Internasional, Vox NTT- Adolf Hitler, pemimpin Nazi Jerman, dikenal sebagai salah satu tokoh pembunuh dalam sejarah. Rezimnya, yang dikenal sebagai Third Reich, membunuh sekitar 17 juta warga sipil, lapor Statista.
Hitler menargetkan homoseksual, difabel, dan kelompok etnis seperti Slavia dan Roma. Namun, kelompok yang paling banyak ditargetkan adalah penduduk Yahudi, dan pada tahun 1945, dua dari setiap tiga orang Yahudi Eropa telah dibunuh.
Selain menargetkan warga sipil, Hitler juga menghasut Perang Dunia II, yang merenggut sedikitnya 15 juta nyawa di pihak Sekutu dan Poros.
Meskipun tragedi mematikan ini terkenal di dunia, yang kurang diketahui adalah fakta menyeramkan dan mengerikan tentang kepribadian Hitler dan rezim Nazi yang melukiskan potret kejahatan sejati.
Dari fakta bahwa Hitler membantu merencanakan pembunuhan salah satu sahabatnya hingga fakta bahwa tahanan kamp konsentrasi dipaksa untuk mengucapkan “Ich Danke”—alias “Saya berterima kasih”, saat mereka disiksa, berikut adalah beberapa detail yang kurang diketahui, yang menunjukkan sifat mengerikan dari Third Reich.
1. Hitler dan Nazi menggunakan rambut korbannya untuk berbagai keperluan
Ketika para tahanan dibawa ke kamp konsentrasi, rambut mereka dicukur. Berdasarkan tulisan The New Yorker, rambut mereka akan ‘dibersihkan’ di atas krematorium kamp dan kemudian dikumpulkan menjadi bal. Dari sana, rambut tersebut dipintal menjadi benang dan digunakan untuk membuat tali kapal, mengisi kasur, dan bahkan membuat tali peledak untuk bom.
Benang berbahan dasar rambut ini juga digunakan untuk membuat pakaian bagi pasukan Nazi. Benang sering digunakan dalam kaus kaki untuk petugas yang ditempatkan di kapal selam, sebagai pelapis seragam, dan sebagai bahan untuk sepatu bot dalam cuaca dingin.
2. Nazi menyiksa sambil meminta para tahanan kamp konsentrasi untuk menyanyi dan menari
Hitler tidak hanya melakukan penyiksaan secara fisik di kamp konsentrasi Nazi, tetapi juga penyiksaan psikologis. Salah satu contoh yang paling menyayat hati adalah memaksa pekerja tahanan untuk menyanyi dan menari sebagai bentuk hiburan bagi para penjaga, seperti yang tertulis dalam jurnal “Music and Torture in Nazi Sites of Persecution and Genocide in Occupied Poland” yang diterbitkan tahun 2013.
Dalam jurnal tersebut, seorang mantan tahanan mengingat bagaimana Nazi memaksa perempuan untuk bernyanyi, sementara para Nazi sibuk mengeksekusi sejumlah laki-laki, banyak di antaranya adalah teman dan keluarga mereka sendiri.
Lagu menjadi ritual harian sebagai bagian dari panggilan masuk di sore hari. Para tahanan akan diminta bernyanyi dan menari setelah menyelesaikan tugas-tugas seperti membersihkan darah dari dinding kamar gas atau memilah-milah pakaian orang Yahudi yang sudah tewas.
Parahnya, banyak lagu yang dibuat khusus untuk para narapidana, dan menyertakan lirik yang mengolok-olok nasib mereka dengan cara yang kejam. Salah satunya ‘lagu kebangsaan’ Treblinka, sebuah kamp pemusnahan yang menewaskan sekitar 925.000 orang Yahudi dan jumlah tawanan perang Polandia, Roma, dan Soviet yang tak terhitung jumlahnya.
3. Hitler dan Nazi menargetkan anak-anak
Umumnya, anak-anak dianggap sebagai anggota masyarakat yang paling tidak bersalah dan tidak berdaya, tapi Nazi tidak malu menyiksa dan membunuh bayi, balita, dan anak-anak. Lebih buruk lagi, anggota rezim sebenarnya menargetkan anak-anak.
Ada dua alasan keji di balik kebijakan tersebut. Yang pertama adalah bahwa anak-anak menghabiskan sumber daya dan tidak bisa diandalkan atau dijadikan sebagai pekerja, dengan demikian, Nazi tidak dapat mengambil keuntungan dari pemenjaraan mereka.
Yang kedua adalah bahwa Nazi terobsesi untuk menciptakan ras master Arya, dan oleh karena itu, anak-anak yang bukan ras arya harus dimusnahkan. “Anak-anak merupakan ancaman khusus bagi rencana Nazi untuk memusnahkan orang-orang Yahudi, karena jika mereka bertahan hidup, mereka akan tumbuh menjadi orangtua generasi baru orang Yahudi,” jelas The Holocaust Encyclopedia.
Akibatnya, anak-anak sering kali menjadi kelompok tahanan pertama yang dijatuhi hukuman mati di kamp. Perempuan hamil atau usia subur diperlakukan sama dan sering dikirim ke kamar gas terlebih dahulu sebagai bagian dari proses ‘seleksi’ Nazi.
4. Hitler dan Nazi menjunjung tinggi perlindungan hewan
Faktanya, Nazi Jerman memberlakukan sejumlah besar undang-undang hak-hak hewan dan bahkan mendirikan salah satu konferensi internasional pertama tentang perlindungan hewan, seperti yang dijelaskan Psychology Today.
Sekolah-sekolah Jerman memiliki kurikulum yang berfokus pada perlakuan manusiawi terhadap hewan, dan peneliti medis sangat dibatasi untuk menggunakan hewan dalam pengujian. Sementara itu, para ilmuwan di kamp konsentrasi justru dapat melakukan eksperimen kepada manusia tanpa masalah.
Partai Nazi adalah badan pemerintahan pertama di dunia yang mengesahkan undang-undang untuk memastikan bahwa hewan yang digunakan dalam film tidak diperlakukan dengan buruk, dan penyalahguna hewan dijatuhi hukuman hingga dua tahun penjara jika terbukti bersalah.
Selain itu, Hitler secara terbuka mengakui dalam autobiografinya “Mein Kampf” bahwa dia akan memberikan sebagian makanannya kepada tikus jika mereka lapar. Sulit untuk memahami bagaimana Hitler dan rezim Nazi bisa mencemaskan etika pacuan kuda, namun cukup kejam dengan membunuh manusia.
5. Hitler lebih memprioritaskan membunuh orang Yahudi daripada menyelamatkan Jerman
Salah satu fakta paling mencolok dari Perang Dunia II adalah bahwa Hitler memprioritaskan untuk membunuh orang Yahudi dan tahanan lain di kamp konsentrasi daripada kemungkinan menyelamatkan Jerman.
Nazi telah mengalihkan pasukan dan sumber dayanya dari garis depan untuk melaksanakan “solusi akhir” dan terus memusnahkan tahanan sambil menderita kekalahan demi kekalahan di medan perang.
Hitler dan pejabat Nazi lainnya mengambil langkah bahwa kebencian mereka terhadap orang Yahudi dan orang yang tidak diinginkan mengalahkan keinginan mereka untuk menang dalam keputusan yang benar-benar kejam dan jahat.
Tidak bisa dibayangkan bagaimana nasib mereka yang menerima kekejaman Hitler dan Nazi pada masa Perang Dunia II. Semoga hal ini bisa menjadi pelajaran bagi siapapun bahwa memanusiakan manusia harus dijunjung tinggi, tak peduli apa ras atau golongan mereka.
Sumber: IDN Times