Juli dengan Hujannya
Oleh: Biata Mariani Mida
Kabut tak kunjung pergi
Cakrawala merengek dalam kegelapan
Resah dan gelisah terus saja menghantui
Apakah yang akan terjadi?
Apakah semesta sedang bercanda?
Aku pikir tidak juga
Dia hanya memberi syarat akan kisah selanjutnya
Kota dingin,
Kembali ku menyapa
Diselimuti mendung dan awan hitam pekat
Aku masih menunggu
dengan sejuta kisah dan kerinduan
Ah ya sudahlah….
Antara Aku, Hujan dan Alam
Selamat sore kota dingin,
Kembali ku menyapa
Ku berjalan melewati pepohonan hijau nan lebat
Dipayungi hujan mencoba untuk berteduh
Kicauan burung nan merdu,
Aroma hujan turun masih tercium segar
Kota dingin,
Kembali ku menyapa
Di antara bentangnya hamparan bunga
yang mekar ditengah taman
Aku berjalan menelusuri setapak yang
cukup sempit nan panjang
Berada di antara,
Aku berjalan seorang diri
Menyatu dalam suasana kota dan hawa dinginnya
Menyelimuti suasana hati yang begitu teduh
Di bawah cakrawala aku berpijak
Menatap ke arah sang pemilik alam
Aku takjub dengan iringan musik melow
Ah soreku dihiasi hujan…
Halusinasi
Malam yang dingin,
membuat jiwaku bergetar
Aku termangu
meringkuk dalam keheningan malam
mencoba untuk tetap sadar
Namun, mataku terasa berat sekali
Sandaran mulai kurasakan,
ketika tarikan selimut membuatku meleleh
dalam dekapan malam
Empuknya bantalan kapuk,
membuat kepalaku enggan untuk beranjak
Ahahah… lucu sekali…
Inikah yang namanya Rebahan?
Rela bertahan tanpa kepastian
Ahahaha… lucu sekali…
Mungkin jika diterawang lebih dekat,
Dinding kamarku tertawa
iya, dia menertawakanku
“kamu gila” ujarnya
Sindiran keras itu jatuh dalam jiwa ini
Kursi kayuku bisu
Dia hanya diam mematung
Sementara selimut dan bantalan kapukku
terus meninabobokan jiwa yang hampa ini
Diam dalam keheningan,
berharap malam yang sunyi segera berlalu….