Oleh: Melkior Triraja Lalo
Mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira- Kupang
Satu setengah tahun sudah Covid-19 bertualang menjelajahi hampir seluruh dataran Ibu Pertiwi. Berbagai upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penyebaran virus telah dilakukan (Social Distancing, Lockdown, PPKM, dll).
Namun sampai saat ini belum juga menunjukan adanya peningkatan atas upaya tersebut, bahkan jumlah korban per harinya semakin meningkat.
Informasi Covid-19 yang dilansir website resmi Covid-19.co.id, jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 5.436 pasien. Jadi total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia yakni 4.073.831 pasien. Itu data per Senin, 30 Agustus 2021.
Tentu hal ini membawa dampak buruk bagi semua aspek kehidupan. Di bidang sosial akan melahirkan suatu pola tingkahlaku individual yang tinggi karena pembatasan-pembatasan mengenai pekumpulan, pertemuan, diskusi dan apa saja yang menyangkut kerumunan massa diberhentikan dan dilarang untuk saat ini.
Di bidang ekonomi juga demikan karena pembatasan-pembatasan aktivitas banyak usaha ekonomi yang gulung tikar dan imbasnya pada banyak karyawan-karyawati yang di-PHK dan tentu saja hal ini menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Di bidang budaya pun demikian, habitus baru masa pendemi tanpa disadari telah dengan perlahan merubah budaya hidup bangsa Indonesia. Sungguh meresahkan.
Bukan hanya itu dampaknya juga merembes pada sistem pendidikan di Indonesia. Selama masa pandemi ini mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Perguruan Tinggi semuanya diliburkan.
Boleh dibilang enak, waww libur,,yes liburr. Kita tidak perlu mengeluarkan ongkos transportasi dan juga tidak perlu capai-capai ke sekolah.
Tapi kalau kita berpikir begitu bagaimana dengan masa depan kita, mau jadi apa kita nanti dan mau dibawa ke mana negeri ini kalau terus-terusan berpikir instan seperti ini.
Adaptasi baru pada perubahan sistem belajar mengajar di sekolah maupun Perguruan Tinggi yang sebelumnya tatap muka atau istilah kekiniannya Luring (Luar Jaringan) dan kini telah berubah ke Sistem online Daring (Dalam Jaringan) memang dilihat cukup sulit karena belum ada persiapan apalagi pelajar dan pengajar belum terbiasa dengan cara seperti ini.
Ditambah lagi masih kurangnya peralatan untuk menunjang terlaksananya proses belajar mengajar online. Sebab pada dasarnya tidak semua pelajar berasal dari latar belakang keluarga yang berada yang mampu mengadakan dan menunjang semua proses belajar dengan baik.
Roda perekonomian tidak berputar dengan stabil dan di samping itu pengajar dan pelajar dituntut untuk menyiapkan sekurang-kurangnya handphone, labtop, juga akses jaringan internet yang baik.
Semua itu butuh biaya. Apa yang akan terjadi jika seandainya pelajar juga mengambil sikap apatis dengan keadaan ini?
Pengembangan Sikap Proaktif, Produktif dan Kreatif di Tengah Pandemi
Jika kenyataannya demikian, maka salah satu langkah terbaik yang perlu diambil yakni perlu adanya sikap proaktif, produktif dan juga kreatif dari para pelajar sebagai bagian dari usaha menata masa depan yang baik.
Dalam ketiga hal ini yang harus menjadi figur sentral yakni mahasiswa. Mengapa demikian? Sebab mahasiswa adalah ujung tombak pelajar dan juga pelajar dewasa yang siap untuk diterjunkan ke medan hidup sesungguhnya.
Artinya, apapun perlu dipersiapkan untuk terjun ke medan tempur. Dilihat dari kata mahasiswa itu sendiri, mempunyai arti bahwa mahasiswa sudah memiliki kemampuan lebih daripada pelajar biasa.
Ia sudah mampu bertanggung jawab atas apa yang menjadi pilihan hidupnya. Tentu hal ini bukan hanya dimaksudkan untuk mahasiswa saja, tapi untuk semua kalangan pelajar agar mampu berpikir dan mengambil langkah yang tepat.
Maka mungkin menjadi benarlah apa yang diungkapkan oleh Emil H. Tambunan, Ph.D. dalam bukunya yang berjudul KEPRIBADIAN SEUTUHNYA “Apa yang seseorang buat itulah hidupnya, dan hidup adalah apa yang dibuat terhadap hidup itu.”
Artinya hidup itu menjadi bermakna apabila orang pandai menyikapi hidup itu sendiri. Jadi, semuanya kembali pada diri sendiri bagaimana seseorang perlu mengambil sikap yang bijak dalam menentukan arah langkah hidupnya. Untuk itu karakter yang baik perlu ditanamkan sejak dini.
Karakter yang baik sudah pasti lahir dari nilai-nilai yang baik pula. Maka dalam hal ini generasi muda sebagai penerus bangsa terkhususnya mahasiswa yang siap berjuang di medan hidup mesti menghidupi satu semangat hidup yang sejak dulu kala telah menjadi ciri khas karater bangsa Indonesia.
Kesemuanya telah dirumuskan oleh para Founding Father, yang sekarang kita kenal dengan istilah PANCASILA.
Inilah yang menjadi dasar pijakan bangsa Indonesia sehingga masih kokoh berdiri hingga saat ini. Bangsa Indonesia berdiri di atas nilai-nilai yang luhur.
Nilai Ketuhanan, Kemanusian, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Semuanya ini mesti dihidupi oleh para mahasiswa. Sehingga dari dasar ini akan melahirkan dari dalam diri semangat proaktif, produktif dan kreatif.
Semangat Mahasiswa yang Lahir dari Penghayatan Pancasila
1.Proaktif
Dalam bukunya ” The 7 Habits of Highly Effective People” Steven R. Covey menjabarkan dengan sangat bagus tentang arti dari kata proaktif.
Menurutnya kata ini berarti bahwa kita sebagai manusia, kita bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Kita dapat menomorduakan perasaan sesudah nilai.
Kita mempunyai inisiatif dan tanggung jawab untuk membuat segala sesuatunya terjadi. Orang yang proaktif mengenali tanggung jawabnya.
Mereka tidak menyalahkan keadaan , kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka.
Perilaku mereka adalah pilihan sadar mereka, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari kondisi mereka berdasarkan perasaan.
Proaktif berlawanan dengan reaktif. Covey mengatakan bahwa orang yang reaktif seringkali dipengaruhi oleh lingkungan fisik mereka.
Jika cuaca bagus, mereka merasa senang. Sedangkan orang yang proaktif dapat mengatur cuaca mereka sendiri.
Entah hari hujan atau cerah tidak ada bedanya bagi mereka. Orang reaktif digerakkan oleh perasaan, kondisi, keadaan dan lingkungan hidup mereka.
Sedangkan orang yang proaktif digerakkan oleh nilai-nilai yang sudah dipikirkan secara cermat, diseleksi dan dihayati.
Tetapi, orang yang proaktif juga tetap dipengaruhi oleh stimulus luar, entah fisik, sosial, atau psikologis.
Namun, respon mereka terhadat stimulus tersebut, sadar atau tidak sadar, didasarkan pada pilihan atau respon yang berdasarkan nilai tertentu.
Jadi, proaktif pada dasarnya adalah suatu sikap tanggung jawab kita dalam menyikapi keadaan yang terjadi di sekitar kita terkhususnya di tengah pandemi ini, sebagai pelajar Mahasiswa apa langkah terbaik yang harus diambil.
2.Produktif
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia produkivitas adalah kemampuan menghasilkan sesuatu atau daya untuk berproduksi.
Ciri-ciri orang produktif adalah orang yang selalu menetapkan prioritas, mempunyai target, mampu membagi waktu, fokus pada pekerjaan dan mengerjakan sampai tuntas segala pekerjaannya.
Dalam kasus ini di masa pandemi sebagai mahasiswa yang baik harus mampu memberdayakan sumber daya yang ada untuk membantu laju perekonomian di tengah situasi krisis akibat wabah virus Corona.
3.Kreatif
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia’ 1990:456’ mendefinisikan kreatif adalah kemampuan menciptakan atau daya cipta, kreativitas juga dapat berarti sebagai kreasi terbaru dan orisinil yang tercipta, sebab kreativitas adalah sautu proses mental yang unik untik menghasilkan sesuatu yang berbeda, baru dan orisinil.
Orang-orang kreatif selalu memiliki pandangan yang positif terhadap diri sendir dan juga segala sesuatu yang ada di sekitar, bersikap fleksibel dan melihat suatu kejadian atau persoalan dari sudut yang berbeda.
Maka dari itu sangat dibutuhkan mahasiswa-mahasiswa yang mampu berpikir kreatif.
Artinya dia tidak hanya melihat pandemi sebagai suatu kemalangan semata tapi lebih dari pada itu untuk menumbuhkan semangat juang untuk mampu menghasilkan sesuatu yang berguna baik bagi dirinya juga bagi banyak orang.
Jadi dengan demikian di tengah situasi pandemi ini mahasiswa yang Pancasilais mampu melahirkan pemikiran-pemikiran yang proaktif.
Artinya dia tidak hanya berdiam diri dan pasrah dengan keadaan yang terjadi saat ini tapi dia juga berusaha mencari apapun yang akan membantunya menunjang pengetahuan pendidikannya yang akan mejadi bekal di kehidupannya kelak.
Mahasiswa juga perlu produktif artinya melalui daya nalarnya dia mampu menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi banyak orang entah itu melalui sumbangan pemikiran atau pun penemuan-penemuan yang mampu membantu meningkatkan perekonomian rakyat di tengah pandemi Covid-19.
Misalnya dengan memanfaatkan lahan kosong untuk untuk membuat semacam perkebunan mini, atau bisa juga dengan beternak hewan (ayam potong, ikan lele, dll).
Semuanya ini akan terlaksa jika pelajar dalam hal ini mahasiswa mampu berpikir kreatif dengan memanfaatkan apa yang ada di sekitar.
Dengan menjalakan hal ini maka dengan sendirinya TRIDARMA (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdain kepada Masyarakat) sudah terlaksana dengan baik walaupun dalam situasi pandemi Covid-19.