Internasional, Vox NTT- Sebuah video menunjukkan prajurit Azov di Ukraina mengolesi peluru-peluru yang akan mereka gunakan dengan lemak babi.
Peluru-peluru itu disebut akan digunakan untuk melawan pasukan Muslim Chechnya yang dikerahkan membantu Rusia dalam invasi militernya ke Ukraina
Seperti dilansir Al Jazeera, Selasa (1/3/2022), petempur Azov merupakan unit militer infanteri sukarelawan beraliran sayap kanan jauh, yang merupakan kelompok ultra-nasionalis yang dituduh menyembunyikan ideologi neo-Nazi dan supremasi kulit putih.
Petempur Azov pertama kali bertempur bersama militer Ukraina dalam konflik melawan separatis pro-Rusia di wilayah Ukraina bagian timur tahun 2014 lalu, dan sejak saat itu dimasukkan ke dalam Angkatan Bersenjata reguler.
Video yang menunjukkan aksi petempur Azov mengancam pasukan Chechnya itu diunggah ke Twitter oleh Garda Nasional Ukraina. Namun Al Jazeera belum bisa memverifikasi secara independen keaslian video tersebut.
Dalam video itu, seorang pria yang diduga salah satu petempur Azov tampak mencelupkan peluru ke dalam apa yang terlihat seperti lemak babi, sembari dia berbicara kepada pasukan Chechnya.
“Saudara-saudara Muslim yang terhormat. Di negara kami, Anda tidak akan masuk surga. Anda tidak akan diizinkan masuk surga. Silakan pulang. Di sini, Anda akan menghadapi kesulitan. Terima kasih untuk perhatian Anda, selamat tinggal,” ucap pria dalam video tersebut.
Diketahui bahwa meski telah terintegrasi ke dalam militer resmi Ukraina, para petempur Azov dilaporkan masih terus mengenakan lencana Wolfsangel yang dulu dipakai oleh sejumlah divisi Nazi pada era Perang Dunia II.
Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut kehadiran unit semacam itu di dalam militer Ukraina, sebagai alasan melancarkan apa yang disebutnya ‘operasi militer khusus’ Rusia.
“Untuk mendemiliterisasi dan mende-Nazifikasi Ukraina,” ucap Putin saat mengumumkan invasi ke Ukraina.
Militer Rusia dalam konferensi pers juga mengklaim bahwa ‘batalion Nazi’ menjadi bagian signifikan dalam perlawanan terhadap serangan mereka.
Pada Sabtu (26/2) lalu, pemimpin wilayah Chechnya, Ramzan Kadyrov, yang juga sekutu Putin menyatakan bahwa para pejuang Chechnya telah dikerahkan ke Ukraina dan mendorong warga Ukraina menggulingkan pemerintahan mereka.
Sumber: Detik.com