Oleh: Armando Manek
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara yang mencakup Bhineka Tunggal Ika (walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu). Bhineka Tunggal Ika merupakan semboyan Negara.
Negara Indonesia sendiri memiliki 5 nilai dasar yang luhur, yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Kecakupan nilai Pancasila ini mampu menerobos ke dalam aspek kehidupan masyarakat, khususnya dalam budaya yang dilandaskan atas dasar semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan budaya. Walaupun kaya akan budaya, namun tidak mengabaikan nilai Pancasila, yang dengan semboyan sakralnya menyatukan semua nilai dan keberagaman budaya yang ada di tanah air Indonesia ini.
Perkembangan zaman yang terus mengglobal ini menghadirkan persoalan bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Persoalan di zaman four point zero (4.0) mengarahkan perhatian masyarakat untuk tidak lagi mengenal identitas bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan.
Persoalan ini yang mengakibatkan banyak nilai mengalami kemerosotan dalam setiap aspek kehidupan masyarakat termasuk aspek kebudayan bangsa Indonesia.
Persoalan ini jangan dipandang sebagai suatu tantangan, melainkan sebagai suatu budaya baru yang perlu disesuaikan dengan nilai-nilai Pancasila.
Wilayah Indonesia yang meliputi daerah dari Sabang sampai Merauke memiliki ciri khas yang unik dengan alasan Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan.
Kekhasan budaya inilah yang menunjukkan identitas bangsa Indonesia yang kaya. Bangsa Indonesia memiliki induk dari kebudayaan yang dapat merangkul setiap kekhasan budaya yang tercantum dalam nilai kesatuan.
Nilai kesatuan ini menyangkut bahasa yang dijunjung tinggi yakni bahasa Indonesia atau bahasa permersatu yang mencakup setiap budaya, yang telah membuahkan kesejahteraan bagi masyarakat termasuk dalam kehidupan budaya kita masing-masing.
Bhineka Tunggal Ika yang merupakan fondasi dari multikultural telah mendarah daging dalam aspek kehidupan, sebagaimana yang telah masyarakat alami saat ini.
Prespektifnya bahwa dalam menjalani hidup di masa pandemi ini masyarakat dituntut untuk lebih bersikap bijaksana dalam menjaga persatuan dan kesatuan, mentaati protokol kesehatan seperti, dan memakai masker.
Dengan cara ini kesehatan dan keharmonisan dalam masyarakat dapat terwujud. Persatuan yang perlu dijunjung tinggi yakni masyarakat harus memakai masker dalam menyikapi persoalan pandemi.
Lebih dari itu bahwa memakai masker bukan lagi suatu kebiasaan atau kewajiban bagi masyarakat, tetapi telah menjadi budaya baru atau cara hidup baru yang patut masyarakat terima.
Alasannya bahwa budaya dan masyarakat merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Budaya dibentuk oleh masyarakat atau tidak ada budaya tanpa masyarakat. Kebudayaan memakai masker membentuk masyarakat demi kesejahteraan, kedamaian, serta keselamatan.
Di samping itu manusia juga membentuk kebudayaan yang membawa nilai kesatuan. Tanpa masyarakat sadari bahwa saat ini mereka telah mewarisi budaya yang baru untuk generasi berikutnya.
Untuk itu, perlu untuk dijaga dan terus ditindaklanjuti dalam kehidupan bermasyarakat, agar tidak menjadi suatu persoalan.
Kehidupan masyarakat dalam budaya baru ini telah menunjukan nilai kesatuan terhadap semua masyarakat. Sebab budaya bermasker ini tidak memandang suku, ras, etnis, dll.
Kesatuan antara nilai persatuan dan budaya bermasker mengandung makna kompeten yang mempengaruhi semua aspek kehidupan.
Persatuan nilai Pancasila dan budaya bermasker mengandung unsur persaudaraan, kebenaran, keadilan, kebaikan, kejujuran, yang senantiasa dialami dalam cara hidup budaya bermasker dan menciptakan rasa peduli antarnilai Pancasila dan budaya bermasker.
Kebiasaan ini harus dikembangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di samping itu, masyarakat juga harus tetap membangun relasi dan komunikasi, agar akar persaudaraan dalam bermasker tidak renggang melainkan tetap terjaga.
Lebih dari itu timbul nilai satu kesatuan dengan budaya bermasker yang dialami masyarakat. Terkait kondisi yang dialami masyarakat saat ini yang menimbulkan berbagai dampak seperti gangguan pernapasan.
Hal ini tentu tidak mudah, karena bukan merupakan seuatu kebiasaan bagi masyarakat. Namun masyarakat harus bekerja lebih keras lagi untuk selalu mengingatkan diri sendiri, orang di sekitar kita, serta orang lain untuk terus menerapkan protokol kesehatan dalam hal ini budaya bermasker.
Hal tersebut penting agar tidak terjadi penambahan kasus Covid-19. Jadi, nilai kesatuan Pancasila dan budaya merupakan satu kesatuan yang integral.
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupang