Oleh: David De Araujo
Pancasila sebagai fondasi yang melahirkan satu kesatuan dari begitu banyak aspek kehidupan. Suku, ras, agama, dan budaya merupakan kekuatan khas yang berperan sebagai integritas bangsa.
Dalam konteks ini, manusia perlu untuk berbicara mengenai hubungan antara keragaman agama dengan Pancasila sebagai dasar atau fondasi pemikiran kebangsaan.
Bagaimana bisa sampai hal ini terjadi hingga bisa memiliki hubungan yang terkait? Atau mengapa memunculkan judul tulisan ini?
Karena Pancasila memiliki sila-sila. Dalam konteks judul ini, persis pada bagian pertama rumusan Pancasila. Juga tampak pada sila kelima, di mana secara tidak langsung telah disepakati untuk menunjukkan rasa toleransi antarumat beragama.
Ketuhanan Yang Maha Esa
Lahir sila-sila yang lain (sila kedua dan seterusnya) menandakan adanya perilaku yang melibatkan konsep ketuhanan yakni munculnya rasa saling pengertian untuk melakukan hal yang benar demi keadilan dan cita-cita bersama.
Dari kelima sila ini, sila pertama memang telah menjadi dasar untuk membentuk semua itikad yang terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat yang adil sejahtera.
Terutama pada emosional yang menunjukkan rasa ketakutan akan Tuhan sebagai pencipta dan penyalenggara hidup.
Banyak orang tentu akan memiliki berbagai cara untuk membuat sebuah perilaku yang tadi disebut sebagai etika/itikad demi terbangunnya suatu pola hidup yang baik dan berlaku sesuai dengan kesepakatan bersama yang telah dimusyawarahkan.
Dari sini, perjalanan pembentukan sila-sila yang lain mulai tampak sejak terjadinya musyawarah itu.
Tidak disadari bahwa hal tersebut secara informal telah terjadi di dalam kehidupan bermasyarakat.
Mereka mulai menyesuaikan perbedaan yang terjadi di dalam kehidupan khususnya dalam perbedaan agama satu sama lain.
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dari sini muncul suatu pola kehidupan yang berdasarkan pola etika/itikad
Dapat dipahami bahwa etika/itikad berperan aktif untuk membantu proses teradinya komunikasi yakni tanggapan atas perbedaan yang terjadi di lingkungan sekitar.
Sekali lagi dalam konteks ini membicarakan bagaimana hubungan yang terjadi atas Pancasila dan pluralisme.
Jadi, dibutuhkan manusia yang memiliki hati yang penuh dengan moral kebijaksanaan.
Artinya bahwa toleransi sudah sesugguhnya telah menjadi bentuk tanggapan itu terhadap kemajemukan yang ada.
Persatuan Indonesia
Pancasila memang benar-benar suatu ideologi yang memiliki ‘’power” tersendiri untuk mengintegrasikan semua kemajemukan.
Persatuan merupakan kekuatan untuk membangun sebuah bangunan Indonesia yang kokoh dan kuat.
Dapat dibayangkan bahwa rasa persatuan ini begitu besar jika tanpa adanya konflik dan perpecahan.
Meskipun sering muncul disintegrasi bangsa berupa radikalisme dan sebagainya, namun bukan berarti dapat menghancurkan Pancasila begitu saja. Sebab sama saja dengan melawan seluruh masyarakat Indonesia.
Sifatnya utuh dan tak terpisahkan karena memiliki pemikiran yang sangat kuat yakni adanya kesepakatan untuk selalu bersama-sama menjaga kesatuan bangsa yang berdaulat, adil dan makmur.
Lewat perjuangan para pahlawan, setiap orang yang memiliki hati juga ikut berpatisipasi untuk tetap menjaga bangsa yang telah merdeka selama bertahun-tahun lamanya.
Kali ini bukan mengangkat bambu runcing tetapi dengan ideologi setiap insan yang bersaksi demi bangsa dan tanah air.
Ini menunjukkan bahwa persatuan menjadi kekuatan untuk berani bertindak dalam segala sesuatu.
Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusayawarahtan Perwakilan
Segala sesuatu yang dilakukan secara bersama tentu dibutuhkan kesepakatan dan tujuan bersama pula.
Musyawarah membuat bangsa kita menjadi lebih terarah dan semakin berkembang.
Lewat kesepakatan, masyarakat Indonesia memiliki rasa saling memiliki lewat partisipasi rakyat untuk membagikan pendapat.
Di dalam sila ini, tentunya ada banyak sekali pendapat lewat musyawarah untuk membawa Indonesia menjadi negara Pancasila yang bedaulat.
Implementasi harus dimunculkan pasca-musyawarah terjadi, agar segala sesuatu yang dibicarakan itu benar-benar dilaksanakan.
Terkadang bangsa kita berbicara banyak tetapi pelaskanaannya “nol”. Toleransi atas perbedaan agama setidaknya bisa memunculkan integrasi bangsa saling pengertian, dan saling memahami akan perbedaan yang ada di sekitar masyarakat.
Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila ini, masyarakat harus memahami bahwa tidak ada golongan yang membuat sekat-sekat, apalagi bersifat agresi seperti terorisme dan sebagainya.
Maka dari itu, hubungan dari keduanya sesunguhnya berujung pada toleransi untuk mengarahkan dan membuat manusia semakin lebih mengerti apa itu toleransi.
Sehingga semakin adil bangsa ini menjadi bangsa yang benar dan berbudi pekerti dalam menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang rendah hati.
Dapat dipahami bahwa relativitas antara Pancasila dan pluralisme. Pancasila dapat menjadi tolak ukur tersendiri mulai dari nilai-nilainya sampai pada bentuk praktis terhadap keberagaman yang terjadi saat ini.
Hendaknya setiap manusia sadar akan pentingnya rasa persatuan di masa yang semakin canggih ini. Viva Pancasila!
Penulis adalah mahasiswa Fakultas Filsafat Unwira Kupang