Kefamenanu, Vox NTT- Sidang perombakan alat kelengkapan dewan yang digelar DPRD TTU, Kamis (28/04/2022), diwarnai berbagai aksi menegangkan.
Sidang itu memilih 3 Ketua Komisi, Ketua Badan Kehormatan DPRD, serta Bapemperda. Terpantau, sidang diwarnai hujan interupsi sejak awal dibuka dan aksi walkout oleh Anggota DPRD TTU Fabianus Alisiono.
Selain itu, sidang yang baru dimulai pukul 14.00 Wita itu juga diwarnai dengan deadlock-nya pemilihan Ketua Komisi II DPRD TTU.
Hujan interupsi atas jalannya sidang yang dipimpin langsung oleh Ketua DPRD TTU Hendrik Frederik Bana itu berawal dari kekecewaan 3 fraksi lantaran sidang dimulai tanpa kehadiran mereka. Ketiganya yakni Fraksi Gerindra, Indonesia Sejahtera serta Ampera.
Padahal mereka sudah meminta untuk menunda sidang beberapa menit. Hal itu lantaran 3 fraksi tersebut masih melakukan pertemuan terbatas. Sayangnya, tidak diindahkan oleh pimpinan DPRD.
Hujan interupsi terus berlanjut lantaran permintaan para anggota DPRD agar sidang di-skorsing sementara waktu untuk dilakukan perbaikan dokumen juga tidak diindahkan.
Situasi kian memanas saat pembacaan komposisi fraksi-fraksi.
Saat pembacaan komposisi Fraksi NasDem, Paulinus Efi langsung melakukan interupsi dan protes yang cukup keras. Hal itu lantaran dirinya secara tiba-tiba diganti dari posisi sebagai Ketua Fraksi NasDem.
Protes yang tidak diindahkan kemudian membuat Paulinus Efi sempat membanting mic.
Situasi semakin memanas saat pembacaan susunan Fraksi Gerindra. Dalam susunan tersebut posisi Ketua Fraksi Gerindra masih ditempati oleh Fabianus Alisiono.
Padahal, Partai Gerindra telah menyurati pimpinan DPRD TTU agar komposisi diubah dengan ketua fraksi dipimpin oleh Yasintus Usfal.
Aksi protes dan permintaan klarifikasi yang tak kunjung diindahkan membuat anggota DPRD TTU Fabianus Alisiono memilih meninggalkan ruang sidang.
Bahkan Fabianus sempat mengancam akan membuat laporan polisi lantaran merasa Fraksi Gerindra disabotase.
Aksi protes dan walkout yang dilakukan anggota tak membuat ketua DPRD TTU Hendrik Frederik Bana bergeming. Ia terus melanjutkan sidang.
Saat pemilihan ketua Komisi I, kondisi berjalan lancar.
Hingga kemudian disepakati ketua Komisi I dipimpin oleh Hilarius Ato dari Fraksi Hanura. Saat pemilihan di Komisi III pun situasi tidak terlalu memanas.
Hasil pemilihan kemudian berakhir dengan ditetapkannya Yoseph Nube dari Fraksi NasDem sebagai Ketua Komisi III.
Namun situasi yang cukup menarik dipertontonkan saat pemilihan ketua Komisi II.
Di mana dalam pemilihan tersebut 4 fraksi yakni Golkar, PKB, NasDem dan Hanura mengusung Theodorus Tahoni sebagai ketua Komisi.
Sementara Fraksi Gerindra, Ampera dan Indonesia Sejahtera malah mengusung Paulinus Efi yang berasal dari Fraksi NasDem sebagai ketua Komisi II.
Diusungnya Paulinus sebagai ketua Komisi membuat hasil perolehan suara berakhir imbang. Paulinus mendapatkan 4 suara dan Theodorus juga memperoleh 4 suara.
Meski dilakukan 2 kali lobi, ketiga fraksi tetap bersikukuh pada keputusannya. Hingga akhirnya diputuskan dilakukan skorsing untuk pemilihan ketua Komisi II hingga setelah libur lebaran.
Anggota DPRD TTU Arifintus Talan kepada wartawan mengakui deadlock tersebut terjadi lantaran tidak ada kesepakatan dalam pemilihan ketua Komisi II.
Hasil pemilihan berakhir imbang di mana dari 8 anggota, 4 di antaranya memilih Theodorus Tahoni sebagai Ketua Komisi II.
Sementara 4 lainnya menyatakan sikap mendukung Paulinus Efi sebagai Ketua Komisi II.
“Sebagai Sekretaris FIS (Fraksi Indonesia Sejahtera) saya cukup menyesalkan kondisi ini, saya melihat ini merupakan skenario dari kelompok tertentu agar Pemilihan bisa berakhir deadlock,” tandas Politisi PKS itu.
Arif melanjutkan, keputusan yang diambil Fraksi Gerindra, Indonesia Sejahtera dan Ampera untuk mendukung Paulinus Efi dari Fraksi NasDem sebagai Ketua Komisi II merupakan sesuatu yang luar biasa.
Pasalnya, baru pertama kali terjadi fraksi-fraksi bersepakat untuk mengusung anggota DPRD dari fraksi lain untuk menjadi Ketua Komisi.
Padahal anggota DPRD tersebut sendiri malah tidak dianggap oleh fraksinya sendiri.
“Saya melihat dengan kondisi ini menunjukkan bahwa di tubuh Fraksi NasDem sendiri tidak solid sehingga anggotanya harus diusung oleh fraksi lain untuk menjadi Ketua Komisi,” tandasnya.
Ketua DPRD TTU Hendrik Frederik Bana kepada wartawan mengaku kondisi yang terjadi dalam pemilihan AKD tersebut merupakan sebuah dinamika yang lumrah terjadi.
Sehingga dengan jeda waktu yang ada, kata dia, dimungkinkan untuk dibangun komunikasi yang baik antarfraksi sehingga bisa diperoleh kesepakatan bersama.
“Perbedaan itu hal biasa, ini hal lumrah yang tidak bisa kita hindari,” tuturnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba