(Oleh: Kristoanus Pratama Putra Halley)*
Chammorow Premuzic seorang Psikolog Organisasi (an organizational psychologist) dalam salah satu artikenya menggagas adagium singkat mengenai sikap seorang pemimpin di tengah realitas krisis.
Baginya sorang pemimpin yang cakap di tengah gempuran badai ialah pemimpin yang mampu tampil dengan kompetensi diri, kebesaran jiwa dan integritas yang matang.
Tampak bahwa gagasan Premuzic semacam menampilkan gaya eironia terhadap realitas kepemimpinan dunia modern. Gambaran regresi nilai-nilai kepemimpinan dengan segala macam problem yang terjadi mengindikasikan sebuah bentuk cacat dalam wajah kepemipinan dunia modern.
Krisis pandemi Covid-19 menjadi badai di tengah abad ke-20 yang melanda seluruh dunia termaksud Indonesia. Paruh Juni 2021 menjadi saat yang paling genting bagi Indonesia untuk menyikapi badai pandemi Covid-19.
Semua segmen kehidupan masyarakat dilanda situasi koma. Para petinggi negara dengan cakapnya berjuang menyuarakan semangat memerangi wabah pandemi Covid-19.
Namun tanpa dimungkiri wajah ambigu turut memboncengi masa-masa badai, krisis pandemi Covid-19. Hal ini tergambar secara nyata dalam sikap absurb para pemimpin di tengan situasi genting.
Berbagai permasalahan mulai muncul dari kalangan para petinggi negara. Sebut saja berbagai pristiwa “tidak senonoh” yang dilakonkan para pemimpin publik: korupsi bantuan sosial (bansos) untuk penangan Covid-19, suap pekerjaan infrastruktur di Kabupaten Kutai Timur, suap izin pembanguan rumah sakit di Cimahi-Jawa Barat, korupsi benih Lobster (CNN Indonesia, CNN Indonesia.com, 2021) sikap para pemimpin yang kurang koperatif, rekayasa atau manipulasi data sosial Covid-19, problem angina rebut vaksinasi Covid-19, bentrok antara kepala daerah dan bawahannya berkaitan dengan penerapan aturan berbasis protokol Covid-19 serta perilaku personal beberapa kepala daerah yang memancing rasa prihatin publik seperti tindakan Bupati Lampung yang asik berpesta ria tanpa mengindahkan protokol kesehatan (Alissa Wahid, Kompas, 2021).
Banyak pakar kepemimpinan dan manajemen menilai bahwa situasi badai pandemi Covid-19 mengekspos berbagai hal mengenai ironi kepemimpinan dan manajemen, terutama pada sektor-sektor kepemimpinan publik.
Berbagai nilai-nilai dasar dalam kepemimpinan mulai dikesampingkan demi mencapai tujuan-tujuan pribadi.
Warna bonum commune dalam sebuah komunitas organisasi mulai luntur dengan ambisi pribadi yang mengatasnamai kepentingan umum.
Realitas ketimpangan dalam wajah kepemimpinan di tengah badai menuntut sebuah bentuk usaha transformatif dalam menghidupi spirit-spirit dasar kepemimpinan.
Langkah transformatif secara inse harus berlandaskan pada spirit dasar yang menjiwai sebuah kepimpinan. Spirit kepemimpinan (geist leadership) sebagai landasan transformatif kepemimpinan memampukan setiap pemimpin untuk membentuk corak kepemimpinan yang adaptif, sejalan dengan kondisi yang sedang dihidupi atau dihadapi dalam sebuah komunitas.
Langkah transformatif untuk menghidupi kembali jiwa dan semangat dasar kepemimpinan menjadi tinjauan konstruktif bagi para pemimpin di tengah gempuran badai, krisis Covid-19.
Bahasan dalam tulisan ini hendak membaca gaya kepemimpinan di tengah badai, secara lebih mengerucut hendak melihat bagaimana usaha seorang pemimpin dalam menjawabi krisis pandemi Covid-19.
Jiwa dan spirit-spirit kepemimpinan menjadi titik acuh untuk lebih jauh menghidupi langkah konstruktif seorang pemimpin di tengah gempuran badai Covid-19.
Membaca Kepemimpinan di Indonesia
Kartasasmita melihat kepemimpinan sebagai aspek signifikan dalam kehidupan setiap bangsa.
Gagasan Kartasasmita memberi aksentuasi pada poin utama kepemimpinan sebagai promotor maju dan mundurnya kesejahteraan masyarakat dalam sebuah negara.
Di mana kehidupan bonum commune dalam suatu bangsa ditentukan oleh gerak kebijakan seorang pemimpin. Lebih jauh dalam tataran ini lokus kepemimpinan berpusat pada sebuah bentuk instrumen yang sangat penting dalam segala segmen kehidupan berbangsa untuk semakin jauh menentukan arah dan kemajuan bangsanya, sebagimana yang telah diamanatkan dalam konstitusi negara.
Basis kepemimpinan sendiri sangat lekat dengan gaya kepemimpinan sebab gaya kepemimpinan memiliki korelasi yang erat dengan kualitas interaksi dinamis antara seorang pemimpin dan masyarakat.
Ada semacam integritas yang bersinergi antara pemimpin dengan komponen-komponen yang dipimpinnya.
Berkaitan dengan bentuk dinamis kepemimpinan Indonesia, seorang pemimpin dapat menjadi otoriter dan individulis. Sebaliknya seorang peminpin bisa saja menjadi pribadi yang demokratis dan kooperatif.
Tentunya hal ini bergantung pada bagaimana seorang pemimpin menghidupi nilai-nilai dasar kepemipinan yang berakar pada spirit hidup kebangsaanya di tengah-tengah kekuasaan, kewibawaan dan konsistensinya (Nelson Amabirita, Media Indonesia, 2018).
Gaya kepemimpinan publik Indonesia dipengaruhi oleh siapa pemimpinnya. Maksudnya bahwa model kepemimpinan yang diterapkan merupakan aktualisasi dari karakter dasar pemimpinanya.
Gambaran ini terlihat dari tipe kepemimpinan yang digunakan oleh para pemimpin negara baik dari para pemimpin pusat (presiden dan jajarannya) maupun para pemimpin daerah (gubernur, bupati, camat, desa dan jajaranya).
Negara Indonesia sendiri dalam penerapannya melandasi demokrasi sebagai basis dari jiwa kepemimpinannya.
Demokrasi yang dilandaskan pada aspek musyawarah, gotong royong, comunnio dan kerja sama menjadi wujud spirit kepemipinan Indonesia yang alamiah dan bersumber dari nilai-nilai luhur bangsa Indonesia. Di sini asas demokrasi menjadi landasan dari setiap kebijakan, keputusan dan aspirasi hidup seluruh masyarakat Indonesia.
Jiwa demokrasi menjadi pelatak dasar sistem demokrasi Indonesia yang secara praksis terjabar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di lain pihak karakter yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin turut serta menentukan laju pertumbuhan sebuah komunitas dalam hal ini memajukan kesejahteraan masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Model kepemimpinan yang diterpakan oleh seorang pemimpin publik turut memberi andil dalam membentuk kesejahteraan hidup komunitasnya.
Seorang pemimpin yang cakap adalah pemimpin yang sungguh-sungguh menghidupi spirit-spirit dasar kepemimpinan sebagai bagian dari dirinya sendiri serta menjadi landasan dalam setiap manajemen yang diterapkan.
Badai Pandemi Covid-19
Salah satu defenisi klasik dari pandemi ialah penyebaran penyakit dari orang ke orang secara masif dan cepat. Defenisi ini merejuk pada bentuk endemi global yang terjadi di semua daerah ataupun di wilayah yang luas dan melintasi batas internasional.
Donaldson sendiri melihat aspek klasik dari defenisi pandemi yang meliputi imunitas populasi, viriologi maupun keparahan penyakit. Lewat konteks semacam ini, pandemi dapat dikatakan sebagai bentuk penyebaran penyakit yang masif di seluruh belahan dunia (Regina Satya Wiraharja, 2020).
Semenjak Desember 2019, Virus Corona menjadi pokok pembahasan terkini di kalangan masyarakat.
Virus Corona menjadi pandemi global yang terjadi secara masif dan memberi dampak terhadap seluruh segmen kehidupan manusia. Berbagai relitas kemerosotan turut memboncengi wajah pandemi Covid-19.
Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organization) melaporkan bahwa Virus Corona berkembang secara masif dari waktu ke waktu dengan kuantitas jumlah korban jiwa yang berkembang pesat.
Berdasarkan hasil kajian data, pandemi Virus Corona sampai saat ini menyebar di 210 negara di berbagai belahan dunia termaksud Indonesia (Kantor Komunikasi Publik, Unpad.com, 2020).
Data terakhir yang dipulikasikan oleh Humas BNPB menampilkan sebanyak 2925 kasus, dengan pelapor kasus tertinggi berasal dari Provinsi DKI Jakarta.
Dengan penambahan kuantitas jumlah kasus Covid-19 (2925) kasus, total keseluruhan kasus Corona di Indonesia sejak Maret 2020 hingga Januari 2022 berjumlah 4.286.378 kasus (Timdetikcom, detiknews, 2022).
Proses mutasi Virus Corona memberi tekanan yang cukup besar terhadap kondisi masyarakat di seluruh belahan dunia. Indonesia sendiri, gempuran badai Covid-19 menjadi tantangan multidimensi yang berpengaruh terhadap lajur-lajur kehidupan masyarakat.
Ekonomi Indonesia dilanda badai pasang surut pandemi Covid-19. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampikan bahwa Indonesia sudah dan sedang mengalami masa resesi ekomonomi.
Lebih jauh gambaran tentang resesi ekonomi Indonesia dipengaruhi oleh dua dalil situasi yakni masih tingginya penularan Covid-19 yang menyebabkan mobilitas masyarakat rendah sehingga ekonomi lesu serta respons terhadap penanganan Covid-19 yang kurang cepat (Siti Aripurnami, Media Indonesia, 2021).
Di lain pihak realitas regresi dalam dunia pendidikan dan kesehatan turut membayangi wajah badai pandemi Covid-19.
Gambaran mengenai situasi-situasi yang ada dan sedang menimpah wajah bangsa Indonesia hendak membahasakan bahwa pemerintah dan seluruh komponen masyarakat Indonesia hidup dalam realitas krisis baik dalam sektor ekonomi, sosial, kesehatan maupun politik. Model Kepemimpinan di Indonesia dalam Realitas Badai Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 menjadi bencana global, di mana dalam realitasnya telah memporak-porandakan kehidupan masyarakat dunia termaksud Indonesia.
Segala aspek kehidupan manusia, mulai dari sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, pembangunan, sosial dan politik demokrasi harus beradaptasi dengan konsep kebiasaan dan tatanan baru (new normal) pandemi Covid-19.
Berhadapan dengan tatanan baru, bentuk demokrasi politik perlu diterapkan secara baru dengan sifat yang situasioanal. Maksudnya bahwa berbagai arah kebijakan yang diterapak oleh para pemimpin publik harus berjalan simetris dengan situasi krisis pandemi Covid-19.
Dikaji dari sudut pandang politik demokrasi, realitas badai pandemi Covid-19 semacam meletakan sebuah ujian bagi para pemimpin. Pemimpin yang cakap dan berkualitas diharapkan mampu tampil saat situasi badai seperti ini.
Kualitas dalam dirinya sendiri memiliki ciri utama; kemampuan berinovasi, memiliki kreativitas tinggi dan kemampuan untuk menghadapi krisis (ability to deal with crisis).
Sebagimana yang digagaskan oleh Adjie Suradji dalam artikelnya “Pemimpin di Masa Krisis Pandemi Covid-19” menekankan aspek kecakapan seorang pemimpin di masa krisis.
Diperlukan seorang pemimpin yang cakap dan progresif untuk menjadi pemimpin di masa krisis, sebab permasalahan di masa pandemi ini membutuhkan respon yang cepat dan tepat berdasarkan prioritas dalam batasan efektifitas kerja.
Secara aktual praksis kepemimpinan di masa pandemi menampilkan wajah yang cukup memprihatinkan.
Muncul berbagai polemik besar berkaitan dengan ketimpangan demokrasi dalam berbagi kebijakan yang diretapkan.
Di samping itu media secara masif melaporkan berbagai data kasus korupsi yang terjadi selama masa pandemi.
Sungguh, ketimpangan yang terjadi menggambarkan secara implisit wajah kepemimpinan yang cacat di masa badai. Di lain pihak krisis keteladan juga turut mewarnai berbagai figure pemimpin baik pusat maupun daerah.
Sebut saja berbagai kasus suap dana Covid-19, korupsi vaksin Covid-19, kontroversi penerapan kebijakan-kebijakan berbasis protokol kesehatan dan pengabaian terhadap aturan berbasis protokol kesehatan oleh para pejabat publik seperti tindakan berjoget ria yang dilakukan oleh Bupati Lampung Barat dan oleh para pejabat pemerintahan di Kabupaten Malaka (Marthen Bara, Timexkupang.com, 2021).
Kepemimpinan yang Cakap: Transformasi Ideal Kepemimpinan dalam Menjawabi Badai Covid-19
Berbagai bentuk transformasi turut memboncengi laju pertumbuhan Covid-19 yang masif. Perubahan terjadi dalam segala segmen kehidupan masyarakat, baik dalam tatanan kehidupan sosial, kesehatan maupun demokrasi dan politik.
Perubahan-perubahan yang ada menjadi semacam umpan balik dari badai Covid-19 yang terjadi. Di sini gambaran destruktif dan regresi turut memboncengi laju pertumbuhan pandemi Covid-19 dari waktu ke waktu.
Perubahan-perubahan dalam hidup masyarakat Indonesia memberi warna baru dalam tatanan hidup berbangsa dan bernegara, secara eksklusif terhadap aspek hidup bersama.
Nilai dari masing-masing perubahan memberi takaran terhadap laju pertumbuhan bangsa dalam membangun sebuah kemajuan peradaban di tengah krisis pandemi Covid-19.
Tanpa dimungkiri bahwa krisis pandemi Covid-19 menerobos jantung kehidupan demokrasi dan politik Indonesia. Perubahan dalam tatanan demokrasi lewat model kepemimpinan yang diterapkan serta kebijakan yang ditetapkan menjadi bentuk feed back terhadap situasi krisis yang sedang terjadi. Di sini wajah demokrasi lewat model kepemimpinan yang dihidupi memberi markah konstruktif terhadap sutuasi krisis pandemi Covid-19. Bayang-bayang destruktif dalam dunia kepemimpinan di tengah krisis menuntut suatu bentuk tindakan transformatif yang cakap dan ideal. Maksudnya bahwa situasi yang ada menuntut kecakapan dalam menyikapinya; bagimana menerapkan model kepemimpinan yang cakap dan ideal di tengah gempuran krisis Covid-19.
Salah satu kunci keberhasilan dalam mengatasi krisis pandemi Covid-19 adalah kepemimpinan yang tangguh.
Model kepemimpinan yang tangguh terarah pada sikap hidup, cara pikir dan cara tindak yang mampu menjawabi inti dari problem yang terjadi. Sebagimana tangggapan yang diberikan Agus Harmono menganai pentingnya kepemimpinan di tengah pandemi Covid-19.
Agus menggagas sebuah aspek dasar tentang kepemimpinan yang tangguh sebagai penentu terhadap optimalisasi potensi serta kolaborasi untuk menjawabi krsis pandemi Covid-19.
Lebih jauh spirit dasar kepemimpinan (fuhrungs geist) menjadi landasan mendasar menghidupi model kepemimpinan yang cakap di tengah pandemi.
Secara lebih sederhana spiritualitas kepemimpinan nyata dalam tindakan-tindakan aktual yang mampu menjawabi problem yang terjadi. Sikap seorang pemimpin terhadap krisis pandemi Covid-19 menjadi hal utama yang harus dihidupi.
Gambaran tentang model solidaritas yang aktual, sikap hidup yang demokratis, sederhana, peka, mampu membangun persatuan, persaudaraan serta teladan hidup yang biak menjadi wujud tindakan praktis yang harus dihidupi oleh seorang pemimpin.
Poin transformasi konstruktif dalam model-model yang aktual ini menjadi salah satu cara untuk menerobos situasi badai pandemi Covid-19.
Model kepemimpinan yang cakap dan ideal menjadi gambaran corak kepemimpinan yang peka terhadap problem-problem yang terjadi dalam tubuh bangsa. Berlandaskan pada tujuan dan spirit dasar kepemimpinan, seorang pemimpin menjadikan dirinya sebagai pelayan bagi semua orang.
Lewat tutur kata, cara pikir dan bertindak seorang pemimpin menampilkan integritas dirinya yang utuh sebagai seorang pemimpin.
Problem krisis Covid-19 yang menerpa Indonesia menuntut suatu kecakapan yang tepat sasar dari para pemimpin Indonesia.
Maksudnya bahwa para pemimpin menunjukan model kepemimpinan yang baik dan ideal yang mampu menjawabi setiap persoalan yang menimpa masyarakat dan tubuh bangsa Indonesia.
Sikap pemimpin yang cakap dan berakar pada spirit dasar kepemimpinan menjadi promotor untuk bertindak di tengah krisis Covid-19.
Bentuk konstruksi terhadap wajah kepemimpinan yang cakap di tengah realitas Covid-19 harus berakar pada sikap-sikap dasar kepemimpinan.
Sikap-sikap dasar sebagai basis dari kepemimpinan harus aktual dan praksis, menyentuh realitas yang sedang terjadi.
Di sini seorang pemimpin harus mampu menjadi promotor bagi setiap anggotanya untuk menunjukan sikap yang baik, penuh tanggung jawab, peduli, aktual serta efisien terhadap setiap persolan yang memboncengi tatanan kehidupan bersama.
Berkaitan dengan hal ini, para pemimpin Indonesia hendaknya menjadi pemimpin yang cakap, tangguh membangun ketahanan diri dan komunitas, mampu memberikan jalan keluar, solusi serta teladan hidup untuk menjawabi krisis pandemi Covid-19.
Kebijakan yang ditetapkan harus kondusif dan aktual, menyentuh substansi kehidupan masyarakat serta memiliki citra konstruktif untuk mencapai tujuan bersama; kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Transformasi Wajah Kepemimpinan: Membangun Resistansi Bangsa di Tengah Badai
Pandemi Covid-19 di Indonesia berbenturan secara langsung dengan segala aspek kehidupan masyarakat. Benturan-benturan yang terjadi menimbulkan indikasi degradasi dan krisis dalam tubuh bangsa Indonesia.
Berbagi krisis yang terjadi memberi gambaran lebih lanjut dari efek yang ditimbulkan dari pengaruh pandemi Covid-19. Demokrasi dalam wajah pemerintahan dan kepemimpian menjadi salah satu segmen yang harus diperhatikan dalam menjawabi badai pandemi Covid-19.
Gaya pemerintahan, model kepemimpinan dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan memberi aksentuasi terhadap kecakapan bangsa Indonesia dalam menyikapi problem Covid-19.
Di samping membangun kecakapan di tengah realitas kritis, model pemimpin yang cakap mampu memberi kontribusi dalam membangun resistansi bangsa di tengah gempuran pandemi global Covid-19.
Model kepemimpinan di tengah pandemi covid-19 adalah model kepemimpinan yang cakap, ideal dan kontekstual.
Maksudnya bahwa seorang pemimpin harus mampu menjawabi substansi dari persoalan yang sedang terjadi dalam tubuh bangsa Indonesia.
Pemimpin yang demokratis, solidaritas, mampu membangun kesatuan dan keutuhan, mempunyai kebijaksannan serta resistansi diri yang cakap dan memberi teladan hidup yang baik menjadi model kepemimpinan transformatif yang harus dihidupi di tengah pandemi Covid-19.
Hal ini lebih jauh hendak menampilkan wujud transformasi konstruktif dalam tubuh kepemimpinan Indonesia dalam artian yang lebih sempit serta bagi seluruh bangsa Indonesia dalam artian yang lebih luas.
Dengan demikian, membangun corak kepemimpinan yang cakap di tengah gempuran krisis Covid-19 memberi warna konstruktif bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan ketahanan hidup berbangsa dan bernegara di tengah situasi badai serta sebagai jalan untuk semakin matang dalam membangun kesejahteraan hidup bersama (bonum commune).
*) Ito Halley. Mahasiswa. Tinggal di Unit Yosef Wairpelit, Ledalero-Maumere.