Ende, Vox NTT-Nama mantan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTT, dr. Dominikus Mere masuk dalam bursa salah satu bakal Calon Wakil Bupati Ende.
Nama dr. Domi diusulkan Partai Golongan Karya (Golkar), selain Hery Wadhi, Ketua DPD II Partai Golkar Ende.
Manuver Golkar menyodorkan nama Domi Mere dalam bursa kandidat Cawabup Ende, ditanggapi pengamat sosial-politik, Anthony Tonggo bereaksi negatif.
Menurutnya, pengajuan nama Domi Mere oleh Partai Golkar ialah bentuk pelanggaran etika politik. Hal itu diungkap Anthony berdasarkan siklus politik pilkada sebelumnya pada periode 2014-2019.
“Bila saya Domi Mere, saya akan mundur dari kandidat Calon Wabup Ende, karena saya pernah jadi lawan MJ (Paket Marsel-Djafar) dalam sepaket dengan Don Wangge (Paket Dermawan). Berarti visi-misi saya berbeda dengan visi-misi MJ dan paket saya lebih unggul dari MJ,” tulis Anthony dalam akun Facebooknya pada Sabtu 24 Oktober 2020.
Menurut Alumnus Fisipol UGM ini, substansial etika politik bukan semata-mata mengenai lowongan jabatan, melainkan kesamaan persepsi yang dituangkan dalam visi dan misi serta program kerja yang disasarkan kepada masyarakat.
Sebab, program dan visi misi inilah ialah hal yang paling prinsip untuk menentukan kemajuan suatu daerah.
Jika kembali melihat pada pilkada tahun 2013, Domi Mere yang kala itu melawan paket MJ menawarkan visi-misi dan program kerja ke publik. Menurut Anthony, visi-misi atau konsep dasar calon pemimpin Domi Mere (Paket Dermawan) sangat kontras dengan pemerintah saat ini.
Artinya, konsep pembangunan oleh Domi Mere itulah yang justru tak sejalan dengan konsep pembangunan pemerintah masa kini. Dengan itu jika Domi Mere menerima tawaran Golkar, maka konsistensi kepemimpinan dan etika politik Domi Mere dipertanyakan.
“Jadi jika saya Domi Mere, saya tidak akan mau menjadi kandidat Cawabup Ende, mendampingi Bupati Djafar, karena saya tidak rela image publik akan memberi kesan bahwa saya pemburu jabatan,” tulis Anthony.
Selain itu, Anthony menilai Domi Mere ataupun Golkar tergolong oportunis dimana keduanya sama-sama kehilangan prinsip. Kehilangan prinsip sama hal hilangnya konsistensi kepemimpinan.
“Saya tidak mempersoalkan kapasitas Domi Mere dibanding dengan kandidat lain, tapi saya soroti etika politiknya,”kata Anthony.
Sementara Cawabub Ende dr. Domi Mere enggan menanggapi setelah media ini mengonfirmasi pada Minggu (01/11/2020) malam melalui aplikasi WhatsApp.
Ia justru menunda memberi tanggapan mengenai namanya diusul Partai Golkar sebagai salah satu kandidat Calon Wakil Bupati Ende Periode 2019-2024.
“Nanti ade Ian,” tulis dia singkat.
Ketua DPD I Partai Golkar NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena menanggapi keberatan pengamat Anthony mengenai nama Domi Mere dalam bursa Cawabup Kabupaten Ende.
Menurutnya, pengajuan nama calon Wakil Bupati Ende masih berproses dan mekanismenya sedang berjalan. Bupati Djafar Achmad dan pimpinan partai pengusung Paket Marsel-Djafar (MJ) akan menggelar musyawarah mufakat.
“Apapun dinamika politik masa lalu atau masa sekarang tentu melalui proses bersama. Tentu nanti ada musyawarah mufakat, kami percaya akan pengerucutan dari dua nama yang kami usulkan,” ucap Melki Laka Lena pada sela-sela acara BPOM di Aula Onekore Ende pada Sabtu (31/10/2020).
Ia menyebutkan nama Domi Mere masuk dalam bursa Cawabup Ende berdasarkan usulan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar sesuai dengan mekanisme partai berlambang beringin itu. Sedangkan, Hery Wadhi diusulkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar NTT.
“Inilah mekanisme partai yang kami gunakan. Dua namanya ini kita dorong untuk proses secara bersama,”kata Melki.
Penulis : Ian Bala
Editor: Irvan K