Ruteng, Vox NTT – Petugas Puskesmas Reo, Kecamatan Reok, Manggarai, NTT merawat Orang Gangguan Jiwa (ODGJ) dengan penuh rasa tanggung jawab dan pantang menyerah.
Mereka pun harus “berdarah-darah” di lapangan demi kesembuhan para penderita hingga harus rela dikejar, dicaci, diludahi maupun dilempar.
Semangat mereka dalam merawat ODGJ tak pernah mundur selangkah di tengah minimnya fasilitas. Sebab bagi mereka ODGJ sudah semestinya mendapat perlakuan sama sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Mulai dari pakaian, makanan, tempat berteduh hingga perawatan merupakan hak yang harus didapat oleh seorang penderita ODGJ di tengah kompleksitas persoalan yang terus terjadi. Tak terkecuali obat-obatan.
Seperti yang dilakukan petugas Puskesmas Reo bersama Lurah Wangkung dan RT/RW setempat pada Senin (13/6/2022). Mereka turun langsung ke lapangan melakukan kunjungan rumah dan memberi obat untuk BYE, penderita ODGJ asal Sengari.
Pemberian obat itu dilakukan untuk mendeteksi kondisi ODGJ dalam kaitannya dengan tingkat gangguan jiwa yang diderita, melakukan pemberdayaan keluarga guna mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi penderita.
Melkisedech Nestor Fortunatus selaku penanggung jawab ODGJ wilayah binaan Reo bersama Kepala Puskesmas Serafia S. Genok dan petugas kebidanan Merlin Jehuman sukses mendeteksi BYE. Di situ ada warga yang turut membantu memperlancar proses pemberian obat.
Saat itu juga semua bersepakat agar BYE tidak dipasung dengan berbagai alasan dan pertimbangan sisi hak asasi. Sebab hal tersebut juga dianggap menambah derita ODGJ.
BYE pun diberi obat-obatan dan makanan serta beberapa peneguhan batin.
Ayah BYE dan warga setempat menyambut baik atas tanggung jawab moril dari Puskesmas Reo dan berharap agar penderita ODGJ itu cepat sembuh.
Mengobati ODGJ memang butuh waktu yang cukup lama. Prosesnya pun panjang karena harus melewati beberapa tahapan.
Perjuangan Melki, sapaan akrab Melkisedech Nestor Fortunatus selaku penanggung jawab ODGJ patut diacungkan jempol. Suka dukanya di lapangan merawat berbagai tipikal ODGJ sejak tahun 2018 sudah menjadi motivasi untuk sebuah kesembuhan.
Berbekal semangat baja pantang menyerah Melki mengurus ODGJ satu per satu di wilayah binaanya yang meliputi 4 kelurahan dan 6 desa.
Dari total 33 ODGJ di Kecamatan Reok, ada 5 ODGJ yang sudah dinyatakan sembuh berkat tangan dingin Mantri yang satu ini.
Menurutnya, mengurus ODGJ merupakan upaya yang gampang-gampang susah sebab harus bisa beradaptasi langsung dengan si penderita, mengenal karakternya, mengikuti kemauannya dan mampu berinteraksi secara intens.
Berbagai trik dilakukan Melki agar bisa masuk dalam dunia ODGJ. Namun ada yang cepat berhasil dan ada juga yang membutuhkan proses panjang.
Pertama kali saat mendekati ODGJ Melki dituntut untuk mengenal sifat, membujuk, merayu hingga harus menerima apapun resikonya.
Trik awal yang dipakai Melki dalam mengobati ODGJ, yakni dengan cara mencari dan mengetahui lebih dulu siapa orang dekat atau tetangga yang biasa akrab dengan ODGJ. Ketika sudah ada maka petugas bisa masuk dalam fase pra interaksi dan fase interaksi.
“Pra interaksi maksudnya begini, sebelum kita dekatin ODGJ kita tanya ke masyarakat apakah ada ODGJ atau tidak, kalau ada yah di mana tempatnya. Setelah itu baru masuk ke fase interaksi, di mana kita langsung berhubungan dengan si penderita entah itu secara face to face maupun lewat bantuan orang ketiga,” jelas Melki.
Lalu kemudian fase kontrap. Pada fase itu Melki dituntut untuk menjalin hubungan saling percaya dengan si penderita dan membangun komunikasi intens tanpa sebuah pengingkaran.
Setelah itu masuk pada fase terakhir, yakni fase terminasi atau pengobatan.
Betapa sulitnya Melki melewati fase-fase ini bersama ODGJ. Namun ia tetap tabah dan memahami bahwa itu merupakan sebuah resiko profesi yang harus ia hadapi.
Kendati tidak punya hubungan keluarga dengan ODGJ, suka duka Melki di lapangan lahir dari rasa prihatin dan tanggung jawab moril yang harus ia jalani selagi masih dipercaya.
Ia berharap, perjuangan ini juga menjadi motivasi awal bagi kesembuhan BYE.
Di samping suka duka Melki juga terselip doa seorang ayah yang berharap kepada Tuhan agar anaknya cepat sembuh dari ganguan jiwa.
“Saya berharap BYE cepat sembuh dari gangguan kejiwaannya. Mudah-mudahan tangan dingin petugas mampu mengatasi segalanya. Hati seorang ayah tidak tega jika anaknya terus berlama dalam kondisi ini,” tutur Wensislaus Alen selaku ayah BYE dengan mata berkaca-kaca.
Wensislaus memang kerap dibuat gamang akibat ulah anaknya BYE yang sangat meresahkan warga. Namun sebagai ayah ia hanya menganggap itu sebagai cobaan hidup yang harus ia pikul selama anaknya masih dalam kondisi seperti itu.
Wensislaus mengaku pernah membayar ganti rugi buah kelapa orang yang dipanjat dan dibuang percuma oleh Bergita. Ia terpaksa mengeluarkan gocek pribadi dari hasil keringatnya sebagai petani demi membayar ganti rugi kepada pemilik kelapa.
Ulah lain juga pernah dilakukan BYE, ia pernah memangkas buah pisang milik warga, memecahkan piring hingga makan makanan babi. Karena itu, Wensislaus dan istrinya hanya bisa berdoa dan pasrah kepada Tuhan.
Di tengah kehimpitan ekonomi, Wensislaus hanya bisa menaruh kepercayaan penuh kepada Melki selaku petugas yang merawat langsung penderita ODGJ.
“Saya tidak punya uang cukup untuk merawat anak saya ini. Uang yang saya miliki dari hasil jerih payah sebagai petani hanya untuk membiayai makan minum kami sekeluarga, tidak cukup membiayai Bergita sampai ke pengobatan tertinggi, sehingga jalan satu-satunya hanya bisa doa dan berharap penuh pada petugas semoga anak saya cepat keluar dari gangguan ini,” ungkap Wensislaus sembari meneteskan air mata dengan pakaian lusuh di badan.
Lurah Wangkung, Agustinus Rudi Gunardi juga berharap penuh kepada petugas ODGJ Puskesmas Reo agar Bergita Yolvia Elsi cepat disembuhkan tanpa dipasung.
Ia juga berjanji akan setia mendampingi BYE selama proses pengobatan dan mendukung penuh upaya yang dilakukan oleh Puskesmas Reo.
Kegiatan pengobatan ODGJ merupakan kegiatan lintas sektor yang juga membutuhkan peran pemerintah setempat, mulai dari Lurah, Dusun sampai RT/RW dan masyarakat setempat.
Karena itu, ia bersama RT/RW akan mendata dan mengidentifikasi seluruh warga, baik yang masih waras maupun ada dugaan ODGJ baru, sehingga bisa menjalani pengobatan.
“Selaku pimpinan wilayah saya punya tanggung jawab moril untuk warga Sengari. Ke depan kami akan melakukan pendataan dan terus mendampingi kegiatan Puskesmas Reo,” kata Lurah Wangkung sembari berharap BYE cepat sembuh melalui tangan dingin Melki.
Kontributor: Berto Davids
Editor: Ardy Abba