Ruteng, Vox NTT- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) terus melakukan berbagai upaya dalam rangka mengembangkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Flores, Alor, Lembata dan Bima (Floratama). Ada beragam kegiatan yang sudah dijalankan oleh badan dengan direktur utama Shana Fatina itu.
Salah satunya dengan melaksanakan kegiatan Training of Trainer (TOT) di Aula Hotel Revayah Ruteng, Kabupaten Manggarai, Rabu (14/04/2021). Kegiatan yang dimulai pukul 08.00 Wita hingga 16.00 Wita itu menghadirkan berbagai utusan lintas Perangkat Daerah di Manggarai. Dalam kegiatan, BPOLBF menghadirkan narasumber Lala Tangkudung. Dia adalah Main Facilitator of Talking, Public Speaker, Radio Announcer, and MN-TV Presenter.
Direktur Industri dan Lembaga BPOLBF Neysa Amelia menjelaskan, TOT tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peserta dalam rangka pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Selain peningkatan kapasitas peserta, TOT lintas Perangkat Daerah bertujuan untuk mempererat kembali jalinan rencana kerja yang konkret dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai.
Menurut dia, pembangunan pariwisata dan ekonomi kreatif mesti melibatkan semua pihak. Sebab itu, BPOLBF pun mengajak semua pihak agar terlibat di bawah konsep “Pentahelix”.
Artinya, pemerintah, masyarakat, akademisi, pengusaha, dan media massa perlu bersatu dalam membangun pariwisata.
Neysa menambahkan, pada dasarnya BPOLBF hadir sesuai amanat Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2018, yang mana fungsinya yakni otoritatif dan koordinatif.
Dalam fungsi otoritatif, jelas dia, BPOLBF dimandatkan untuk mengembangkan kawasan pariwisata di daerah kewenangannya. Sedangkan fungsi koordinatif, BPOLBF dimandatkan untuk melakukan koordinasi dengan 11 kabupaten di Flores, Alor, Lembata dan Bima.
“Nah, karena wilayah kerja kita banyak, ada 11 kabupaten tentu kita menjalin komunikasi, koordinasi dan kolaborasi tidak hanya dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai, tapi juga dengan Pentahelix. Dengan masyarakatnya, dengan akademisi, dengan media. Terus juga pemerintah pusat (dan) daerah yang berkaitan dengan ekonomi kreatif,” jelas Neysa di sela-sela kegiatan TOT tersebut.
Menurut dia, dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif masing-masing pihak harus berbagi peran, termasuk masyarakatnya. “Kita ingin semua terlibat dan berpartisipasi di sini, dari HPI, dari PHRI, dari masyarakat desa wisata terlibat,” imbuhnya.
Sehari sebelum pelaksanaan TOT, kata dia, BPOLBF melaksanakan rapat dengan berbagai Perangkat Daerah di Manggarai terkait rencana pengembangan agrowisata di kabupaten itu, sebagai sektor unggulannya. Hasil rapat tersebut kemudian dilaporkan ke Bupati Manggarai Herybertus G.L Nabit yang juga mantan Direktur Destinasi dan Pengembangan Pariwisata BPOLBF.
Senada dengan Neysa, Pelaksana tugas Sekretaris Dinas Pariwisata Kabupaten Manggarai Adrianus Husen menjelaskan, kegiatan TOT dengan konsep “Pentahelix” tersebut bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dalam rangka pengembangan pariwisata. TOT menyasar ke kelompok kerja investasi pembangunan yang sedang didorong menjadi prime mover ekonomi masyarakat itu.
Adrianus yang adalah salah satu peserta TOT mengatakan, Manggarai merupakan daerah penyangga utama pariwisata super premium Labuan Bajo.
“Dan, kegiatan hari ini adalah TOT bagaimana kita membuat branding pariwisata Kabupaten Manggarai ke depan, dengan slogan yang selama ini kita dorong adalah pariwisata Manggarai berbasis budaya,” jelasnya.
Kendala yang Dihadapi
Sementara itu, Main Facilitator of Talking, Public Speaker, Radio Announcer, and MN-TV Presenter, Lala Tangkudung, mengatakan kendala yang dihadapi selama ini dalam mempromosikan pariwisata adalah infrastruktur.
“Karena jujur kalau saya dalam posisi sebagai wisatawan, saya itu pengen nyari (ingin cari) tempat pariwisata yang bagus, saya juga nyari akses. Kalau aksesnya enak, ke mana-mana itu dekat, maksudnya dengan walking distance dengan jalan saja kita bisa menikmati pemandangan, itu akan lebih menarik,” kata Lala saat dimintai komentarnya.
Kendala selanjutnya menurut dia, terletak pada sumber daya manusia (SDM). Sebab itu ke depan kendala-kendala ini mesti dibenah dalam pengembangan sektor pariwisata.
Lala menambahkan, dalam upaya promosi pariwisata juga sangat penting membangun narasi yang mampu menonjolkan diksi yang baik. Pemilihan kata tentu saja harus efektif dan menyentuh hati pembaca. Sehingga hanya dengan membaca saja bisa menarik perhatian orang terhadap obyek pariwisata.
“Tapi kan dengan kekuatan sosial sekarang, jadi kita dibantu oleh bentukan visual. Jadi intinya adalah bentukan visualnya itu yang dimaksimalkan. Caption-nya sih kalau bisa singkat, jelas, padat tapi bermakna. Jangan terlalu panjang karena tipikal orang zaman sekarang itu nggak suka membaca sesuatu yang panjang,” jelas dia.
Penulis: Ardy Abba