Kupang, Vox NTT – Tim Wisata Rohani Flores Lembata (Wiro Floresta) yang menjadi program Pengurus Kaum Bapak Sinode (PKBS) Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) telah mengakhiri perjalanannya di kota terakhir, di Pulau Flores, yakni Ende, Selasa (02/08/2022).
Perjalanan Tim Wiro Floresta yang dilakukan Kaum Bapak GMIT pimpinan Roddialek Pollo itu dimulai sejak 28 Juli, dan telah menyambangi Kaum Bapak di wilayah Kabupaten Lembata, Flores Timur, Sikka, Bajawa, dan terakhir di Ende.
Di Ende, rombongan Wiro Floresta PKBS GMIT bertemu dengan Uskup Agung Ende, Mgr Vincentius Sensi Potokota. Saat itu, Uskup Agung Ende didampingi Vikjen, Rm. Yosep Daslan dan Sekjen Yohanes Stefanus Lando.
Sementara Kaum Bapak GMIT, hadir Dr. Roddialek Pollo (Ketua PKBS GMIT), Haris Oematan (Sekretaris PKBS GMIT), Pdt. Melkisedek Sniuth, MTh (Ketua Majelis Klasis Flores), Pdt Godfrid E. Soan, S.Si.Teol (Ketua Majelis Jemaat Syalom Ende), Pdt Petrus Tameno, M.Th (Sekretaris UPP Pemuda dan Kaum Bapak MS GMIT), Pdt Hawa Kaseh, S.Th (Sekretaris UPP Fungsional dan Operasional MS GMIT), Pdt Dorkas Sir, M.Si (Sekretaris UPP Kategorial MS GMIT), Bobby Watik (Korda Wilayah Flores dan Flores Barat PKBS GMIT), 27 orang PKBS GMIT, dan lima orang panitia lokal dari GMIT Ebenhaezer Ende.
Dalam pertemuan penuh kekeluargaan itu, Ketua PKBS GMIT, Roddialek Pollo menyampaikan maksud dan tujuan dari kegiatan Wiro Floresta, yakni sebagai sarana penguatan dan persekutuan Kaum Bapak lingkup Sinode, Klasis, dan Jemaat.
Akademisi Undana yang akrab disapa Oddi Pollo ini menjelaskan bahwa Tim Wiro Floresta telah memulai perjalanan dari Kupang sejak 28 Juli dengan kapal laut, dan mendarat di Larantuka lalu menuju Lembata, kembali melanjutkan perjalanan ke Maumere, Bajawa, dan berakhir di Ende.
Dalam kegiatan wisata rohani ini, Oddi Pollo menyatakan bahwa PKBS dalam program kerjanya mendorong bapak-bapak untuk aktif bergereja melalui program Gemage atau Gerakan Masuk Gereja.
“Program ini dilakukan karena bapak-bapak paling susah masuk dan aktif di gereja,” ungkap Oddi Pollo.
Selain itu, lanjut Oddi, ada juga program Gesapundak atau Gerakan Sayang Perempuan dan Anak-anak.
“Ini dilakukan dengan menyadari bahwa banyak sekali pelaku kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak adalah laki-laki bahkan bapak-bapak,” urai Oddi.
Wisata Rohani ini, lanjut Oddi, juga menjadi sarana membangun dan mengembangkan pelayanan gerejawi bersama dengan Klasis dan PKB Jemaat.
“Hari ini, merupakan sukacita khusus bagi kami bisa bertemu dengan Bapak Uskup Agung Ende, kiranya ada kerja-kerja bersama dengan Klasis Flores dan secara khusus GMIT Syalom Ende,” harap Oddi Pollo dalam pertemuan bersama Uskup Mgr. Sensi Potokota.
Sementara itu, Uskup Mgr. Sensi dalam kesempatan tersebut mengatakan, dirinya sudah lama mengenal GMIT dengan baik. Terutama dalam kebersamaan dengan Ibu Merry Kolimon, Ketua Majelis Sinode GMIT dalam beberapa kegiatan sosial kemanusiaan.
“Terakhir itu dalam misi kunjungan TKI/TKW di Hongkong, menyapa warga kita di Hongkong, terutama terkait pelayanan kemanusiaan,” ungkap Mgr. Sensi.
Uskup Mgr. Sensi juga mengaku sangat gembira karena adanya perjumpaan dengan PKBS dan GMIT Syalom Ende.
“Perjumpaan seperti ini harus menjadi semangat kita dalam merajut kebersamaan,” ungkap Uskup Mgr. Sensi.
Uskup Agung Ende mengatakan, pergumulan gereja saat ini terkait dengan meningkatnya angka perceraian di Gereja Katolik.
Karena itu, lanjut Uskup, pihak Gereja Katolik aktif menggempur dengan memberi penguatan rohani kepada umat, mulai dari anak kecil hingga orang dewasa.
Hal lain yang disinggung Uskup Mgr. Sensi dalam pertemuan itu adalah terkait persoalan stunting.
Menurut Mgr. Sensi, pihak Keuskupan Agung Ende (KAE) sudah melakukan kerja sama dengan BKKBN untuk bekerja melawan stunting.
“Kedepannya kita harus terus menjalin kerjasama antargereja. Sejarah tidak boleh menjadi kendala kebersamaan kita. Di Paroki Kota Ende, ada kebiasaan bertukar mimbar Katolik dan Kristen dengan menggunakan media FKUB. Perjumpaan lintas agama perlu terus ditingkatkan. Terima kasih sudah mengunjungi Keuskupan Agung Ende,” ucap Mgr. Sensi.
“Banyak perjumpaan kita karena peduli pada persoalan kemanusiaan dan kesejahteraan umat,” pungkas Mgr. Sensi.
Penulis: Tarsi Salmon
Editor: Ardy Abba