Kefamenanu,VoxNtt.com-Proyek irigasi yang dibangun pemerintah Desa Letmafo Timur, Kecamatan Insana Tengah, Kabupaten TTU pada tahun anggaran 2017 mubasir.
Proyek irigasi yang dibangun dengan anggaran Rp 497.940.850 itu dimaksudkan untuk mengairi persawahan di lokasi Makoe.
Pantauan media ini di lokasi tersebut, Minggu (28/03/2021) nampak irigasi tersebut sama sekali tidak dialiri air. Pada bagian dasar irigasi terlihat timbunan tanah.
Pada bagian atas terlihat banyak rumput liar yang menutupi saluran tersebut. Sedangkan pada bagian ujung depan irigasi, banyak timbunan sampah bekas pohon maupun tanah.
Di bagian samping irigasi ada bekas pematang sawah yang sama sekali tak ada air. Bekas pematang sawah tersebut oleh petani saat ini sudah dialihkan untuk ditanami tanaman jagung, pepaya serta sayur mayur.
Daniel Ela salah satu warga Desa Letmafo Timur yang juga pemilik lahan sawah di lokasi Makoe mengaku, lokasi persawahan tersebut sudah dikelola sejak mulai dari tahun 1950 an. Lokasi persawahan tersebut dikelola dengan sistem irigasi yang dibuat secara manual.
Sejak tahun 1950 hingga 2015, jelas Daniel, jika debit air di kali memadai maka lokasi persawahan tersebut bisa dikelola dan dipanen dua kali dalam setahun.
“Dulu itu Kalau debit airnya bagus, satu tahun itu bisa panen dua kali, tergantung air juga,” tutur Daniel.
Daniel menambahkan, pada tahun 2015 Pemdes Letmafo Timur mulai melakukan perencanaan dan persiapan untuk pembangunan irigasi permanen di lokasi tersebut. Sehingga ia pun tidak bisa mengolah sawah miliknya.
Hal itu terus berlanjut hingga akhirnya tahun 2017 irigasi tersebut mulai dibangun. Harapan baru agar irigasi tersebut bisa membantu dirinya dan petani lain untuk mengairi sawah miliknya, ternyata sia-sia belaka.
Hal itu lantaran ternyata setelah irigasi tersebut dibangun,hingga saat ini air tak kunjung mengalir.
“Mulai dari 2015 sampai sekarang kami tidak kerja sawah karena air tidak pernah mengalir lewat itu irigasi,” sesalnya.
Daniel pada kesempatan itu, berharap agar Pemerintah Desa Letmafo Timur bisa mencari jalan keluar agar irigasi tersebut bisa berfungsi dan mengairi persawahan miliknya dan petani lainnya. Sehingga tahun mendatang persawahan di lokasi Makoe bisa kembali diolah.
“Itu sawah hanya bisa tanam kalau pakai irigasi. Kalau pakai tadah hujan tidak bisa,” tuturnya.
Sementara itu, Paulus Leu, warga Desa Letmafo Timur lainnya mengakui jika sejak irigasi tersebut dibuat, hingga saat ini tak pernah dialiri air
Hal itu mengakibatkan sawah di lokasi Makoe hingga saat ini tak bisa diolah petani. Ia menilai, hal itu terjadi lantaran mulut irigasi letaknya lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan air.
Ia pun mengharapkan adanya jalan keluar sehingga irigasi tersebut bisa dimanfaatkan dan mengairi areal persawahan Makoe.
“Tadi kita lihat itu karena tanah dan kotoran sudah timbul air di mulut saluran. Kalau tidak itu lebih tinggi lagi. Jadi, air tidak bisa masuk kalau pas banjir di kali itu juga harus banjir yang besar betul, baru air bisa masuk di irigasi. Tapi kalau banjir kecil saja air tidak bisa masuk,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Desa Letmafo Timur, Nikolas Pala saat dikonfirmasi VoxNtt.com mengakui proyek irigasi tersebut dikerjakan pada tahun anggaran 2017.
Proyek irigasi dengan panjang 93 meter itu menghabiskan anggaran senilai Rp 497 juta. Ia pun mengakui, hingga saat ini saluran irigasi tersebut tak bisa digunakan untuk mengairi areal persawahan Makoe.
Namun, ia mengaku hal itu bukan disebabkan oleh saluran irigasi tersebut tak bisa dialiri air.
Itu melainkan adanya bagian saluran yang rusak sehingga air tidak bisa mengalir ke sawah.
Kerusakan saluran tersebut, jelasnya, terjadi lantaran bagian ujung dari irigasi yang dibuat oleh pemerintah desa tetangga di lokasi tersebut, tepat berada pada saluran yang mengairi areal persawahan Makoe.
“Saluran itu rusak karena memang ujung irigasi Oensikan itu pas langsung di saluran sebelah sini. Jadi pas banjir datang dari saluran Oensikan, itu buat rubuh saluran yang kita punya,” tuturnya.
Kades Nikolas mengaku, pihaknya sebenarnya sudah berniat untuk memperbaiki saluran yang rusak tersebut agar bisa dialiri air.
Namun lantaran pemilik tanah pada saluran yang sudah rusak tersebut menuntut ganti rugi, makanya hingga saat ini upaya perbaikan tersebut tak bisa dilakukan.
“Sebenarnya ada upaya (perbaikan). Tapi karena pemilik tanah yang saluran sudah rusak itu minta ganti rugi, pemerintah desa mau gganti uang darimana,” tuturnya.
Usai melakukan konfirmasi dengan Kepala Desa Nikolas, VoxNtt.com pun kembali menelusuri irigasi Makoe untuk melihat saluran yang disebut sudah dirusakkan oleh aliran air dari irigasi Oensikan.
Berdasarkan hasil penelusuran, ditemukan saluran irigasi yang sudah dibangun secara permanen oleh Pemdes Letmafo Timur pada tahun anggaran 2017, lalu tak ada mengalami kerusakan fisik.
Namun sama sekali tak dialiri air bahkan nyaris tertutup rimbunnya tanaman liar.
Sementara yang disebut rusak tersebut ternyata merupakan saluran irigasi yang dibuat manual oleh masyarakat dan terletak sekitar puluhan meter dari ujung saluran irigasi yang dibangun permanen.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Boni J