Oleh: Gratio Ignatius Sani Beribe
Soekarno atau yang sering disapa Bung Karno merupakan Proklamator, Pemimpin Revolusi Indonesia, Penyambung Lidah Rakyat, dan Bapak Bangsa ini sudah mulai gencar melakukan perlawanan terhadap kolonialisme sejak muda.
Terkenal sebagai seorang orator ulung dan mempunyai kharisma sebagai pemimpin membuatnya dapat menarik simpati rakyat dengan mudah untuk bersatu mengusir penjajah dari bumi pertiwi dan tangguh mempertahankan kemerdekaan.
Bahkan, bukan hanya rakyat Indonesia saja yang kagum dengan sosok Soekarno, tetapi para pemimpin bangsa lain juga ikut terkesan dengan pemikiran dan gagasannya tentang dunia yang lebih baik.
Hal ini ditandai dengan Indonesia yang menjadi negara penggagas Konferensi Asia Afrika (KAA) yang merupakan persatuan tekad negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika untuk menentang segala bentuk kolonialisme dan imperealisme barat.
Oleh karena itu, sangat menarik untuk membedah gagasan kepemimpinan seorang Soekarno dengan berbagai kisah heroik dan aura kharismatik yang melekat dengan namanya.
Kepemimpinan Kharismatik dan Moralis
Kepemimpinan bukanlah sesuatu hal yang muncul begitu saja, melainkan sebuah keterampilan untuk mempengaruhi sehingga memerlukan suatu strategi atau cara-cara tertentu.
Perbedaan cara-cara inilah disebut dengan gaya kepemimpinan. Gaya kepemimpinan berarti perilaku dan strategi sebagau hasil integrasi dari filsafah, keterampilan, sifat, sikap, yang digunakan seorang pemimpin untuk mempengaruhi anggota kelompoknya.
Veithzal Rivai mengklasifikasikan gaya kepemimpinan menjadi 4 jenis yaitu: (1) Gaya Kepemimpinan Karismatik. Gaya kepemimpinan kharismatik adalah kemampaun seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang dengan pesona kepribadian dan cara berbicaranya yang dapat membangkitkan semangat.
(2) Gaya Kepemimpinan Diplomatis. Gaya kepemimpian diplomatis menekankan pada ketrampilan bernegosiasi dan kecerdikan membuat suatu kesepakatan.
(3) Gaya Kepemimpinan Otoriter. Gaya kepemimpinn otoriter adalah kekuasaan tanpa batas sang pemimpin dalam menentukan tujuan. Karena begitu anti terhadap intervensi orang lain, maka gaya kepemimpinan ini begitu identik dengan kekejaman dan kekerasan.
(4) Gaya Kepemimpinan Moralis. Gaya kepemimpinan moralis menekankan pada sosok pemimpin yang sopan dan hangat kepada semua orang serta memiliki empati yang tinggi terhadap sesama.
Berkaca pada klasifikasi gaya kepemimpinan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan Soekarno termasuk ke dalam tipe kharismatik dan moralis.
Kemampuannya dalam hal menggerakan dan mempengaruhi rakyat Indonesa untuk terus terbakar semangatnya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan lewat berbagai gagasan dan pidatonya.
Bahkan melalui ke-kharismatikan-nya dan kekuatan kata-katanya baik melalui pidato maupun tulisan, Soekarno sukses menyatukan masyarakat Indonesia yang mempunyai tingkat keberagaman tinggi mulai dari suku, agama, budaya, bahasa, dan aliran politiknya menjadi satu rasa dan sikap untuk meruntuhkan tembok raksasa yang bernama kolonialisme.
Pemimpin kharismatik memiliki pengaruh yang tidak biasa pada rakyatnya. Rakyat selalu merasa bahwa pilihan atau keyakinan pemimpin merupakan sesuatu yang benar tanpa pernah ragu sedikitpun.
Mereka selalu bersedia mematuhi segala arahan sang pemimpin karena dengan hal tersebut menjadi bukti bahwa mereka sudah berkontribusi terhadap tercapainya tujuan bersama.
Hal ini juga ditunjukan oleh puluhan ribu rakyat Indonesia yang bersedia menjadi pekerja romusha dan masuk kedalam organisasi-organisasi seperti PETA dan POETERA karena Soekarno berpidato meyakinkan masyarakat bahwa Jepang akan memberikan kemerdekaan bagi Indoensia.
Gaya kepemimpinan kharismatik Soekarno dapat dikatakan sebagai gaya kharismatik yang visioner.
Hal ini bisa dibuktikan dengan tulisannya yang berjudul “Nasionalisme, Islam, dan Marxis” menjadi sesuatu yang cukup visioner pada saat itu, dengan kondisi perjuangan kemerdekaan yang masih dilakukan sebatas kelompok-kelompok kecil sesuai dengan aliran politik.
Selain itu, Pidato berjudul “Indonesia Menggugat’ yang disampaikannya di hadapan Pengadilan Kolonial Hindia Belanda, memuat pemikiran tentang gerakan kemerdekaan Indonesia dan analisa ilmiah yang tak terbantahkan tentang keburukan kolonialisme dan imperialisme barat yang disampaikan dengan gaya oratorisnya, mampu mengejutkan seluruh Hindia-Belanda serta menarik perhatian dunia belahan barat maupun timur.
Kepemimpinan kharismatik visioner Soekarno juga dirasakan oleh pemimpin-pemimpin bangsa lain.
Gagasannya bersama dengan beberapa pemimpin negara yang baru merdeka untuk menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung membuat negara-negara yang baru merdeka di Asia dan Afrika bersatu melawan segala bentuk kolonialisme dan usaha dominasi dunia yang sedang berada dalam perang dingin antara dua kutub ideologi besar yaitu liberalisme dan komunis.
Hal inilah yang menjadi cikal-bakal Gerakan Non Blok (GNB). Dengan adanya GNB sebenarnya juga menunjukan gaya kepemimpinan Soekarno yang moralis, yang peduli dengan negara-negara yang sudah lama tertindas dan terjajah oleh bengisnya kolonialisme barat.
Demokrasi Terpimpin: Sebuah Gagasan Kepemimpinan Pemerintahan
Pada awal kemerdekaan dengan sistem pemerintahan yang masih belum mapan karena usia Negara Indonesia yang masih muda, menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan.
Sehingga Soekarno merumuskan suatu konsep yang bernama Demokrasi Terpimpin sebagai rekasinya terhadap sistem parlementer yang tidak bisa menciptakan kesejahteraan dan stabilitas politik nasional karena fragmentasi yang masih sangat kental di parlemen.
Konsepsi demokrasi terpimpin bukan hanya memuat tentang sistem pemerintahan, melainkan juga tentang sebuah gaya kepemimpinan pemerintahan baru.
Menurut Muslim dan Hariyati, kepemimpinan pemerintahan merupakan kemampuan atau kemahiran pemimpin dalam mempengaruhi orang lain dalam rangka mencapai tujuan pemerintahan dan cita-cita negara.
Syarat-syarat kepemimpinan pemerintahan berupa kekuasaan, kewibaan, dan kemampuan. Dalam kepemimpinan pemerintahan, seorang pemimpin harus mempunyai nilai-nilai yang lebih unggul dari orang yang dipimpinnya, mulai dari aspek keilmuan, praktis, prestasi, moral, dan sosial.
Gaya kepemimpinan pemerintahan menurut konsep demokrasi terpimpin yaitu seorang pemimpin akan mengarahkan rakyat dalam berdemokrasi sehingga kekacauan dan ketidakstabilan politik yang disebabkan oleh demokrasi itu sendiri.
Soekarno dalam demokrasi terpimpin memimpikan seorang pemimpin yang kuat dan bijak dapat memimpin dan mengarahkan kabinet dan parlemen gotong-royong yang terdiri dari semua unsur golongan di Indonesia yang disatukan serta proses pembuatan keputusannya menggunakan cara musyawara mufakat, bukan seperti demokrasi barat yang memperbolehkan pemaksaan mayoritas kepada minioritas.
Menurut Takashi Shirasi, konsep demokrasi terpimpin Soekarno terinspirasi dari pemikiran nasionalis pada generasi pertama seperti Soetatmo, Tjipto, dan Ki Hajar Dewantara.
Hal ini bisa dikaji dari pemikiran Tjipto mengenai national spirit untuk menjadi aksi nasional, pemikiran Soetatmo tentang demokrasi dan pemikiran K.H Dewantara tentang kepemimpinan.
Pemikiran Soetatmo tentang negara kekeluargaan yang dipimpin oleh Pandhita Ratu (Bapak/Yang bijaksana).
Dalam bukunya yang berjudul “Sabdo Pandito Ratu”, negara diumpamakannya sebagai sebuah keluarga yang bapak dan ibunya tidak menempati tugasnya masing-masing – bapak selalu cerewet dan ibu sibuk mengurus diri sendiri − sehingga rumah menjadi kacau karena anak-anak menjadi bebas.
Inilah gambarannya mengenai negara demokrasi yang membuat semua orang memiliki hak yang sama sehingga tidak punya sebuah tugas untuk dipenuhi karena semuanya berorientasi pada kepentingan diri sendiri dan bukan kepentingan masyarakat.
Jalan keluarnya adalah dengan melakuakn pembinaan moral yang harus diarahkan oleh pemimpin atau pandita yang sangat mengerti aturan tertinggi.
Dengan kata lain demokrasi harus diarahkan oleh pemimpin yang bijaksana agar semua elemen keluarga berfungsi sesuai dengan sebagaimana mestinya.
Hal ini juga menjadi landasan pemikiran K.H Dewantara tentang pembinaan (tut wuri handayani) dan akhirnya diadopsi Soekarno dalam demokrasi terpimpin.
Relevansi Gaya dan Gagasan Kepemimpinan Soekarno untuk Indonesia Sekarang
Di era kontemporer saat ini dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi jangan sampai menimbulkan krisis kepemimpinan dengan pola hidup konsumtif dan tidak produktif.
Seharusnya dengan kondisi saat ini dengan kemudahan mengakses informasi, para muda-mudi Indonesia semakin semangat untuk menambah pengetahuan dan berjejaring seluas-luasnya.
Soekarno harus menjadi contoh, bagaimana dengan kondisi serba terbatas waktu itu, ia tetap haus akan ilmu pengetahuan dan gemar sekali membaca buku.
Sehingga anak-anak bangsa akan selalu mengemukan pemikiran-pemikiran yang visioner untuk menyelesaikan masalah di Indoensia sendiri, atau bahkan dunia.
Kemajuan teknologi komunikasi dan informasi harus dimanfaatkan dengan bertanggung jawab. Sebuah kebebasan yang sejati, bukan berarti kebebasan yang total atau membabibuta, tetapi kebebasan yang menghargai kebebasan orang lain.
Sehingga konsep gaya kepemimpinan demokrasi terpimpin tersebut harus diterapkan dalam diri sendiri.
Dengan kata lain, kebebasan individu harus selalu dipimpin oleh kebijaksanaan yang didasari oleh kesadaran bahwa masing-masing indivdu merupakan satu-kesatuan masyarakat, sehingga terciptalah ruang-ruang kebebasan yang saling menghormati kebebasan yang lain.
Penulis adalah mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Brawijaya Malang