dan kekompakan kita mampu mewujudkan suatu budaya baru tersebut.
Mengutip pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa birokrasi tidak hanya terjebak pada pekerjaan ‘sending’ semata, tetapi lebih dari itu yaitu ‘make it delivered’.
Tugas birokasi adalah menjamin agar manfaat program dirasakan oleh masyarakat.
Baca Juga: Deno Kamelus Pernah Disuruh Berhenti Kuliah karena Keterbatasan Biaya (2)
Untuk itu, Deno – Madur selama periode kedua kepeimpinannya memiliki beberapa rencana atau program kerja strategis.
Pertama, memberikan prioritas pada pengembangan sumber daya manusia Manggarai sehingga muncul SDM dari tanah ini yang memiliki daya pikir dan daya fisik unggul; unggul dalam berinovasi, tahan banting dan berdayasaing tinggi, penuh kreativitas dan menguasai teknologi.
Dalam kaitan itu, semua aspek yang menentukan pengembangan SDM seperti kesehatan, pendidikan, pelatihan dan penguasaan teknologi menjadi prioritas.
Bukan hanya itu, Deno-Madur juga menggandeng SDM Manggarai diaspora yang memiliki talenta unggul untuk ikut memberikan kontribusi positif bagi perkembangan daerah.
Manajemen SDM dalam hal ini akan digarap sedemikian rupa, sehingga mampu mencapai harapan yang kita inginkan bersama.
Baca Juga: Perbup Manggarai Nomor 51 Tahun 2017 Terbit Atas Rekomendasi Kemenpan-RB
Termasuk dalam hal ini adalah SDM di lingkungan pemerintahan yang harus memiliki paradigma berkemajuan, menguasai teknologi, memiliki inovasi, kreatifitas dan produktif termasuk layanan pemerintahan berbasis digital akan terus kami tingkatkan.
Kedua, Deno – Madur ingin melanjutkan akses bagi lapangan kerja seluas mungkin dan meningkatkan pendapatan petani melalui upaya optimalisasi semua sumber daya pertanian dengan pendekatan terintegrasi.
Sektor-sektor pertanian, peternakan dan perikanan yang masih menjadi sumber pendapatan unggulan Kabupaten Manggarai harus digarap dengan sebuah konsep manajemen professional, mulai dari hulu hingga ke hilir.
Petani Manggarai harus dibantu untuk merubah paradigma pertanian dari yang hanya memikirkan pemenuhan kebutuhan pribadi menuju paradigma memenuhi kebutuhan pasar.
Pertanian kita yang sebagian besar masih berjalan tradisional harus bergerak menuju pemanfaatan teknologi pertanian modern.
Seiring dengan hal tersebut, Deno – Madur juga akan meningkatkan keterampilan sumber daya angkatan kerja kita, sehingga memiliki daya saing dan dari sana lahir produktivitas.
Bukan hanya itu pemanfaatan lahan potensial pertanian akan terus digalakkan, termasuk dalam rangka melindungi petani Manggarai. Deno-Madur akan menjadi yang terdepan memastikan hilangnya praktik perdagangan monopsoni dan oligopsoni.
Praktik ini dianggap selama sekian tahun telah mengorbankan banyak petani di Manggarai.
Ketiga, Deno–Madur tetap akan melanjutkan peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur sehingga merata dan berkelanjutan.
Kebutuhan masyarakat akan infrastruktur seperti jalan, jetan, irigasi, dan telekomunikasi akan digarap sifatnya berkelanjutan dan terus menerus.
Pembukaan jalan baru yang membuka isolasi daerah akan terus kita lakukan termasuk peningkatan kualitas infrastruktur yang saat ini sudah dibangun.
Terkait infrastruktur, Deno – Madur akan tetap memberi perhatian pada peningkatan rasio elektrifikasi di Kabupaten Manggarai. Rasio elektrifikasi untuk semester 1 tahun 2020 di Kabupaten Manggarai, misalnya, susah mencapai 97,41 persen. Rasio elektrifikasi tersebut merupakan campuran dari upaya PLN dan hasil swadaya masyarakat.
Bukan hanya itu akses transportasi untuk lalu lintas barang dan jasa melalui laut akan menjadi prioritas.
Hal ini sebagai upaya pemerintah daerah dalam mewujudkan konektivitas jalur laut antara Indonesia bagian Timur dan Indonesia bagian Barat.
Kelima, agenda percepatan upaya penanggulangan kemiskinan, yang akan dipastikan dengan upaya-upaya yang terukur berupa akses air minum bersih, listrik, rumah layak huni, pangan berkualitas yang dikonsumi, cukup sandang, dan papan serta kebutuhan dasar lainnya.
Keenam, Deno – Madur senada dengan perhatian pada infrastuktur akan menggarap secara serius berbagai optimalisasi pengembangan potensi pariwisata.
Kita semua menyadari daya tarik Labuan Bajo yang telah mendunia harus diikuti dengan bangkitnya potensi pariwisata yang juga ada di Kabupaten Manggarai.
Ketujuh, rencana strategis ini tentu saja akan berjalan dengan menata politik anggaran yang dalam bahasa kami disebut anggaran berbasis produktivitas.
Artinya, pemanfaatan dan alokasi anggaran bermuara pada sejauh mana program-program yang dibuat manfaatnya dirasakan secara nyata oleh masyarakat kita.
Pada akhirnya, komitmen Deno – Madur pada periode kedua ini ingin memastikan secara sungguh-sungguh perwujudan filosofi masyarakat Manggarai sebagaimana tertanam kuat dalam sanubarinya, uwa haeng wulang, langkas haeng ntala.
Begitulah manusia Manggarai maju sesungguhnya, yaitu Manusia- manusia pemenang, Manusia yang berkemajuan, Manusia unggul, Manusia yang memiliki karakter, dan Manusia yang tanggap dan adaptif pada gerak langkah perubahan zaman.
Nikolaus Raing adalah Tim Komunikasi Deno – Madur Jilid II