Borong, Vox NTT- Jarum jam sudah menunjukkan pukul 09.00 Wita, Tadeus Ambitinu (36) masih tertidur lelap. Hari itu, Kamis (14/10/2021), ia memang bangun agak telat, lain dari saban hari. Malam harinya, ia begadang karena menyelesaikan satu pekerjaan yang tidak bisa tertunda keesokannya.
Tedi, begitu akrab menyapanya, terbangun setelah bunyi mesin potong kayu masuk di telinganya. Alat potong kayu itu berada sekitar 300 meter dari rumah warga asal Lompong, Desa Golo Lembur, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur itu.
Tedi kemudian memastikan pusat bunyi itu. Perlahan melangkah, pria anak satu ini bergegas jalan menuju ke pusat bunyi.
Sekitar beberapa menit berjalan kaki, Tedi tampak kaget saat menyaksikan berbagai pohon produktif di kebunnya sudah tumbang berantakan. Salah satunya jati putih yang ia pelihara selama puluhan tahun lamanya.
Perasaannya kala itu campur aduk, antara kecewa dan bahagia. Kecewa karena hati kecilnya mulai memikirkan kembali keuletannya selama bertahun-tahun memelihara pohon jati putih. Namun pohon yang besar itu, tumbang sekejap di bawah tajamnya rantai alat potong kayu.
Meski begitu, Tedi mengaku perasaan seketika berubah menjadi bahagia dan senang, setelah ia memastikan bahwa yang memotong kayunya adalah para pekerja dari Perusahaan Listrik Negara (PLN). Pasalnya, selama ia hidup di Kampung Lompong belum pernah merasakan manfaat listrik dari PLN. Sejak lama pula Tedi merindukan listrik PLN dan membebaskan mereka dari belenggu gelap gulita tanpa listrik.
Tidak hanya pohon yang tumbang, di kebunnya pula ada lubang untuk menanam tiang listrik. Di hari berbeda, ia kemudian datang kembali ke kebun dan mengamati beberapa menit lubang tersebut.
“Pak seolah ada harapan besar dari lubang itu setelah saya amati dan renungkan, semoga listrik PLN secepatnya menyala, kami sudah tidak sabar menunggunya,” kata Tedi penuh harap.
Warga Desa Golo Lembur lain Maria Awe (55), menaruh harapan besar kepada PLN agar segera menyalakan listrik di wilayahnya. Apalagi sejumlah pohon kemiri dan jati putih di kebun Maria sudah dibabat untuk kepentingan pembangunan jaringan listrik.
“Semoga listrik cepat menyala,” harap janda tiga anak ini.
Menurut dia, listrik segera menyala satu-satunya balasan yang sepadan dengan pemotongan dan kerusakan kayu yang ia pelihara selama bertahun-tahun dengan almarhum suaminya.
Apalagi kemiri yang sudah bertahun-tahun sebagai salah satu sumber penopang ekonomi keluarga Maria. Ia pun mengaku, tidak keberatan sejumlah kemiri dibabat demi pemasangan tiang listrik PLN.
Dalam benak Maria hanya satu harapan agar listrik PLN segera menyala, sebab sudah puluhan tahun warga menanti kehadirannya.
Cemas
Di tengah arus harapan akan hadirnya listrik PLN yang menggebu-gebu, pikiran Tedi cemas. Ia khawatir dengan berbagai informasi beredar tentang pemasangan meteran listrik oleh perusahaan instalatur yang dililiti sekelumit persoalan.
Kabar yang terus menghantui pikirannya di tengah gereget mendapatkan cahaya terang dari PLN adalah banyaknya perusahaan instalatur yang meninggalkan pekerjaan tanpa tanggung jawab. Akibatnya, masyarakat pelanggan yang menjadi korban karena ulah oknum.
“Harapannya agar perusahaan instalatir tidak boleh menipu kami di sini,” ujar Tedi.
Keluhan Tedi tersebut direspons positif oleh Ferdinandus Manggar, vendor dari CV Adonara Putra Teknik. Perusahaannya bakal melakukan instalasi listrik di wilayah Kecamatan Lamba Leda.
“Kalau menurut saya tarkait keluhan warga seperti munculnya kecemasan dan kekhawatiran dari warga calon pelanggan PLN terhadap kami sebagai mitra PLN atau CV/PT instalatur yang akan beroperasi di Lamba Leda bagian timur itu wajar -wajar saja,” kata Ferdi.
Ia pun tidak membantah banyak pengalaman, serta informasi yang didapatkan dan ditemukan warga terkait kendala yang dialami saat proses pemasangan instalasi listrik PLN.
Persoalan yang kerap ditemukan menurut dia, yakni keterlambatan terhadap kehadiran meteran bahkan bisa sampai bertahun-tahun. Di sisi yang lain, rumah-rumah calon pelanggan sudah terinstalasi.
“Bahkan ada calon pelanggan yang belum menikmati kehadiran listrik tersebut, mereka hanya sebatas kerinduan saja terhadap kehadiran listrik tersebut,” ujar Ferdi.
Ia pun menguraikan, sekelumit persoalan yang kerap dihadapi pelanggan tersebut dikarenakan beberapa faktor.
Pertama, calon pelanggan tidak melihat secara detail terkait legalitas perusahaan instalatur yang beroperasi.
“Contohnya terkait berkas perusahaan dan yang perlu dilihat di sini adalah SBU (Sertifikat Badan Usaha) dari perusahan tersebut. Identitas dari perusahaan harus diperhatikan,” tegas Ferdi.
Kedua, lanjut dia, tidak ada ikatan secara tertulis dari calon pelanggan dengan perusahaan instalatur yang beroperasi. Sebut saja, misalnya, berkaitan dengan proses pembayaran yang tidak dibuktikan dengan stempel dan kuitansi yang jelas.
Oleh karena itu, sebagai mitra PLN Ferdi menyarankan kepada calon pelanggan untuk memperhatikan beberapa item tersebut sebagai bahan pertimbangan.
“Apabila kita memilih CV/PT instalatur yang akan beroperasi di wilayah bapa ibu calon pelanggan harus memperhatikan lebih jelih lagi,” katanya.
CV Adonara Putra Teknik sendiri menurut Ferdi, berkomitmen untuk melayani calon pelanggan di Lamba Leda dengan selalu memperhatikan beberapa item yang menjadi kewajiban perusahaan.
Terpisah, Manajer PLN Unit Layanan Pelanggan (ULP) Ruteng Muhammad Asgar mengatakan, pemasangan listrik di rumah calon pelanggan merupakan hak mereka dengan vendor atau biro instalatur.
Meski begitu, ia tetap menyarankan kepada calon pelanggan agar memilih instalatur yang terdaftar sah di PLN Ruteng.
“Untuk lebih jelasnya tolong bisa datang ke PLN Ruteng atau Kantor Unit PLN terdekat untuk mendapatkan informasi tentang prosedur pemasangan listrik baru,” tegas Muhammad.
Ia pun meminta kepada calon pelanggan listrik agar tidak muda terpengaruh dengan calo-calo yang mengatasnamakan PLN.
Ingin Ekonomi Bangkit
Ada banyak kemudahan jika ada listrik dari PLN, mulai dari bisa bebas dari cengkeraman gelap gulita hingga ke perbaikan ekonomi. Salah satu yang berpandangan demikian adalah Tedi.
Ia mengatakan, manfaat kehadiran listrik bisa mengubah berbagai sektor mulai dari bidang ekonomi, sosial, budaya hingga pendidikan.
Di bidang ekonomi, misalnya, sebagai sumber energi berjalannya mesin produksi dan mempermudah mobilitas barang produksi.
“Karena itu sesuai kemampuan saya, saya akan menjual pulsa listrik jika listrik dari PLN ada, semoga bisa membantu,” kata Tedi.
Dikatakan, manfaat listrik di bidang sosial, misalnya, sebagai sumber energi pada barang-barang elektronik seperti televisi dan handphone android.
“Kalau kita menonton televisi atau youtube di HP kan dapat menambah informasi dan wawasan dari dunia luar,” ucap Tedi.
Warga lain Herman Moen (54) juga berpandangan demikian. Herman masih menanti dampak energi positif listrik agar bisa merambah ke kehidupan keluarganya, terutama dalam perbaikan ekonomi.
Selain sebagai petani, Herman juga berprofesi sebagai tukang bangunan. Di usianya yang semakin tua, tenaganya sudah tidak produktif lagi bekerja banting tulang di kebun.
Sebab itu, setelah informasi kehadiran PLN masuk ke telinganya seolah telah membawa angin segar untuk perbaikan ekonomi keluarga.
Pria anak dua ini kemudian memetakan sektor ekonomi yang bisa dimanfaatkan sesuai kemampuan dan keahlian yang dia miliki.
“Saya bercita-cita untuk membuka mebel kecil-kecilan. Kalau ada modal untuk membeli alat-alat mebel. Karena itu saja yang mudah bagi saya. Memang tidak bisa lepas dari profesi sebagai petani,” kata Herman.
Warga lain Saverius Sui (34) mengaku sudah tidak sabar dengan kehadiran listrik PLN di wilayahnya. Warga asal Kampung Lompong, Desa Golo Lembur itu ingin kehadiran listrik bisa memudahkan pekerjaannya sebagai penjual ikan basah.
“Kalau listrik sudah ada, saya akan beli kulkas untuk buat es sebagai pengawet ikan. Selama ini saya susah payah beli es batu di Benteng Jawa. Mudah-mudahan listrik PLN cepat menyala agar saya beli kulkas,” terang Sui, sapaan akrab Saverius Sui.
Listrik Dambaan Masyarakat
Listrik dari PLN memang sejak lama menjadi dambaan masyarakat di wilayah tersebut. Hal itu pun diakui oleh Camat Lamba Leda Longginus Rohos.
“Kehadiran listrik di Lamba Leda sebenarnya sebuah dambaan masyarakat untuk menjawab kebutuhan akan terang,” kata Camat Longginus.
Menurut dia, masyarakat Lamba Leda sangat antusias dengan kehadiran listrik PLN. Hal itu dibuktikan dengan banyaknya masyarakat yang ingin memasang meteran listrik di rumah mereka masing-masing, apalagi dibanderol dengan harga standar.
Camat Longginus menambahkan, dengan adanya listrik tentu saja usaha kecil masyarakat akan tumbuh dengan sendirinya.
“Contoh, usaha bengkel kayu di kampung yang selama ini mengandalkan generator, kerajinan tenun songket, topi Manggarai. Di samping itu masyarakat mudah mendapatkan informasi dari TV, internet yang towernya bisa berfungsi dengan arus listrik, dan banyak lagi kemudahan yang didapatkan dari adanya listrik,” katanya.
Penulis: Ardy Abba