Cinta dalam Diam
Di tempat pembaringan
Hembus angin malam selimuti diri
Merebut hangatnya rindu…
Sampai pagi menepi
Rindu masih tersekat rekat dalam dada…
Aku mencintai seorang puan
Di persimpangan jalan dekat kedai kopi
Ketika kutahu ia bersama yang lain
Aku rasa lebih dari cukup bila mencintainya dalam diam…
Puan I
Ingatan lama kembali beralih
Pada seorang puan di lorong gereja
Tutur katanya,
Menyembuhkan luka dan nestapa
Membuatku tak mampu berpuasa atas desiran hasrat yang mendesah rebah
Saat awal berjumpa
Tatapan matanya terlihat akrab dan manja
Sampai sel-sel asmara dalam dada yang telah lama tersekat kenangan kembali terbuka
Aura gadis manis bermata teduh itu
Selalu menari kala malam dalam angan sembari memberi senyum paling manis bak kismis
Puan…
Andai kutahu nama indahmu
Akan kusebut selalu dalam nada doa saat setiap sepertiga malam
Atau haruskah aku memohon…
Agar jangan kau datang lagi dalam angan kala malam
Sebab sepi pasti akan tetap menanti tiada henti dengan diri ini
Karena rindu pasti akan semakin menggebu-gebu…
Puan II
Pesona matamu nan indah dan rupamu nan anggun
Adalah biasan keindahan yang terungkap raga
Puan…
Aku tetap setia menanti di sini dalam kesendirian
Dan masih terpenjara pada rasa asmara yang membuatku sengsara tak bebas karena belum pernah terlampias kata.
Andai suatu saat nanti hatimu kemari dan menari kala malam dalam rindu nan sama
Aku mau kita rayakan dengan alunan musik paling eksotis
Lalu mendekap mesra dan mencumbumu
Melepas semua gelora jiwa untuk padamkan hasrat, karena bara-bara asmara yang menyala tak dapat padam
Biar rasa asmara dalam dada paham
Bahwa memilikimu adalah anugerah terindah…
Rindu; Tidakkah Kecup Adalah Penawarnya?
Pada bola matamu
Ada sejengkal cinta yang tersingkap
Rupanya semalam suntuk engkau menunaikan ibadah rindu
Tahukah kamu…
Bahwa aroma pada mawar itu enak dihirup? Itu dapat kita tahu bila kita kecup
Rindu pun serasa aroma pada mawar
Marilah kemari
Biar aku beri sedikit kecup manis di pipimu sebagai penawarnya
Kamu Adalah Tubuh Rindu
Kamu….
Adalah tubuh rindu yang mungkin tak akan dapat kupeluk
Sebab sejak awal berjumpa
Dirimu perihal bagian dari angan yang berterbangan seperti gelombang udara yang tak akan
dapat kugenggam dalam tangan
Memang…
Aku pernah berselancar dalam lautan asmara
Mencoba menggulung perasaan ke tepian
Agar sampai kepadamu sebagai pelabuhan terakhir untuk bersandar cinta ini nan abadi
Namun…
Engkau tak pernah mengerti bahasa rasa dalam isyarat yang seringkali aku beri
Dan saat ini…
Aku ingin mengatakannya tanpa isyarat lagi
Biar engkau mengerti bahwa aku sedang menanti bukan yang lain
Tetapi dirimu…
Dan bila engkau tanya alasan apa yang membuat aku jatuh cinta padamu
Aku akan menjawab tentang keindahan matamu yang berkedip manja ketika kita bertatapan
muka…
Yonaz Don Bosco, sekarang sedang mendalami Ilmu Pendidikan
Biologi, mahasiswa semester IV di UNWIRA Kupang. Ia berasal dari Kampung Bala, Kecamatan Poco Ranaka Timur-Manggarai Timur