Internasional, Vox NTT- Wali, begitu penembak jitu alias sniper asal Prancis-Kanada itu dikenal. Dia tiba di Ukraina pada Rabu (9/3) waktu setempat.
Pria ini salah satu fenomena di dunia, khususnya di kalangan para penembak jitu.
Dia lebih dikenal sebagai orang Kanada karena merupakan bagian dari Royal 22e Regiment, pasukan infanteri angkatan darat Kanada.
Tak banyak informasi tentang Wali, tetapi berbagai sumber menyebutkan dia bertugas dua kali dalam perang Afghanistan selama operasi di Kandahar.
Julukan Wali dia dapatkan antara tahun 2009 dan 2011, saat mulai membunuh lusinan musuh dengan senapannya di Afghanistan.
Pada 2015, Wali dikabarkan pergi ke Irak sendirian untuk memerangi ISIS.
Sebagai bagian dari unit elit JTF-2 (pasukan khusus Kanada), Wali adalah anggota dari kelompok sniper dengan rekor pembunuhan jarak jauh, 3.540 meter.
Mengapa Wali begitu dikenal di dunia Barat?
Begini. Penembak jitu yang ‘good’ cenderung mendapatkan sekitar 5-6 pembunuhan per hari.
Penembak jitu yang ‘great’ membunuh sasarannya antara 7-10 orang per hari. Itulah mereka kelompok elite penembak jitu yang berada di kelas yang berbeda.
Wali masuk kategori penembak jitu yang mana? Sumber menyebutkan saat produktif Wali bisa membunuh 40 orang musuhnya per hari. Rekor yang mengerikan. Itulah yang membuat Wali menjadi legenda di kalangan militer dunia.
Jadi, setelah Presiden Ukraina Volodymir Zelensky mengimbau tentara asing bergabung dalam perang melawan Rusia, Wali tidak ragu-ragu ikut dalam bagian kontingen Kanada.
Ada banyak penembak jitu hebat di seluruh dunia, tetapi sangat sedikit yang terkenal dan lebih suka tetap anonim.
Ketika pers mengendus kedatangan Wali ke Ukraina untuk membunuh tentara Rusia, hal itu pun menjadi viral.
Selain sebagai penembak jitu, Wali juga ahli komputer.
Wali tak mau nama aslinya terungkap, tetapi dia tidak takut menunjukkan wajah terbilang ganteng itu media.
Dalam sebuah wawancara dengan CBC News, Wali mengatakan hanya berniat untuk membantu Ukraina.
“Mereka sangat senang memiliki kami. Saya ingin membantu mereka. Sesederhana itu. Saya harus membantu karena ada orang di sini yang dibombardir hanya karena mereka ingin menjadi orang Eropa dan bukan orang Rusia,” katanya.
“Seminggu yang lalu saya masih memprogram (komputer). Sekarang, saya mengambil rudal antitank di gudang untuk membunuh orang sungguhan. Itulah kenyataannya. Istri saya menentang ide ini, dan itu adalah bagian tersulit dari keputusan. Anda bisa membayangkan apa yang dia katakan dan bagaimana dia berpikir,” imbuhnya.
Sumber: jpnn