*Puisi
Oleh: Patrick Poto
Kerinduan Sewaktu Itu
Adalah terlihat usang lonceng di sudut itu
Seperti tak lagi menggema di pagi hingga ke hari-hari
Semua hanya sepi disampingmu
Di setiap aliran tubuh waktu yang membosankan.
Adalah hanya kerinduan sewaktu itu.
Semua karena kamu yang tak lekas usai dicabik ruang dan waktu
Dan jika semua nampak seperti dulu
Aku mungkin takkan kembali pada kini
Adalah pertanyaan yang terus bertanya.
Ketika aku terus berhadapan dengan realitas
Bahwa aku harus terus menunggu
Sampai waktu patah di segala detik.
Lantas teruskah aku menanti?
Ataukah,tiba sepi melahap denyutmu
Hingga tersisa remah-remah kerinduan yang terus merindu.
Perihal Yang Tak Pasti
Kita bagaikan musafir yang terus menelusuri perjalanan
Entah pagi siang hingga malam menutup rindu yang dingin.
Sesekali datang lalu hinggap sekejap di permukaan
Pun tak kau hiraukan kengerian para pelarat
Yang tiap detik melahap remah-remah yang mereka tumpahi.
Dalam diam kepalaku pusing diteriaki omelan yang diraciki amarah
Lalu melangkah demi langkah penuh keraguan
Seakan hilang hingga pedih perih masih membekas.
Sekarang penulis masih menetap dengan cinta yang setia dan ditemani kopi yang tak lekas habis.