Kupang, Vox NTT-Persoalan stunting atau yang sering disebut anak tumbuh kerdil (pendek) di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) NTT belum mampu diatasi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat per Agustus 2020, total kasus Balita Stunting meningkat 3.788 Balita dari 2.415 Balita per Juli 2019. Penambahan kasus Stunting dari Juli 2019 hingga Agustus 2020 sebesar 1.373 Balita.
Sebaran kasus Balita Stunting tertinggi di Kabupaten Manggarai Barat per Agustus 2020 ada di Kecamatan Komodo dengan jumlah 874 Balita, kemudian Kecamatan Sano Nggoang dengan jumlah kasus 341 Balita, dan Kecamatan Kuwus dengan jumlah kasus 271 Balita.
Faktor determinan penyebab stunting adalah pola pengasuhan yang kurang baik, terbatasnya layanan kesehatan, kurangnya akses makanan gizi, dan kurangnya akses air bersih dari sanitasi yang layak.
Faktor-faktor penyebab stunting di atas sangat berpengaruh terhadap kemiskinan, pendidikan dan budaya dan perilaku.
Persoalan kesehatan yang belum tuntas dikerjakan ini menjadi sorotan paket Edi Endi-Yulianus Weng (Edi-Weng). Paket calon yang akan bertarung pada pilkada Mabar 9 Desember 2020 mendatang ini, berkomitmen untuk melakukan intervensi dalam dua skema.
Pertama, intervensi spesifik atau gizi dengan melakukan pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak, suplementasi gizi, pemberitan tablet tambah darah dan konsultasi.
Sedangkan yang kedua adalah intervensi sensitif atau non gizi seperti penyediaan sanitasi dan air bersih, pangan, alokasi dana desa, edukasi, dan sosialisasi.
Selain itu, dr. Weng menjelaskan, edukasi dan sosialisasi mencegah stunting itu sangat penting dengan pedekatan budaya dan perilaku. Targetnya adalah budaya yang lama serta perilaku yang lama harus tinggalkan dengan budaya dan perilaku yang baru.
“Misalnya, perilaku kita orang Manggarai porsi gizi lebih tinggi pada orang tua ketimbang anak. Katakan kita memakan 1 ekor ayam, dari 1 ekor ayam tersebut porsinya lebih banyak untuk seorang ayah atau ibu karena menghargai orang tua derajatnya lebih tinggi ketimbang anak. Pola pikir seperti ini terbalik. Seharusnya porsi gizi lebih banyak anak ketimbang ayah atau ibu karena anak yang sedang tumbuh lebih membutuhkan asupan gizi,” jelas dr. Weng kepada VoxNtt.com, Sabtu (28/11/2020).
“Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi mencegah stunting perlu dilakukan dengan target terjadi perubahan pola budaya dan perilaku kita orang Manggarai. Kita sebagai orang tua harus lebih mengutamakan gizi anak daripada kita orang tua,” lanjut dr. Weng.
Melalui kedua skema di atas, dr. Weng memastikan, apabila paket Edi-Weng terpilih menjadi bupati dan wakil bupati maka program khusus di pelayanan kesehatan akan langsung di eksekusi mengingat Mabar adalah Kota Super Premium.
“Pelayanan kesehatan dalam mengatasi kasus stunting harus segera dilakukan dan harus turun dari tahun ke tahun. Ini menjadi target Edi Weng,” ungkap Dr Weng. (VoN).