Kefamenanu, Vox NTT-Anggota DPR RI Yohanis Fransiskus Lema menggelar bimbingan teknis (Bimtek) pengolahan dan pemasaran hasil pertanian bagi petani dan penyuluh di Kabupaten TTU, Sabtu (11/09/2021).
Bimtek yang diikuti oleh sosok politisi PDIP yang akrab disapa Ansi Lema secara virtual tersebut dipusatkan di Kantor Dinas Pertanian Kabupaten TTU.
Terpantau, kegiatan yang terjalin berkat kerja sama Ansi Lema dan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian tersebut diikuti oleh 30 petani dan penyuluh pertanian.
Staf ahli Ansi Lema, perwakilan dari Dirjen Hortikultura pada Kementerian Pertanian, perwakilan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Provinsi NTT serta pengurus DPC PDIP Kabupaten TTU turut menghadiri kegiatan yang digelar sejak pukul 09.00 Wita hingga 14.30 Wita itu.
Anggota DPR RI Yohanis Fransiskus Lema dalam sambutannya saat pembukaan kegiatan mengaku, saat menggelar reses dirinya menyerap banyak keluhan dari petani hortikultura.
Setelah memanen hasil produksi pertanian berupa bawang merah, labu siam, bawang merah, bawang putih dan lain sebagainya, kata dia, harga jualnya sangat rendah.
“Bahkan saya mendengar cerita jika buah advokat dan labu siam atau labu Jepang di NTT karena tidak laku terjual sering dibuang dan menjadi makanan babi,” tuturnya.
Yohanis melanjutkan, akibat minimnya pasar dan rendahnya harga jual, sering menyebabkan petani di NTT pada umumnya dan TTU pada khususnya merasa putus asa.
Sehingga melihat kondisi tersebut, Yohanis mengaku terdorong untuk menggelar Bimtek di TTU demi meningkatkan kapasitas dan inovasi dalam bidang pemasaran dan pengolahan hasil pertanian.
Ia berharap dengan adanya Bimtek ini para peserta semakin termotivasi untuk selalu bergerak, belajar dan memperkaya pengetahuan dan pemahaman di bidang pertanian mulai dari persiapan lahan hingga pemasaran.
“Apalagi Kabupaten TTU memiliki potensi berbagai jenis hortikultura yang harus dikembangkan secara profesional,” harapnya.
Sementara itu, Roni Menge staf ahli anggota DPR RI Yohanis Fransiskus Lema saat diwawancarai wartawan mengaku pelaksanaan Bimtek tersebut digelar di dua kabupaten, yakni di kabupaten TTS, Jumat (10/09/2021) dan kabupaten TTU, Sabtu (11/09/2021).
Bimtek tersebut, jelasnya, digelar dengan tujuan memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi petani dan penyuluh tentang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian.
“Karena kita tahu pemasaran hasil hortikultura yang ada terkadang sulit karena harga yang ada di bawah dari yang diharapkan oleh petani,” tuturnya.
Roni menambahkan, Bimtek tersebut digelar juga untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dalam pemasaran hasil pertanian terutama hortikultura.
Dari situ akan didiskusikan bersama terobosan-terobosan yang akan diambil sehingga dapat memutus mata rantai dalam penjualan hasil produksi petani hortikultura.
“Pernah kita kasih bantuan P2L di Kabupaten Belu, setelah panen harga jualnya ternyata sangat rendah, sehingga saya kemudian membantu mencari pasaran langsung di Kupang yang tentunya harganya jauh lebih bagus daripada langsung dijual di Atambua,” pungkasnya.
Yustina Tafin Kosat, petani asal Desa Fatuneno Kecamatan Miomafo Barat saat diwawancarai wartawan di sela-sela Bimtek mengaku terdapat beberapa hasil pertanian unggulan yang diproduksi petani di desanya.
Itu mulai dari kacang merah, bawah putih siung tunggal, kentang dan wortel.
Namun salah satu kendala terbesar yang dihadapi petani di desanya yakni soal rendahnya harga jual beberapa komoditi pertanian tersebut.
Ia melihat hal itu terjadi lantaran sampai saat ini belum adanya sebuah kebijakan terkait standarisasi harga untuk hasil produksi petani tersebut.
Akibatnya, harga jual hasil produksi dari para petani dengan bebas ditentukan oleh para tengkulak.
Selain itu juga, tambah dia, bebasnya komoditas pertanian hasil produksi petani dari kabupaten lain masuk ke TTU semakin membuat rendah harga jual dari komoditi pertanian petani di TTU.
“Sehingga saya berharap kalau bisa ada kebijakan dari pemerintah untuk sedikit membatasi hasil pertanian dari luar kabupaten jangan masuk ke TTU supaya tidak semakin membuat rendah harga jual komoditi petani lokal kita,” harapnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba