Labuan Bajo, Vox NTT- Bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila yang merupakan ideologi negara itu setiap tanggal 01 Juni.
Setiap warga Indonesia dituntut untuk menjalankan peran masing-masing dalam menjaga dan merawat Pancasila yang menyatukan bangsa itu tanpa terkecuali.
Begitu pula dengan Komunitas Pemuda Anti Radikal Manggarai Barat (Kopearad Mabar).
Ketua Kopearad Mabar Agustinus Hargianto Umar menegaskan, tugas mereka ialah memenangkan Pancasila.
Pancasila kata dia, merupakan kesepakatan dasar bangsa Indonesia untuk hidup dalam suatu Negara Kesatuan Repubik Indonensia.
“Dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila menjelmah menjadi visi atau pandangan hidup yang mendasari dan menjadi tujuan segala hukum dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,”kata Itho sapaan akrab Agustinus dalam diskusi ‘Merawat Indonesia’ menjelang Peringatan Hari Lahir Pancasila, Senin (31/05/2021) malam.
Itho dengan tegas mengatakan, Indonesia tidak menganut paham radikalisme, komunisme, sosialisme atau kapitalisme.
“Kita adalah pancasila, yang sumbernya dari kepribadian bangsa kita. Cuma Pancasila yang menyatukan kita semua, semestinya kita harus bersyukur kepada pendiri dan pahlawan yang mewariskan nilai Pancasila kepada kita,” tegas Itho.
“Tugas kita sebenarnya hanya memahami, menghayati dan mengamalkan Ketuhanan yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusywaratan perwakilan dan Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia secara utuh,” tambahnya.
Itho juga mengatakan, dalam kaca matanya, saat ini pengamalan Pancasila tidak sedikit yang menyimpang, baik oleh oknum para elite politik maupun oknum masyarakat.
“Kita amati bersama-sama, saat ini praktik kapitalisme sering mewarnai investasi, kaum buruh hanyalah obyek pabrik, yang melahirkan kesenjangan antara kaya dan miskin. Radikalisme menghadirkan kekerasan fisik dan psikis, agama hanya dijadikan barang dagangan oleh oknum tertentu untuk kepentingan kursi kekuasaan. Aksi anarkis dilakukan sebagai strategi gerakan sosial, disintegrasi dan separatis menjadi komoditi politik sekelompok orang. Kita sering jumpai hal-hal seperti ini,” ungkapnya.
Tidak sampai di situ kata Itho, terorisme terus mempertontonkan aksi kekejaman kepada sesama anak bangsa.
“Korupsi tumbuh subur di lingkungan Pemerintah, wakil rakyat bersuara mewakili kepentingan pemodal dan aparat penegak hukum tidak mampu memberikan keadilan bagi rakyat kecil. Boleh dikatakan bahwa Pancasila sudah tidak lagi menjadi pandangan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara. Ini tantangan saat ini,” ujarnya.
Karena itu kata Itho, sebagai pemuda yang merupakan bagian dari generasi penerus bangsa, dirinya mengajak seluruh anak muda untuk terus berupaya memenangkan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia.
“Saya meyakini bahwa persoalan-persoalan di atas bisa terselesaikan hanya dengan mengembalikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” pintanya
Itho berharap, oleh pemuda Pancasila harus menjadi pandangan dan pedoman hidup pribadi dan kolektif masyarakat Indonesia.
“Pancasila yang lahir dari keberagaman agama, suku, budaya dan ras tentu menjadi batu penjuru yang kuat melawan segala bentuk penindasan, radikalisme dan intoleransi keberagaman,” tutupnya.
Penulis: Sello Jome
Editor: Ardy Abba