Kupang, VoxNtt.com-Robert Koroh sedang duduk dengan santai di rumah tuanya. Tangan kirinya dibiarkan melenggang, sementara tangan kanannya mengapit rokok di sela jemari.
Seluruh rambut di kepalanya telah memutih, menampilkan rentang usia yang telah dilewati. Kendati begitu, sorot matanya masih amat tajam dan dalam. Lelaki berusia 84 tahun itu tampak masih tegap dan sangat energik.
Robert adalah ahli waris Istana Amarasi saat ini. Istana yang terletak di Kelurahan Teunbaun, Amarasi Barat, Kabupaten Kupang itu, kini dikelola oleh keluarganya.
Sebelum berstatus sebagai cagar budaya pada tahun 2004, istana Amarasi telah membuka pintunya sebagai pusat informasi budaya. Sebagai warisan kebudayaan, Istana Amarasi menyimpan berbagai peninggalan barang pecah belah, juga beragam benda pusaka.
Ketika diwawancarai oleh VoxNtt, Minggu, (14/03/20), Robert menerangkan bahwa istana Amarasi terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar ataupun meneliti tentang kebudayaan di Amarasi.
“Banyak peneliti datang dari luar negeri ke sini untuk penelitian. Ada yang dari Jerman, Austria, macam-macam,” imbuh Robert. Kendati demikian, Lanjut Robert, meskipun terbuka, istana tidak berurusan dengan perkara politik.
“Misalnya, kalau ada calon gubernur atau calon DPR mau datang ke sini untuk kampanye, kita tidak ikut campur,” tandasnya.
Situasi Kini
Sebelum pandemi Covid-19 mendera, Istana Amarasi membuka diri bagi wisatawan, baik lokal sampai manca negara. Kegiatan tenun ikat Amarasi, pewarnaan kain, serta pegelaran kesenian biasanya berpusat di istana.
Namun, semenjak pandemi merebak, istana Amarasi telah menutup pintunya dan tidak menerima pengunjung yang datang. Kegiatan kesenian pun tidak lagi dilakukan seperti sebelumnya. Aktivitas istana diberhentikan sejak Februari 2020 lalu.
”Karena covid, juga karena sudah ada kesepakatan dengan biro perjalanan, kami tutup sejak tahun lalu. Sekarang masih belum buka,” ungkap Robert dengan tenang.
Untuk diketahui, sebelumnya Istana Amarasi sempat melakukan pemugaran pada bulan Desember 2019 sampai Maret 2020. Pemugaran dilakukan pada bagian genteng, juga mengganti plafon yang rusak.
Meski keadaannya kini tampak sepi seolah tak berpenghuni, gedung yang dibangun sejak tahun 1940 itu tetap terawat dan dijaga dengan baik oleh pengelolah iastana. Bangunan yang berdiri sebelum kemerdekaan Indonesia itu tetap kokoh menancapkan tiangnya di tubuh bumi.
Di akhir perjumpaan Tim VoxNtt dengan Robert, ia mengungkapkan harapannya agar warisan sejarah ini dapat terus lestari.
“Semoga dia (istana) lestari. Dijaga dan dilindungi oleh Undang-Undang sehingga bekas peninggalan raja ini tetap ada,” katanya. Ia juga berharap agar situasi akan menjadi lebih baik ke depannya.
Penulis: Erik Lova
Editor: Irvan K