Vox NTT- Dirangkum dari berbagai sumber, VoxNtt.com mencoba menjabarkan berbagai fakta seputar Israel, Palestina dan Kota Yerusalem.
Pertama, pada awal Abad Masehi, Romawi menduduki Yudea. Setelah Bangsa Yahudi berontak dan gagal, Romawi menghancurkan kuil penyembahan dan mengusir sebagian besar penduduknya (Yahudi) ke seluruh Eropa.
Kedua, pada akhir dari Perang Dunia I, Inggris dan Perancis merebut hampir seluruh wilayah Ottoman di Timur Tengah.
Ketiga, semenjak Tahun 1880, ratusan orang Yahudi di Eropa Timur memilih untuk berpindah tempat tinggal ke Palestina, Kekaisaran Ottoman. Hanya saja, rencana untuk melakukan imigrasi masal ini, dilakukan tanpa perencanaan yang matang sehingga banyak yang mengalami malaria, kelaparan dan ditangkap oleh pasukan Turki.
Keempat, pada tahun 1897, Theodor Herzl mengumpulkan tokoh Yahudi dari seluruh Eropa dalam kongres Zionis pertama.
BACA: Sejarah Lahirnya Negara Israel
Kelima, Inggris semakin muak akan kekacauan di Palestina dan memilih menyerahkan Palestina ke Perserikatan Bangsa-Bangsa. Di bawah UNSKOP masa depan Palestina ditentukan.
Palestina kemudian dibagi menjadi 3 bagian: Untuk bangsa Yahudi, untuk Bangsa Arab dan Yerusalem bagi PBB.
Pada tanggal 29 November 1947, pemilihan suara dimulai dan hasilnya, 33 negara menyetujui, 13 negara menolak, 10 negara abstain, 1 negara tidak hadir.
Keenam, pada tanggal 14 Mei 1948 David Ben Gurion memproklamasikan kemerdekaan Israel di Tel Aviv. Dia kemudian menjadi Perdana Menteri Israel pertama.
Ketujuh, Yerusalem adalah kota suci bagi 3 kelompok yaitu umat Muslim, Krstiani Yahudi dan Armenia. Tapi kota ini kota ini sudah didera konflik sejak 1000 tahun yang lalu.
Kedelapan, Palestina dan Israel dulunya adalah bagain dari Ottoman Empire atau Kerajaan Turki Utsmaniyah sejak 1517.
Pada tahun 1917 Inggris di bawah pimpinan Jenderal Edmund Allenby merebut Yerusalem.
Kesembilan, pada Tahun 1922 PBB lewat konferensi Lausanne memberikan mandat kepada Britania Raya untuk menjalankan fungsi administrative di Palestina, Transjordania dan juga Irak.
Kesepuluh, pada Tahun 1921- 1948 kaum Yahudi berbondong-bondong masuk ke Oalestina membawa semangat zionismenya, untuk pulang ke tanah terjanji mereka. Hasilnya kekerasan demi kekerasan pun terjadi.
BACA JUGA: Begini Perbandingan Kekuatan Militer Israel dan Hamas-Palestina
Kesebelas, pada 29 November 1947 PBB menghentikan mandat Inggris dan memberlakukan Corpus Separatum, membagi 2 wilayah ini menjadi Palestina dan Israel. Kaum Yahudi setuju namun tidak dengan para negara di Timur Tengah Selatan. Segera Israel memproklamasikan kemerdekaannya.
Keduabelas, pada Tahun 1948-1946 perang antara Israel dan Negara Arab tidak dapat dihindari. Hasilnya, Jordania menduduki tepi barat dan Yerusalem Timur termasuk Old City. Mesir menguasai Gaza, Israel menduduki 78% tanah Palestina. 700 ribu orang mengungsi dan warga palestina mengenangnya sebagai Al-Nakba atau Katastropi.
Ketigabelas, pada Tahun 1967, Israel mampu menduduki Palestina seutuhnya. Hal ini picu berdirinya PLO (Palestina Liberation Organization). Ketidakadilan semakin dirasakan oleh warga Palestina. Intifada atau perlawanan rakyat membuat Hamas lahir untuk memperjuangkan Gaza dan tepi barat.
Keempatbelas, pada 15 November 1988 PLO yang diketuai Yasser Arafat mendeklarasikan berdirinya Palestina.
Kelimabelas, pada Tahun 1993 perjanjian Oslo dan Amerika Serikat membagi tepi Barat menjadi 3 bagian. Namun, Oslo membuat intifada kedua berkobar.
Keenambelas, pada Tahun 2005 Israel meninggalkan Gaza Dan Hamas memisahkan diri dari PLO serta mempunyai otoritas penuh di Gaza.
Ketujuhbelas, pada Tahun 2005-2017 konflik Hamas dan Israel di Gaza belum berakhir, mengorbankan ribuan warga Gaza dan Israel. Juli 2017, 3 warga Palestina membunuh 2 polisi Israel di Bab Hutta, dekat Gerbang Nasjid Al-Aqsa. Israel pun langsung memasang metal detector di beberapa titik masjid Al-Aqsa tindakan ini menuai protes keras umat muslim di Old city Yerusalem.
Kedelapanbelas, usai Donald Trump akui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, negara anggota OKI pun menggelar konferensi luar biasa di Istanbul, Turki, mulai 13 Desember 2017.
Penulis: Ronis Natom