*Cerpen
Oleh: Yohanes Boli Jawang
Aku ingin lebih lama berdiam dan merenungkan apa yang sudah dilewati, tapi tidak untuk menyatakan kembali pada saat ini. Sebab semuanya sudah berbuah dalam kisah yang tak mungkin terlupakan.
Waktu dan hari akan terus berlalu, hanya angka untuk tahun ini mulai menipis. Tidak terasa gerbang penutup tahun ini mulai mendekat dengan deretan angka yang mulai berkurang.
Tidak ada sesuatu yang berbeda dari hari-hari kemarin. Dunia masih berduka bederai air mata yang tak kunjung berhenti.
Entahlah sampai kapan semuanya akan berakhir. Ini hanya sekilas dari catatanku untuk menutup tahun.
Terkadang aku hanya bisa mengatakan “kok, hari berlalu begitu cepat ya? sehingga kadang tak terasa kalau aku sudah berada dipenghujung tahun. Demikian kadang hati ini selalu bertanya.
***
Perjalanan hidup yang penuh tantangan kadang membuat kita ingin berhenti saja. Kita tidak mau melanjutkan perjalanan karena lelah dan capek.
Tapi apakah kita mau menyerah saja dengan situasi dan keadaan yang ada? Terkadang kita terbawa oleh situasi yang membuat kita tidak mau melihat dan bahkan mendengar orang-orang sekitar kita.
Situasi kadang membuat kita tertipu, hanya karena situasi mungkin ingin mencobai kita. Kita seakan terseret dalam derasnya arus zaman yang begitu dahsyat.
Kita terpancing dan kadang hampir terbawa. Satu hal yang selalu kita lakukan adalah kita hanya bisa berkeluh dan bekeluh.
Berkeluh adalah bagi kita mungkin cara yang terbaik untuk meluapkan isi hati yang terpendam. Tapi satu hal yang mesti kita hindari adalah bergosip.
Gosip membuat situasi menjadi tidak nyaman sehingga diri sendiri pun menjadi tidak aman.
Apalagi katakan saja fitnah begitu. Pandangan umum mengatakan bahwa fitnah itu jahat. Tahun ini kita ingin lebih baik, sehingga jejak-jejaknya pun menjadi baik sebaik harapan yang kita impikan.
Hidup adalah sebuah perjuangan. Inilah pepatah yang sudah sangat popular dan terkenal.
Secuil harap dengan segenggam rasa selalu ada di setiap kita dalam alur waktu yang kita lalui. Kita selalui dihatui bayang-bayang semu yang menggiurkan.
Ke sana dan ke mari adalah kebiasaan sehari-hari kita yang selalu dilakukan. Mentari menyapa hingga mentari berpamitan keperaduan kita tak pernah berhenti.
Siang dan malam saling menyapa begitupun hari yang selalu bersahutan kita masih pada tempat yang sama. Apa yang ingin kita cari? Imaginasi dan hayal bercampur halusinasi kadang membuat kita dilema, mana yang harus kita pilih.
Sedangkan kenyataan zaman menghadirkan begitu banyak pilihan tentang kehidupan ini.
Waktu selalu memberi kita untuk bersulang bersama kesempatan. Merajut kisah dengan cara yang berbeda dari kita.
Hari adalah secarik kertas dan waktu adalah pena yang tak bisa terpisahkan. Menenun dan menulis kisah diatasnya adalah kita yang sedang melaluinya.
Hidup menyajikan banyak hal namun juga banyak tantangan. Apakah kita harus menyerah pada kenyataan yang ada? Sekelumit kisah yang tertinggal kadang hadir dalam waktu bersama kita. Menolaknya bukan cara yang terbaik.
Ini akhir tahun dan sedikit waktu lagi akan tertinggal. Masakan marah, dendam, hingga tak mau untuk memaafkan masih saja menghiggapi jelaga tubuh? Masa lalu adalah bagian dari aku yang karena masa lalu itulah membuat aku untuk menjadi lebih baik.
Akhir tahun hanyalah berakhirnya angka tapi tidak dengan hari dan waktu. Waktu dan hari masih tetap sama dan selalu menemani kita.
Koherensi cerita dan kisah masih tetap sama dalam satu rasa yakni cinta. Harapannya untuk sebisa mungkin mempertemukan cerita dan kisah dalam berkisah.
***
Tak terasa kita sudah dipenghujung waktu. Waktu dan hari akan selalu berlanjut tapi kisah untuk tahun ini harus kita akhiri. Sudah terlalu banyak cerita yang separuhnya telah berbuah kisah.
Pohon-pohon natal sudah berdiri tegak berhiaskan pernak-pernik dan lampu yang menjalar di jelaga pohon. Hari terus mengyunkan langkah dalam iringan lagu-lagu natal yang merdu. Pertanda natal akan tiba.
“Adakah kita yang sudah siap menanti ataukah kita masih terlalu cemas dengan situasi dan keadaan yang sedang merundu?”
Tertanggal 24 Desember, membuka harap ditengah kesunyian malam. Menyibak kelabu duka dalam penantian yang panjang. Malam pekat dengan sayup-sayup angina sepoi memecahkan sedikit kesunyian malam.
Dunia masih terus berduka. Namun malam ini adalah malam yang berahmat untuk kita. Dunia tidak sendirian karena Emmanuel telah datang.
Mungkin kita takut, cemas, gelisah, hingga mau menyerah, tapi Dia datang memberi harap. Cahaya bintang memberi isyarat untuk kesukaanyang besar.
Dari kesunyian Betlehem, sukacita besar datang. Tidak untuk beberapa orang atau sekelompok orang tapi untuk kita semua.
Gembala adalah orang yang paling terpinggirkan dan mereka orang kecil. Mungkin mereka juga tidak masuk dalam hitungan ataupun tidak diperhitungkan.
Tapi mereka adalah orang pertama yang diberitahukan. Cahaya sempat membuat mereka takut dan mungkin juga cemas, tetapi akhirnya mereka tenang dan melihat sembari mendengarkan apa yang disampaikan.
Tanpa banyak bertanya semuanya bergegas menuju tempat di mana bintang itu terpancar. Dalam diam kesunyian malam terng bintang menjadi penanda dan juga penuntun. Bumi bersorak dalam diam.
Dia bagaikan orang asing yang tak dikenal. Dalam kesederhaan dan kerendahan Ia datang.
Hanya kandang dan palungan yang Ia punya untuk bisa berhenti sejenak sebelum memulai perjalanan. Yang lain lagi adalah pembesar dari timur. Emas, kemenyan.
Dan mur itu yang mereka bawa. Ada saja yang seperti mencekal, tapi mereka luput dan tidak sampai bertemu untuk yang kedua kali.sekali lagi bintang memberi petunjuk dan mimpi menyatakan kepada mereka.
Mengharukan karena kandang yang menjadi tempat awal Dia berjumpa dunia. Tapi ia tidak pernah mengeluh bahkan selalu memberi harap dalam sesungging senyum.
Natal adalah kerendahan hati, kesederhanaan, dan kepolosan hati. Natal datang menyapa kita yang mungkin sedang dalam kekalutan jiwa karena terpaan situasi yang kadang tidak sesuai dengan keinginan kita.
Kita mengeluh dan terus mengeluh dan ingin sekali memerangi situasi. Tetapi situasi terlihat lebih kuat dan semakin menambah keresahan hati.
Kita lemah dan sepertinya kalah. Adakah kita yang mau menyerah pada situasi yang ada? Kita bertanya dan terus bertanya, namun tetap sama dan tak berubah karena yang perlu bagi kita adalah melawan.
Natal memberi semangat dengan sejuta harap. Natal memcahkan resah yang sempat menhantui diri. Natal memberi terang untuk tidak pernah berhenti dan tetap berjuang
***
Beberapa deret angka di akhir tahun sesudah natal sudah mendekat dan pintu akhir tahun sudah terlihat.
Masih tersisa kisah untuk tahun ini yang tidak terlalu banyak demikian juga untuk kebersamaan bersama tahun ini. Kita gunakan sisah waktu untuk bersulang bersamanya karena waktu yang seakan mengejar kita.
“Kadang aku ingin menangis karena tahun yang akan berlalu. Dan kisah yang akan terus maju bersama waktu, untuk menyulam kisah di hari-hari yang masih menyisakan tanya” Akhir tahun sudah menanti dan bersahutan bersama awal tahun. Kita nantikan dan kita rayakan.
Penulis adalah Mahasiswa S1 Fisafat Universitas Parahyangan Bandung. Tinggal di Biara Agustinian Bandung