Oleh: Markus Makur
Koordinator Relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa NTT di Manggarai Timur
Kamis, sekitar pukul 13.00 Wita, kami sekeluarga menyapa satu pasien yang sedang dalam perawatan medis dengan rutin konsumsi obat. Pasien itu diduga mengalami gangguan kesehatan mentalnya.
Pasien itu, kami menyapa sebagai saudara atau saudari berasal dari Kabupaten Ngada, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Pasien itu didampingi oleh keluarganya bersama Pater Avent Saur, SVD, Ketua KKI Peduli Sehat Jiwa NTT dan Om Roy, yang mengendarai mobil.
Om Roy melayani dengan setulus hati dengan mengendarai mobil. Sebagaimana dikabarkannya bahwa Om Roy ini pernah magang di Jepang.
Kami sekeluarga sudah menunggu kedatangan mereka di rumah.
Sebelumnya, kami sekeluarga telepon dari Pastor Avent, SVD, biasa disapa oleh anggota KKI dan umat yang dilayaninya di wilayah Provinsi SVD Ende.
Setiba di rumah di Kompleks Mabakou, Kelurahan Watunggene, Kecamatan Kota Komba, kami memberi salam kekeluargaan.
Menyalami mereka satu persatu saat masuk di pintu rumah. Kami persilahkan mereka duduk di kursi tamu di ruangan tamu.
Sebagaimana biasa, kami sangat bahagia dikunjungi, disapa Pastor Avent Saur, SVD. Dua anak kami penuh gembira menyambut kedatangan Pater Avent, biasa disapa.
Pater Avent, SVD adalah seorang Imam Katolik dari kongregasi Serikat Sabda Allah yang didirikan oleh Santo Arnoldus Janssen.
Pater Avent, SVD mengabdikan diri dengan melayani orang-orang terlantar yang menderita gangguan jiwa di tanah Flores dan Nusa Tenggara Timur.
Ia melayani orang yang derita gangguan kesehatan mental di 9 Kabupaten di tanah kaya Flores, yakni dari Kabupaten Lembata sampai di Kabupaten Manggarai Barat dan juga belum lama ini melayani sesama saudara dan saudari yang menderita gangguan kesehatan mental di tanah Pulau Timor.
Kurang lebih hampir 8 tahun, ia melayani warga yang sakit dari berbagai latar belakang suku dan agama. Sebab, menurut saya, sakit tidak mengenal suku dan agama. Setiap manusia yang rapuh pasti mengalami penderitaan. Berjalan bersama dengan penderitaan fisik yang rapuh.
Ia belajar filsafat dan Teologi di Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) dan kini sudah berubah menjadi Institute Filsafat Teknologi Kreatif (IFTK) Ledalero di Kabupaten Sikka sekaligus pusat pendidikan calon Imam Katolik di Pulau Flores.
Ini sudah sekian kali saudara dan saudari yang derita sakit singgah di rumah. Ini merupakan berkah bagi kami sekeluarga.
Kami sekeluarga selalu bahagia menyambut kedatangan mereka yang sedang melakukan perjalanan ke Kota Ruteng untuk dirawat di Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng. Syukur tiada batas.
Kembali ke peristiwa perjumpaan dengan pasien dan keluarga mendampinginya. Kami menyuguhkan minuman kopi dan kue alakadarnya.
Pasien itu tidak tenang, gelisah saat kami minum kopi. Keluarga dekat yang sangat setia melayani, merawat dan mendampingi selama ia sakit terus menjaga saat ia jalan-jalan di halaman rumah.
Bahkan membantu membersihkan air liur yang menetes dengan tisu karena efek samping dari obat yang diminumnya.
Menurut pengakuan keluarganya, kondisinya sudah agak pulih dan membaik dampak dari rutin konsumsi obat yang diberikan perawat kesehatan jiwa (Keswa) di salah satu Puskesmas di Kabupaten Ngada.
Selesai minum kopi, saya ikut bersama Pater Avent meneruskan perjalanan menuju ke Kota Ruteng. Kota Ruteng adalah Ibukota Kabupaten Manggarai.
Sebelum tiba di Kota Ruteng, kami singgah di restoran Chembos Borong untuk makan siang, boleh dibilang makan sore karena waktu itu sudah pukul 15.30 Wita.
Jarak tempuh dari Waelengga ke Borong, kurang lebih 1,5 jam dengan kendaraan roda empat. Jarak dari Waelengga-Borong kurang lebih 50 kilometer.
Saat itu kami memilih menu ikan kuah asam yang lezat hasil racikan dari pemilik restoran tersebut.
Selesai makan siang atau boleh dibilang makan sore, kami 6 orang melanjutkan perjalanan ke Kota Ruteng. Tepatnya ke
Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng untuk merawat dan memulihkan pasien tersebut.
Kami tiba sekitar pukul 18.Wita di halaman Panti Renceng Mose Ruteng. Kami disambut oleh pengelola dan penanggung jawab Panti itu, yaitu Bruder Honor dan satu rekannya dari Kongregasi Biara Caritas.
Dari Borong ke Ruteng ditempuh kurang lebih 2 jam perjalanan dengan kendaraan roda empat.
Tak lama kemudian seorang perawat datang dan menyapa kami dengan ramah dan penuh persaudaraan.
Persaudaraan lintas batas, lintas suku dan satu iman kepada Sang Penyembuh, Yesus Kristus sesuai iman Katolik yang kami imani.
Pater Avent, SVD berdialog dengan Bruder dan perawat dan selanjutnya menuju ke ruangan administrasi untuk registrasi pasien.
Mengumpulkan data riwayat deritanya oleh perawat. Saat dilangsungkan pendataan pasien, kami disuguhkan minuman kopi. Menyegarkan tubuh yang lelah dalam perjalanan jauh.
Kami sempat sharing singkat dengan keluarga dari pasien itu tentang karya pelayanan relawan KKI di Manggarai Timur.
Saat ditanya perawat, pasien itu mengeluh lidahnya kaku sehingga sulit untuk makan. Efek samping dari obat yang diminum dan juga sakit lambung.
Semua keluhan itu catat. Selesai mendata, tas dari pasien itu diambil dari mobil.
Ia bilang tolong ambil kain karena ia merasa dingin walaupun masih pakai jaket. Kita tahu bersama bahwa Kota Ruteng adalah Kota terdingin di daratan Pulau Flores.
Berjumpa Satu Saudara yang Pulih
Saat saya dan Om Roy duduk di halaman teras Panti Renceng Mose Ruteng, Kamis, (20/10/2022). Tiba-tiba dari dalam ruangan memanggil saya.
Yang memanggil saya adalah Pater Avent, SVD. Saya berjalan masuk ke ruangan administrasi. Saya terkejut melihat perubahan yang sangat pulih dari satu saudara asal Manggarai Timur yang duduk samping Pater Avent, SVD. Wajah cerah.
Raut wajahnya sudah pulih seperti sebelum ia sakit. Malam itu ia memakai jaket hitam, celana panjang. Saya bersyukur melihat kondisinya yang pulih. Ia menyapa saya ” selamat malam Om. Saya menjawab “selamat malam” apa kabar. Dia balik menjawab kabar baik. Lalu, ia persilahkan saya duduk disampingnya. Saya, dia dan Pater Avent, SVD.
Kami bertiga ngobrol santai. Saya bertanya masih main gitar dan menyanyi. Ia jawab “iya. Saya biasa menghibur sesama saudara dan saudari yang sedang dirawat di sini (maksudnya Panti Renceng Mose Ruteng).
Selanjutnya, ia bercerita, disini bagus Om, kami biasa kerja. Kerja bersih ruangan kami masing-masing. Dan beberapa kerja lain yang dibimbing oleh Bruder. Kami rutin olahraga dan minum obat.
Kemudian ia pamit karena jam makan malam sudah tersedia serta aturan minum obat untuk malam hari. Ia bilang ” permisi om dan Pater. Saya ke ruangan makan untuk makan malam. Bruder sudah panggil untuk makan malam dan minum obat,”. Saya dan Pater serentak menyahut, baik.
Saya mendengar kabar dari pihak Panti Renceng Mose Ruteng bahwa saudara itu sudah pulih dan akan diantar pulang ke keluarganya di salah satu kampung di Manggarai Timur.
Kisah Pasien yang Pulih
Saudara yang di rawat di Panti Renceng Mose Ruteng selama kurang lebih 4 bulan, sebelumnya dipasung di dalam rumah karena derita gangguan kesehatan mental. Sekian tahun ia dipasung.
Pertama, pasung dua kakinya, kemudian dipasung kaki satunya karena ia sudah mengalami perubahan, pulih dan membaik.
Relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) mencatat bahwa hampir 9 kali mengunjunginya, mengadvokasi keluarganya. Bahkan, sejumlah orang baik juga mengunjunginya dan memberikan bantuan sosial.
Bantuan gitar, baju dan sembilan bahan pokok. Dokter dan para medis juga rutin memeriksa kesehatannya selama ia dipasung.
Inisiatif bongkar pasung atas permintaan mamanya kepada Pater Avent, SVD, Ketua Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa (PSJ) NTT dan relawan KKI Manggarai Timur.
Setelah dibongkar pasungnya dibawa ke Panti Renceng Mose Ruteng untuk dirawat kesehatannya. Bersyukur ia sudah pulih.
Saat bongkar pasung 4 bulan lalu, hadir anggota Komunitas Cenggo Inung Kopi Online (CIKO) Manggarai Timur, Frumensius Fredrik Anam, biasa disapa Mensi Anam, relawan KKI, Ambrosius Adir, biasa disapa Rosis Adir, Krispinus Lois Gonzales, biasa disapa Guru Lois dan juga seorang guru SMAN 3 Borong bersama keluarganya.
Pater Avent, SVD saat bincang-bincang di perjalanan, Kamis, (20/10/2022) menjelaskan, waktu saudara yang pulih itu diantar bersama mama dan keluarga.
Setiap pasien yang hantar ke Panti Renceng Mose Ruteng harus didampingi keluarga terdekat untuk memberikan penguatan kepada anggota keluarga yang sedang mengalami penderitaan dan pengobatan di panti tersebut.
“Ini sudah kesekian kali pasien di Pulau Flores dihantar untuk dirawat ke panti. Ada dari Kabupaten Ende, dan hari ini satu pasien dari Kabupaten Ngada. Kita berbuat saja, biarkanlah Tuhan sendiri yang memulihkan dan menyembuhkan sesama saudara yang kita layani.Kita berbuat sesuai kemampuan. Kita berdoa secukupnya. Biarkanlah Tuhan yang kita imani memulihkan dan menyembuhkan manusia yang percaya kepadanya,” jelasnya.
Menyambut Anak Hilang Selama 4 Bulan yang Kembali ke Tengah Keluarga
Senin (24/10/2022), sekitar jam 10.15 Wita, kendaraan dari Panti Renceng Mose Ruteng yang menghantar saudara yang pulih tiba di depan setelah dirawat di panti tersebut.
Di dalam kendaraan itu, ada Bruder Honor, saudara yang pulih ditambah dengan satu Frater, dan dua karyawan dari panti. Saya menyambut kedatangan mereka di kendaraan itu, sebuah gitar milik saudara yang pulih ditaruh bagian belakang.
Saya menginformasikan kepada Bruder bahwa ada ritual adat penyambutan oleh tua-tua adat di paan (pintu masuk halaman rumah).
Semua mereka turun dan juga saudara yang pulih berada diantara Bruder. Selanjutnya, ada 4 tua adat yang melaksanakan ritual kepok dengan tuak dan seekor ayam jantan.
Tua adat yang sudah ditentukan oleh Kepala Desa Bangka Kantar dan keluarga besar membawakan ritual dengan menggunakan bahasa daerah setempat. Seusai ritual kepok, satu botol tuak dan satu ekor ayam jantan diserahkan kepada Bruder Honor.
Saat itu Kepala Desa Bangka Kantar juga berdiri bersama tua adat untuk menyambut kedatangan rombongan dari Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng.
Selanjutnya, Bruder Honor menyampaikan terima kasih atas penyambutan dengan ritual adat. Selanjutnya, rombongan dari Panti berjalan menuju ke rumah orangtua saudara yang pulih.
Saudara yang pulih disambut dengan air mata oleh mamanya yang berdiri dipintu masuk rumah. Rasa terharu. Mamanya memakai kain songke serta baju yang sangat layak untuk menyambut kedatangan putranya. Dilanjutkan bersalaman dengan rombongan. Semua keluarga terharu dengan peristiwa langka tersebut.
Berikutnya, saya persilahkan rombongan duduk di kursi yang sudah disiapkan keluarga. Sementara saudara yang pulih masuk ke rumah dan disambut nenek perempuannya yang duduk dilantai dirumah tersebut.
Nenek perempuan memeluk saudara yang pulih dan mereka dua menangis. Dilanjutkan dengan anggota yang merasa bersyukur atas kesembuhan dari saudara mereka.
Satu persatu anggota keluarga memberikan salaman dan memeluk saudara mereka yang sudah pulih, berwajah cerah, berpakaian rapi dengan memakai celana panjang levis.
Warga di desa itu serta para tetangga sudah duduk di kursi. Satu persatu perwakilan dari Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, pengelola Kesehatan Jiwa Puskesmas Peot sudah tiba duluan, perwakilan dari Kecamatan Borong. Dan juga Kepala Desa Bangka Kantar.
Kemudian Wakil Bupati terpilih, Siprianus Habur juga tiba di kampung tersebut. Wakil Bupati sangat rapi dengan pakaian batiknya. Pokoknya berwibawa sebagai pemimpin daerah. Aura kepemimpinan sangat bersinar ditengah teriknya sinar matahari pada siang tersebut.
Sosialisasi Kesehatan Jiwa
Pembawa acara dari Pemerintah Desa Bangka Kantar menyapa Wakil Bupati, Bruder Honor, Kepala Desa, dan warga yang habir dengan sapaan penuh kekeluargaan. Tema sosialisasi hari ini ” Membongkar stigma sosial dan Diskriminasi Terhadap ODGJ”.
Acara sosialisasi Kesehatan Jiwa (Keswa) dibuka secara resmi oleh Kepala Desa Bangka Kantar, Mendik Rawan. Ia menyapa saudara yang pulih, Wakil Bupati, pejabat dari Pemda Manggarai Timur, rombongan dari Panti Renceng Mose Ruteng dan warganya.
“Kita semua bersyukur atas peristiwa pemulihan dan kesembuhan dari saudara kita yang sudah berada ditengah-tengah keluarga dan warga tetangga. Kedepannya, kita terus memperhatikan saudara kita ini dan dia sudah sehat seperti kita,” jelasnya.
Koordinator Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur, Markus Makur mengisahkan karya pelayanan serta kunjungan rumah kepada saudara yang pulih.
Dalam catatan buku harian KKI sudah 9 kali mengunjungi saudara ini saat masih dipasung dua kakinya ditengah rumah. Saat pertama kali mengunjungi saudara ini, pertama-tama yang ada dalam hati dan pikiran adalah rasa terharu. Terharu melihat saudara ini dipasung.
Bruder Honor, Penanggung Jawab Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng, Senin, (24/10/2022), mengungkapkan, ketika saya masuk di Desa Bangka Kantar sangat berbeda peristiwa di tempat lain.
“Kami sangat diterima dan disambut dengan ritual adat. Disambut penuh bahagia keluarga dan warga setempat,” ungkapnya.
Bruder Honor menjelaskan, pelayanan di Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng sangat Inklusi, melibatkan pasien dan semua pihak. Bersikap adil dengan sesama anggota keluarga dan pasien.
Penyatuan yang mesra. Tidak jaga jarak dengan pasien yang sudah pulih. Penanganan obat bagi pasien disebut obat suasana hati, membuat pasien sehat, semangat dan memulihkan.
“Kita menyambut anak yang hilang selama 4 bulan dari tengah-tengah keluarga dan kini kembali berada ditengah keluarga,” jelasnya.
Bruder Honor menjelaskan, pasien FS bisa pergi belanja di Pasar Ruteng. Dan tidak lupa jalan pulang. Itu tanda-tanda pemulihan dan kesembuhan. FS juga sering menghibur sesama pasien di Panti.
Bruder Honor mengingatkan keluarga bahwa kambuh dari sakit ini akan lebih parah dari sebelumnya. Untuk itu rawatlah dan beri perhatian sebagai anggota keluarga.
Berikan hak dia sebagai anggota keluarga. Melatih mental. Menyadari kemampuannya. Jangan menyerah dan harus tetap beraktivitas.
“Keluarga harus bertanggung jawab untuk mengingatkan pasien untuk minum obat.
Tim Tangguh ODGJ dan Pengelola Kesehatan Jiwa (Keswa) Puskesmas Peot, Maria Goreti Silviani Gage menjelaskan, bulan oktober tiap tahun merupakan bulan peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.
Data di Pengelola Keswa Puskesmas Peot ada 24 ODGJ. Dari 24 pasien, ada 9 orang pasung. Dan kini sudah 7 pasien sudah bebas pasung. Tinggal 2 pasien yang belum lepas pasung. Yang 5 orang bebas pasung tanpa di rawat di Panti Renceng Mose Ruteng.
Kami menyebut mereka sahabat yang bebas pasung. Bahkan ada satu penyintas sehat jiwa sudah aktif di channel youtube. Menciptakan lagu dan menjadi penyanyi. Pemulihan sahabat penyintas sehat itu dengan menjaga situasi dan perasaan. Ajak pasien berbicara, beraktivitas di dalam rumah. Intinya rutin minum obat. Puskesmas Peot memiliki Poli Kesehatan Jiwa. Wilayah pelayanan Puskesmas Peot di 3 Desa dan satu Kelurahan. Puskesmas Peot melakukan penanganan kesehatan jiwa berbasis masyarakat.
Wakil Bupati Terpilih, Siprianus Habur mengajak warga dan anggota keluarga untuk sering lejong (berkunjung) di rumah keluarga pasien yang pulih.
“Kita semua orang sakit. Tentu dengan kondisi sakit masing-masing. Ada keluarga kita yang sakit dan dirawat berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun di rumah sakit. Kekuatan dari dalam diri untuk sembuh, kita belajar dari saudara kita ini. Mulai hari ini, kita memanggil saudara yang pulih dengan nama baru, bukan lagi memakai nama lamanya,” ajaknya.
Dokter Dedek, dari Puskesmas Peot menjelaskan,kesembuhan dari sakit gangguan jiwa bergantung pasien itu sendiri. Tidak boleh ada ungkapan masa lalunya. Kerja sama dengan komunitas KKI Manggarai Timur sangat baik di Manggarai Timur.