Ruteng, Vox NTT- Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Satarmese yang terletak di Desa Terong, Kecamatan Satarmese Barat, resmi mendapatkan SK izin operasional pada Senin (17/01/2022).
SK izin operasional itu diserahkan langsung oleh anggota DPRD Provinsi NTT Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Yeni Veronika kepada Kepala SMKN 1 Satar Mese Fransiskus Johoda di Kapela Gereja Wae Cepang, Desa Terong.
Kegiatan penyerahan itu dihadiri oleh Korwas Dikmen Kabupaten Manggarai Fransiskus B. Hormat, ketua MKKS Kabupaten Manggarai Wilhelmus Bastian serta disaksikan oleh Plt. Camat Satarmese Barat, tokoh masyarakat setempat, tokoh agama, tokoh adat dan beberapa perwakilan kepala sekolah tingkat SMP dan SMA se Kecamatan Satarmese Raya.
Dalam kesempatan penyampaian sambutan, Fransiskus Jehoda menyampaikan cita-citanya dalam membangun dan mengembangkan SMKN 1 Satarmese.
“Dulu pada tanggal 24 April 2021, saat saya diterima sebagai PLH di sini, saya ingat betul pada waktu itu sambutan saya 40 menit. Dan idealisme yang disampaikan pada waktu itu kira-kira rangkumannya yang pertama tentang idealisme seleksi guru, yang kedua idealisme tentang pengelolaan kurikulum kejuaraan, ketiga strategi promosi sekolah ini dengan berbagai keterbatasannya agar mendapatkan kepercayaan publik,” ujarnya.
Sejumlah idealisme tersebut menurut Jehoda, menjadi panduan bagi segenap guru dan para pengelola SMKN 1 Satarmese untuk berjalan hingga kini.
Jehoda juga menekankan tentang pentingnya kerja kolaboratif dalam rangka mewujudkan lembaga pendidikan yang maju dan unggul serta berdaya saing. Kerja kolaboratif tersebut telah menjadi harapan pemerintah, baik itu pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten.
“SD tidak bisa berjalan terpisah dengan TK PAUD, SMP tidak bisa berjalan terpisah dengan SD, SMA tidak bisa berjalan terpisah dengan SMP. Yang kita alami selama ini adalah saling mengkambinghitamkan. Itu yang menjadi keresahan banyak orang yang kemudian memberikan masukan kepada kita bagaimana konkretnya kerja-kerja kolaborasi untuk mengeroyok bersama persoalan pendidikan ini,” katanya.
Sejauh ini, lanjut Jehoda, pihaknya telah membangun komunikasi dengan sejumlah elemen dalam rangka membangun kolaborasi dalam pengembangan dan penguatan kegiatan-kegiatan akademik dan juga ekstrakurikuler.
“Saya sudah mulai melakukan penjajakan ke beberapa sekolah dan gagasannya kira-kira dalam satu tahun ada event yang kita lakukan secara kolaboratif. Event Mei dan event Oktober. Sehingga di bulan Mei pada saat bapak ibu kepala sekolah SMP sedang menyusun RKP dan RKAS itu sudah mulai dimasukkan dalam RKAS SMP agar kegiatan yang kita rancang bersama untuk Mei hari pendidikan dan untuk Oktober hari sumpah pemuda dan bulan bahasa dilakukan secara kolaboratif,” jelas Jehoda.
Selain itu, pihaknya juga berencana untuk mengirimkan siswa ke setiap homestay dan hotel yang ada di wilayah Denge dan Wae Rebo dengan formasi satu minggu satu siswa. Siswa yang diutus ke sana diharapkan untuk belajar secara langsung situasi dan kondisi yang ada di hotel dan homestay.
“Sehingga targetnya kelas 3 (XII) pada saat program PKL kita akan penuh percaya diri mengirim anak-anak kita ke laut yang lebih dalam. Demikian pun kolaborasi dengan pihak lain. Banyak hal yang kita lakukan termasuk sesama jenjang SMA-SMK,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Jehoda juga menjabarkan tentang potensi wisata di wilayah Satarmese pada umumnya. Potensi tersebut menurut Jehoda, perlu dikaitkan dengan keberadaan SMKN 1 Satarmese sehingga bisa dipikirkan langkah yang dilakukan oleh lembaga pendidikan.
“Saya selama ini menyampaikan kepada teman-teman guru dan siswa bahwa pariwisata Satarmese ke depan adalah harus menguasai laut dan juga menguasai daratan. Bahwa pariwisata budaya dan pariwisata bahari harus menjadi kekuatan SMKN 1 Satarmese,” tambahnya.
Anak-anak SMKN 1 Satarmese, lanjutnya, harus memiliki kemampuan khusus seperti misalnya kemampuan renang. Dengan begitu, walaupun tidak ada yang bisa menduduki posisi manager di sebuah hotel, ia akan tetap bisa eksis dengan kemampuan khusus yang dimilikinya itu.
“Anak SMKN 1 Satarmese kuncinya menguasai laut dan daratan. Kalaupun tidak ada yang bisa membangun hotel di suatu saat dan tidak bisa menjadi manajer tapi paling tidak dengan keterampilan renang dan menyelam bisa menjadi guide bahari. Dan ini bukan sesuatu yang irasional tetapi betul-betul dibutuhkan di lapangan,” tuturnya.
Jehoda juga memaparkan tentang pentingnya meningkatkan kualitas dan kompetensi para pendidik dan pengajar di SMKN 1 Satarmese. Kualitas output menurut dia, sangat ditentukan oleh kualitas yang dimiliki oleh lembaga pendidikan seperti kualitas para guru.
Dalam kaitan dengan kualitas para guru ini, pihaknya telah memiliki konsep besar agar guru-guru bisa melakukan kegiatan magang di sejumlah tempat. Sehingga, pengalaman dan kemampuan para guru bisa ter-update sesuai dengan tuntutan perkembangan yang terjadi.
Senada dengan Kepsek Jehoda, Anggota DPRD Provinsi NTT Fraksi PAN Yeni Veronika mengisahkan tentang awal mula munculnya SMKN 1 Satarmese. Menurutnya, agenda itu muncul saat dirinya melakukan reses di sana pada akhir Maret tahun 2020 yang lalu.
“Permintaan untuk mendirikan sekolah SMK ini memang membutuhkan waktu yang cukup panjang dan tentunya ini merupakan permintaan dari tokoh masyarakat melalui reses saya pada 22 Maret 2020 lalu. Waktu itu saya tindaklanjuti melalui laporan yang diteruskan kepada Pemprov,” ujar istri almarhum Deno Kamelus itu.
Ia kemudian mengharapkan agar sekolah tersebut menjadi lembaga pendidikan yang melahirkan generasi muda teladan dan bermutu sehingga bisa bersaing dengan generasi-generasi lain di luar Manggarai.
“Untuk mencapai sekolah yang bermutu tentu tidak mudah, sarana ataupun prasarana harus lengkap, sumber daya gurunya harus baik, kesejahteraan gurunya harus terjamin, pemerataan dalam pendidikan juga harus ada, relevansi bidang studi itu harus ada. Kepala sekolah harus mempunyai link atau relasi yang seluas-luasnya agar bisa mendatangkan dana atau apa saja yang dibutuhkan oleh sekolah ini dalam rangka untuk berkembang menjadi sekolah yang baik, berkualitas dan teladan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, Yeni juga menekankan tentang pentingnya inovasi, semangat persatuan dan kesatuan dalam rangka mewujudkan SMKN 1 Satarmese yang bermutu.
“Kepala sekolah tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Ia butuh kerjasama dengan para guru, Dinas Pendidikan, Korwas maupun DPR. Bekerjasamalah untuk menjadikan sekolah ini menjadi berkualitas dan teladan,” tambahnya.
Ia juga menekankan tentang pentingnya mengedepankan prinsip kerja profesionalitas dalam dunia pendidikan. Sehingga, kualitas lembaga pendidikan tersebut benar-benar sesuai dengan harapan semua pihak.
Terpisah, Korwas Dikmen Kabupaten Manggarai Fransiskus B. Hormat menjelaskan tentang kekuatan SMKN 1 Satarmese yakni pada kemampuannya untuk kerja sama. Dalam durasi waktu yang singkat, berbagai tahapan mulai dari penyerahan tanah hingga sampai pada penerimaan SK Izin Operasional, berhasil dilewati karena kerja sama semua pihak berjalan dengan baik.
Ia kemudian mengharapkan agar kerja sama tersebut terus menerus dipupuk agar lembaga pendidikan yang berlokasi dekat dengan potensi wisata Wae Rebo itu bisa bermutu sesuai kemauan semua pihak.
Ia juga mengharapkan agar sejarah berdirinya sekolah tersebut harus didokumentasikan dengan baik sehingga bisa dikisahkan dengan mudah kepada setiap generasi ke depannya.
“Saya juga berharap agar pelaku sejarah yang berjuang untuk sekolah ini jangan hilang begitu saja,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua MKKS Kabupaten Manggarai Wilhelmus Bastian menyampaikan rasa bangga atas diterbitkannya SK Izin Operasional oleh Pemerintah Provinsi NTT.
Ia mengharapkan agar kurikulum di sekolah tersebut bisa disinkronkan dengan kebutuhan industri. Materi-materi yang diajarkan di sekolah pun bisa sejalan dengan kebutuhan industri.
“SMK itu wajib mensinkronisasi kurikulum, penyesuaian kurikulum dengan industri. Kenapa? Ada banyak materi-materi yang diajarkan di sekolah sudah tidak sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Maka, mau tidak mau, mulai dari kepala sekolah serta guru-guru atau tenaga kependidikan wajib sinkronkan kira-kira kompetensi apa yang dibutuhkan di industri,” jelasnya.
“Yang kedua, mendatangkan guru tamu dari industri. Menghadirkan orang Ayana, Jayakarta, dari biro perjalanan di Labuan Bajo datang ke sini supaya anak-anak mendengarkan langsung bagaimana sebetulnya, apa kompetensi yang dibutuhkan di industri,” tambahnya.
Penulis: Igen Padur
Editor: Ardy Abba