Ende, Vox NTT-Wakil Ketua MPR RI Dr. Ahmad Basarah mengingatkan kepada rakyat Indonesia agar selalu menjaga dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Pancasila yang digali oleh Bung Karno dan dibahas oleh para pendiri bangsa lainnya baik dari para Ulama, tokoh-tokoh agama Katolik, tokoh Kristen, Hindu, Budha, tokoh asal Jawa, Flores maupun wilayah lain di Indonesia agar selalu mengingatkan generasi akan datang untuk dapat mempertahankan nilai-nilai kebangsaan.
Ahmad Basarah menyampaikan ini dalam sambutan acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan secara virtual bersama Anggota DPD RI Angelius Wake Kako di Kelurahan Onekore, Kecamatan Ende Tengah, Kabupaten Ende, NTT, Kamis (19/11/2020).
Wakil Ketua MRP RI ini menyebutkan Kota Ende adalah salah satu kota bersejarah di Tanah Air, di mana Bung Karno diasingkan oleh Pemerintahan Belanda dan merenungkan butir-butir Pancasila.
“Di Ende, Bung Karno berdiskusi dengan para pastor-pastor Katolik dan berkorespodensi dengan menyurati tokoh Islam yang persis di Bandung, Bung Karno merenungkan, memikirkan butir-butir Pancasila yang saat ini menjadi dasar ideologi bangsa kita,” kata Ahmad Basarah.
Ia menyebutkan pada tanggal 1 Juni 2013, ia bersama Ketua MRP RI Taufiq Kemas dan Wakil Presiden Prof. Boediono kala itu datang melihat secara langsung kota ini, di mana Bung Karno diasingkan di tepi pantai Selatan Flores itu.
Ia mengaku terharu kota mungil ini memberi kontribusi dasar sebagai ideologi bangsa melalui Bung Karno pada 17 Agustus 1945. Basarah menegaskan, Pancasila sebagai dasar negara yang tidak bisa diganggu gugat oleh siapapun.
Untuk itu, Basarah berharap agar masyarakat terus menggelorakan nilai-nilai kebangsaan tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika sebagai semboyan dan sistem sosial bangsa Indonesia.
“Tanggung jawab membangun mental ideologi bangsa bukan hanya tanggung jawab pemerintah dan DPR saja, semua para tokoh, para generasi dan pendidik agar terus menggelorakan Pancasila kepada para generasi bangsa kita agar mereka tidak terintegrasi oleh masuk ideologi lain yang belum tentu menjamin kehidupan berbangsa yang damai dan sejahtera,” tegas Basarah.
Sementara Anggota DPD RI Angelius Wake Kako menegaskan, Pancasila sebagai ideologi yang final dan tidak bisa ditukar dengan ideologi apapun. Pancasila disebut sebagai dasar pijak bangsa yang besar ini untuk menjamin kehidupan masyarakat yang berbeda-beda menjadi satu.
Angelius menyebutkan terdapat dua ideologi yang saat ini sedang mengancam dan merong rong ideologi Pancasila sebagai rumah bersama selama ini. Kedua ideologi itu ialah ideologi pasar bebas atau fundamentalisme pasar dan ideologi fundamentalisme agama.
Ia menyatakan ideologi fundamentalisme agama ini terjadi pada agama apapun dengan cara kekerasan seperti terorisme. Ideologi sudah terjadi di Indonesia yang cukup menganggu kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Kemudian ada ideologi pasar bebas yang obatnya membiuskan kita dengan cara iklan dalam menguasai ekonomi masyarakat Indonesia. Kita kehilangan jati diri, kita menjadi tidak bangga dengan apa yang kita punya. Kita terlena dan membuat situasi tidak percaya diri. Ini yang terjadi pada ideologi pasar bebas,” kata Angelius.
Ia kembali menegaskan, Pancasila sebagai ideologi yang final yang dicetuskan oleh Bung Karno, di mana saat itu direnungkan di Ende.
Untuk itu, ia berharap agar Ende dapat menciptakan budaya wisata Pancasila yang eksotis, wisata Pancasila supaya orang bisa datang belajar di sini. Ende harus tampil sebagai penawar bahwa ingin belajar Pancasila harus datang ke Ende.
“Saya selalu omong bahwa tanpa Ende belum tentu ada Pancasila karna di sinilah Bung Karno merenungkan dengan butir Pancasila. Dia bisa menyatukan bangsa Indonesia,” tutur Angelius.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba