Borong, Vox NTT- Senyum sumringah terpancar dari wajah Fidelis Domo sesaat setelah melihat mobil Fortuner berhenti sejenak di depan rumahnya, Jumat (19/02/2021) siang.
Mobil itu memuat Ketua DPRD Manggarai Timur Heremias Dupa, Ketua Komisi C Siprianus Habur, dua Anggota dewan Dapil Lamba Leda masing-masing, Bonavantura Burhanto dan Sifridus Asman, serta Kepala Pembinaan SD Dinas PK Matim Baltasar Milkior.
Meski waktu sudah menunjukkan pukul 13.30 Wita, lewat jam makan siang, Fidelis yang adalah Kepala Sekolah Dasar Katolik (SDK) Nunuk itu masih ceriah.
Sekolah itu berada di Desa Lencur, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur yang jauh dari keramaian.
Hari itu, Fidelis dan guru-guru lain sejak pagi menunggu kehadiran Ketua DPRD Manggarai Timur dan rombongan yang sengaja datang meninjau sekolah mereka.
“Makan siang dulu pak baru kita lanjut ke sekolah,” tawar Fidelis dari halaman rumahnya.
Rombongan pejabat Kabupaten Manggarai Timur itu rupanya ingin cepat-cepat melihat kondisi SDK Nunuk, meski jam sekolah sudah selesai. “Pulang dari sekolah baru makan kaka, kita sama-sama ke sekolah dulu,” sahut salah satu anggota dewan dari dalam mobil mewah itu.
Dengan semangat guru-guru dan sejumlah tokoh masyarakat Kampung Rondon kemudian berjalan beriringan di atas batu telford yang sangat licin menuju sekolah, yang letaknya sekitar 500 meter dari rumah Fidelis.
Di dalam kantor sekolah, rombongan yang dengan susah payah melewati jalan batu dan berliku hingga tiba di daerah udik itu diterima secara adat Manggarai (kepok tiba).
SDK Nunuk Terpuruk
Kunjungan Ketua DPRD Manggarai Timur ke SDK Nunuk bukan tanpa sebab. Kondisi gedungnya yang sangat memprihatinkan sudah menjadi pemberitaan hangat di beberapa media massa beberapa hari belakangan ini. Anggota dewan pun tampak responsif.
Selain terpuruk karena berada di daerah pelosok, sejak lama sekolah tersebut dihiasi bangunan tua yang sudah reyot bak “kandang kambing”.
Di sekolah yang dipindahkan dari Kampung Nunuk sejak tahun 1985 itu terdapat satu gedung keropos, yang secara terpaksa masih dipakai untuk kegiatan belajar mengajar.
Sejak lama gedung itu belum diperhatikan oleh pemerintah. Atapnya sudah bolong. Warna seng sudah kusam kecokelatan.
Dindingnya dari papan tampak sudah reyot. Kursi dan meja belajar siswa yang sudah rusak tertumpuk tidak beraturan di dalam ruangan.
Lantainya yang pernah dibuat dari campuran semen hanya sebagian yang berbekas. Sementara sebagian yang lainnya sudah kembali menjadi tanah dan berdebu.
Parahnya, di dalam ruangan mengeluarkan bau tidak sedap bekas kotoran kambing, bersamaan dengan debu yang gentayangan saat angin semakin kencang menghembus.
Kepala SDK Nunuk Fidelis Domo menjelaskan, sekolahnya pindah dari Kampung Nunuk ke kampung Rondon dan didirikan pada 1 Agustus 1985. Sekolah pindah lokasi lantaran di kampung yang letaknya sekira 4 km dari Rondon tidak ada air bersih.
SDK Nunuk yang berlokasi di Kampung Rondon mendapat izin operasional pada 1 Oktober 1985.
Sebelumnya, jelas Kepsek Fidelis, dari tahun 1979 masyarakat sekitar membantu membangunkan gedung sekolah dengan sistem swadaya. Kala itu, kursi dan meja siswa dibantu dengan dana desa setempat.
Selanjutnya, tahun 1986 SDK Nunuk mendapat bantuan pembangunan satu gedung yang kini sudah reyot itu. Gedung berdindingkan papan, beratapkan seng, dan berlantai semen.
Enam tahun berlalu, tepat tahun 1992, gedung itu direhab oleh CV Wela Runu. Sedangkan satu gedung yang lain berdiri tahun 2004, saat Manggarai Timur masih satu dengan Kabupaten Manggarai.
Selanjutnya, tahun 2012 Pemkab Manggarai Timur membangun gedung perpustakaan, yang saat ini mereka gunakan sebagai kantor sekolah.
Parahnya, di gedung yang reyot itu kegiatan belajar mengajar terpaksa dihentikan ketika musim hujan. Sebab, ruangan berubah menjadi “petak sawah” dan sangat becek akibat atap yang bolong.
“Saat hujan, kami tidak libur tetapi berteduh cari tempat yang aman,” terang Kepsek Fidelis kepada VoxNtt.com.
Selain gedung reyot, cerita miris yang kerap merongrong SDK Nunuk adalah kekurangan sarana dan prasarana, serta air bersih.
Sebab itu, ia berharap kepada pemerintah agar segera membantu membangukan gedung baru agar proses belajar mengajar berjalan dengan aman dan nyaman.
Sebagai informasi, saat ini di SDK Nunuk terdapat lima (5) rombongan belajar dengan total 55 siswa.
Pemerintah Absen
Sementara Ketua DPRD Manggarai Timur Heremias Dupa dalam sambutannya menjelaskan, pemerintah pada dasarnya hadir untuk mengurus tiga hal. Ketiganya yakni, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi.
Pendidikan, jelas dia, berarti omong soal mutu dan akses.
Dikatakan, SDK Nunuk mendapat akses sejak tahun 1955. Tetapi omong mutu akses hanya baru diperhatikan sejak tahun 1978, 1986, 1993, 2008, dan 2012.
“Tetapi itu, dari aspek kualitas, untuk memenuhi delapan standar (pendidikan), itu di Nunuk ini titik beratnya hanya pada guru. Sedangkan pemerintah lewat APBD, sepertinya sejak 2008 bahkan 2012 ke atas atau sejak Manggarai Timur ada absen hadir di Nunuk,” tegas politisi PAN itu.
Sebab itu, kata Heremias, DPRD hadir untuk menghentikan kata pemerintah “absen” di SDK Nunuk. DPRD bakal memperjuangkan pembangunan gedung sekolah yang tampak sudah reyot.
Ia mengaku sudah mengecek kondisi gedung sekolah itu. Secara keseluruhan harus membangun tiga ruangan baru dan melakukan rehabilitasi dua ruang kelas.
“Kalau itu kami tidak hadir, dipertanyakan kehadiran kami,” pungkas Heremias.
Untuk mewujudkan hal tersebut, lanjut dia, tentu saja harus melalui mekanisme APBD, yang salah satunya terkait siklus Musrenbang dari tingkat desa hingga kabupaten.
Menurut dia, pembangunan gedung SDK Nunuk harus masuk pada siklus perencanaan untuk selanjutnya diteruskan ke siklus penganggaran.
Sesuai dengan mekanisme APBD, maka pembangunan gedung SDK Nunuk bisa dianggarkan pada tahun 2022. Sebab di mata Heremias, pendidikan bertujuan mencerdaskan anak bangsa sebagaimana diperintahkan Undang-undang.
Dalam kesempatan tersebut, ia mengaku bersyukur kepada Gereja Katolik karena telah membuka sekolah lewat SDK. Selanjutnya pemerintah seharusnya bertugas untuk membangun sarana dan prasarana.
“Ini menjadi pertanyaan menggugah dan juga menggugat kehadiran pemerintah Manggarai Timur, maka kehadiran kami di sini, ini adalah bagian dari awal pemerintah daerah untuk menambah aset lewat gedung sekolah,” tegas alumni PMKRI itu.
Kepala Pembinaan SD Dinas PK Matim Baltasar Milkior berharap di balik kunjungan itu dapat merealisasikan pembangunan gedung SDK Nunuk.
Baltasar mengaku cukup kuat dan penuh keyakinan dalam memperjuangkan pembangunan gedung karena hadir bersamaan dengan Ketua DPRD, Ketua Komisi C yang menangani bidang pendidikan, dan beberapa anggota dewan.
Ia pun berpesan kepada Kepala SDK Nunuk dan guru-guru agar tidak putus asa dengan keadaan tersebut, sembari menunggu pembangunan gedung baru nanti.
Penulis: Ardy Abba