Labuan Bajo, Vox NTT- Ketika sejumlah janda dan ibu lansia berbondong-bondong ke balai desa, Jumat (10/12/2021), Siti Rofiah juga tidak ingin ketinggalan. Siang itu, ia memang salah satu orang yang diundang untuk berkumpul di Kantor Desa Siru, Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat.
Saat diundang, Siti mengaku belum tahu maksud dan tujuannya. Ia lantas pergi ke balai desa bersama para ibu lainnya dengan rasa penasaran.
Belum terlintas dalam benak warga asal Dusun Watu Lendo, Desa Siru itu bahwa namanya masuk dalam daftar penerima bantuan beras dari Stefanus Gandi, Direktur Indojet Aviasi dan Nasional.
“Awalnya saya tidak tahu mengapa saya diundang ke sini,” kata Siti saat ditemui di Kantor Desa Siru, Jumat siang.
Sesampai di kantor desa, rasa penasarannya terjawab. Janda dua anak ini kemudian melihat tumpukan beras yang sudah diisi ke dalam beragam kantong dari Stefanus Gandi.
”Dari situ saya mulai bertanya, masih adakah orang seperti Pa Stefanus Gandi di muka bumi ini?’’ tanya Siti mengagumi.
Menurut dia, pertanyaan itu muncul karena sebelumnya belum ada proposal dari warga bahkan dari pemerintah desa setempat untuk meminta bantuan. Kebiasaan sebelumnya di wilayah dia memang demikian. Jika ada proposal, baru turun bantuan.
Siti terharu dengan niat baik Stefan Gandi yang secara tiba-tiba memberikan bantuan kepada warga Desa Siru. Kendati bantuan memang tidak seberapa, namun keikhlasannya membuat Siti dan warga lain mengucapkan terima kasih dengan tulus.
BACA JUGA: Pemkab Mabar Denda 11 Hotel Dinilai Rancu
Ibu rumah tangga berumur 53 tahun itu memang salah satu warga yang berdampak langsung proyek rehabilitasi irigasi Lembor yang mulai digarap sejak tahun 2020 lalu. Sejak 8 Mei 2021 hingga 25 Februari 2022 petani di Lembor tidak bisa melaksanakan musim tanam.
Saat proyek berlangsung air tidak jalan. Akibatnya, persawahan menjadi kering dan tentu saja gagal panen.
Kementerian PUPR melalui Direktoral Jenderal Sumber Daya Air Balai Wilayah Besar Nusa Tenggara II- melaksanakan proyek rehabilitasi jaringan permukaan kewenangan pusat D.I Lembor Kabupaten Manggarai Barat dengan menelan biaya Rp37.999.160.000.
“Dengan kehadiran bantuan dari Pa Stefanus Gandi, jadi terima kasih banyak. Titip salam untuk Pa Stefanus Gandi, bahwa niat baiknya untuk kami, untuk ibu-ibu, khususnya janda. Kami sangat berterima kasih sekali, ternyata masih ada yang punya hati dan peduli dengan kondisi ini,” ucap Siti.
Ia mengaku, lahannya setengah haktere menjadi dampak langsung akibat proyek rehabilitasi irigasi dan sudah gagal panen. Meski begitu, sebagai penopang ekonomi keluarga, Siti tidak hilang akal.
Selama satu tahun terakhir, Siti mulai beralih profesi sebagai peternak. Ia memanfaat pekarangan di belakang rumahnya untuk memelihara ayam pedaging demi menopang ekonomi keluarga setiap hari.
Ia pun berharap kepada pemerintah agar setiap kebijakan hendaknya berlaku adil dan memiliki rasa kepedulian dengan masyarakat sebagaimana telah dilakukan Stefan Gandi.
Tidak hanya Siti, Marselina Lumut warga Desa Wae Bangka, Kecamatan Lembor juga mengungkapkan hal serupa. “Saya merasa senang karena mendapat bantuan beras. Yang paling besar buat kami adalah mendapat bantuan,” ujar Marselina kepada wartawan di sela-sela penerimaan beras dari Stefan Gandi di Kantor Desa Poco Rutang.
Ia berharap agar niat baik Stefan Gandi dalam membantu warga yang berdampak langsung proyek irigasi Lembor dapat membuka jalan bagi para peduli lainnya.
“Berharap mudah-mudahan ada lagi yang peduli dengan keadaan kami,” ucap Marselina penuh harap.
Sementara itu, Dr. Mantovanny Tapung rekan Stefan Gandi yang ikut membagikan beras mengatakan, tidak ada kepentingan terselubung di balik pembagian beras tersebut.
Stefan Gandi, kata Manto, hanya peduli dengan warga yang terkena dampak langsung proyek rehabilitasi irigasi di Lembor.
“Jangan lihat jumlahnya, tetapi lihat isi hatinya (Stefan Gandi). Dia punya niat baik,” terang dosen di Unika St. Paulus Ruteng itu sesaat sebelum menyerahkan bantuan secara simbolis di Kantor Desa Siru.
Bangga dan Apresiasi
Bantuan beras dari Stefan Gandi memang membuat warga penerima bangga dan memberikan apresiasi. Salah satunya Aloysius Son, warga Desa Wae Kanta, Kecamatan Lembor.
“Secara pribadi saya menilai bantuan dari Pak Stefan ini walaupun sedikit, kami merasa bangga dan besar nilainya. Pak Stefan ini tidak hanya melihat dia punya keluarga sendiri, tetapi peduli dengan seluruh masyarakat,” katanya.
Apresiasi untuk Stefan Gandi juga datang dari Kepala Desa Siru, Sumardi. Menurut dia, dampak proyek rahabilitasi irigasi sudah hampir satu tahun setengah mendera warganya.
Sebab itu, Sumardi mengapreasiasi niat baik Stefan Gandi yang telah membantu beras untuk sejumlah warga Desa Siru.
“Tadi itu, rata-rata ibu-ibu janda semua, sama lansia. Jadi (penerimanya), semua ibu janda di dua dusun dengan lansia,” terang Kades Sumardi kepada sejumlah awak media.
Ia mengaku lebih memilih para janda dan lansia untuk menerima bantuan dari Stefan Gandi karena mereka dianggap paling berdampak akibat proyek rehabilitasi irigasi. Apalagi penerima bantuan tersebut, kata dia, rata-rata menjadi tulang punggung keluarga.
Di balik bantuan Stefan Gandi, Kades Sumardi pun berharap agar pemerintah lebih proaktif dan cepat merespons dalam melihat penderitaan masyarakat.
Sebab menurut dia, Pemerintah Desa Siru sudah lama memberikan surat kepada Dinas Sosial Mabar dan Dinas Ketahanan Pangan disertai data-data lengkap sekitar 400-an KK yang terkena dampak langsung proyek rehabilitasi irigasi. Sayangnya, hingga kini pemerintah daerah belum merespons surat tersebut.
“Kita kirim by name, by address, jumlah lahannya berapa kemudian tanggungan dalam rumah tangga berapa. Itu sudah kami kirimkan semua datanya,” terang Kades Sumardi.
200 KK Dapat Bantuan
Sebagai bentuk kepedulian pengusaha Stefan Gandi, setidaknya ada 200 kepala keluarga di Lembor yang mendapatkan bantuan beras. Bantuan beras gratis ini memang menyasar kepada kepala keluarga yang paling berdampak langsung dari program rehabilitasi irigasi persawahan Lembor.
Penerima bantuan sosial tersebut merupakan hasil verifikasi tim lapangan Stefanus Gandi dan dibantu pemerintah dari empat desa. Rinciannya; Desa Poco Rutang sebanyak 5 KK, Desa Siru sebanyak 50 KK, Desa Wae Kanta sebanyak 20 KK; dan Desa Wae Bangka sebanyak 125 KK.
“Meskipun gerakan kemanusiaan ini memang terbatas, kiranya bisa menggerakkan makin banyak pihak untuk turut prihatin dan berbuat sesuatu mengatasi kesulitan sesama yang dalam kesukaran seperti ini,” kata Stefan kepada sejumlah awak media.
Stefan pun mengharapkan agar setiap elemen masyarakat, khususnya di Manggarai Barat turut bergerak untuk melakukan aksi nyata menanggapi keluhan warga di sejumlah desa yang terdampak proyek rehabilitasi irigasi persawahan Lembor.
Tidak hanya itu, Stefan juga berharap Pemkab Mabar melalui Dinas Sosial agar lebih peka dalam memperhatikan dampak irigasi di Lembor. Proyek ini menurut dia, menyebabkan krisis pangan bagi petani setempat.
“Masyarakat sangat membutuhkan intervensi Pemda Mabar dalam mengatasi kondisi krisis seperti yang tengah melanda Lembor karena dampak pembangunan irigasi,” ujarnya.
Stefan kemudian mengkritisi sikap Bupati Mabar Edistasius Endi yang belum menghadirkan solusi cepat untuk mengatasi krisis pangan akibat proyek irigasi di Lembor.
Ia bahkan menilai Bupati Edi terkesan tutup mata akan kondisi tersebut, meski memang masyarakat yang tengah mengalami bencana kelaparan dan membutuhkan bantuan pemerintah.
Dasar Bagi Bantuan
Dominikus Mantur, Koordinator pelaksana lapangan pembagian sembako menjelaskan, penyelesaian proyek irigasi di Lembor sejauh ini belum ada kepastian.
Akibatnya, kata Domi, memasuki akhir tahun 2021 para petani di Lembor belum bisa mengolah lahan persawahan mereka.
Dampaknya adalah krisis beras terpaksa harus dialami sejumlah kepala keluarga. Warga harus memikirkan cara untuk mengantisipasi persediaan beras mereka yang makin menipis.
Bahkan sejumlah kepala keluarga sudah mulai membeli beras dari luar. Padahal Lembor adalah lumbung beras di Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Ia pun menilai pemerintah lamban turun tangan mengatasi persoalan tersebut. Apalagi mengembali kondisi persawahan Lembor seperti sediakala.
“Mudah-mudahan bantuan sekecil apa pun yang berasal dari ketulusan hati anak bangsa, seperti Pak Stefan Gandi ini bermanfaat untuk sedikit mengurangi kesulitan warga petani yang mendapatkan bantuan hari ini,” ucap Domi.
Menurut dia, kehadiran bantuan beras dari Stefan Gandi bak oase di tengah gurun pasir. Aksi ini tentu merupakan pengobat jangka pendek untuk sedikit mengurangi beban yang boleh dialami petani di Lembor.
“Dari hasil pendataan, jumlah KK yang membutuhkan masih jauh lebih banyak daripada yang terdata menerima bantuan. Tentu uluran tangan satu orang tidak cukup untuk menutupi jumlah yang KK ada,” aku Domi.
Ia berharap aksi sosial dari Stefan Gandi kiranya bisa membuka mata hati elemen masyarakat yang lain, untuk turut tergerak membantu meringankan beban dan penderitaan antarsesama.
Aksi ini, kata dia, benar-benar berangkat dari rasa solidaritas yang tinggi dan dengan ketulusan hati untuk membantu sejumlah petani yang berdampak. Bantuan tersebut tentu saja tidak mungkin untuk semua petani di Lembor, mengingat terbatasnya kapasitas dan ketersediaan sembako.
Penulis: Ardy Abba