Borong, Vox NTT- Sejumlah warga Kampung Wunis, Desa Benteng Wunis, Kecamatan Lamba Leda Timur, Kabupaten Manggarai Timur, lebih cepat berkumpul di depan Gereja Stasi Wunis, Rabu (01/03/2023) sore.
Mereka berpakaian adat lengkap dan bersiaga untuk menyambut bakal calon Anggota DPR RI, Stefanus Gandi, yang datang pukul 18.04 Wita ke kampung itu.
Sesaat sebelum Stefanus Gandi turun dari mobilnya, sejumlah warga dengan siaga Wisi Loce Le Pa,ang Beo (membentangkan tikar di gerbang kampung). Ritus ini adalah salah satu cara menerima (Kapu) tamu dalam tradisi orang Manggarai.
Setelah Stefanus Gandi dan rombongan dipersilakan duduk di atas tikar, juru bicara adat kemudian mengucapkan selamat datang lewat ritus Kapu atau Kepok Tiba.
Kapu dalam bahasa Manggarai yang artinya ‘pangku’ dimaksudkan sebagai memangku tamu, sebagai tanda penghormatan.
Karena tamu yang beragam profesi dan dengan variasi ukuran berat badan yang berbeda, tentunya tidak mungkin itu diartikan sebagai dipangku secara harafiah.
Kapu sebagai memangku hanyalah sebuah arti kiasan bagi orang Manggarai untuk menghilangkan rasa lelah setelah tamu menempuh perjalanan panjang dan jauh.
Kapu juga dimaknai bahwa tamu telah diterima secara adat Manggarai sebagai bagian dari keluarga, yakni dengan terlebih dahulu melakukan ritual pemotongan ayam.
Setelah disambut secara adat di gerbang kampung, Stefanus Gandi dan rombongan kemudian diarahkan masuk ke dalam kapela.
Di dalam kapela, salah satu tokoh masyarakat menyampaikan bahwa pihaknya berencana untuk merehab kapela stasi itu.
Sesaat setelahnya, politisi muda Partai Amanat Nasional (PAN) itu diarahkan menuju rumah adat Kampung Wunis.
Di dalam rumah, tetua adat setempat kembali menyambut Stefanus Gandi dengan ritus Kepok.
Di depan para tetua adat Kampung Wunis, ia mengaku sangat terharu. Sebab, sepanjang 16 bulan terakhir mengelilingi Pulau Flores, Stefanus Gandi belum pernah diterima dengan ritus Wisi Loce Le Pa,ang Beo.
“Ini baru pertama kali. Di Wunis ini sangat luar biasa dan saya ucapkan limpah terima kasih atas penyambutannya,” ucap Stefanus Gandi.
Ia mengaku bangga dan memberikan apresiasi kepada para tetua adat di Kampung Wunis. Direktur Stefanus Gandi Institut (SGI) itu berharap agar beragam ritus dalam budaya Manggarai tetap dipertahankan agar bisa menjadi bahan pembelajaran bagi generasi berikutnya.
Ia pun berjanji akan sebisa mungkin memenuhi beberapa permintaan sejumlah warga Kampung Wunis, mulai dari kapela hingga rumah adat.
Stefanus Gandi sendiri memang dalam gebrakan politiknya selalu membagikan bantuan untuk pembangunan fasilitas umum seperti gereja, masjid, dan rumah adat.
Gebrakan ini menurut dia, tidak saja karena dirinya hendak maju ke Senayan, tetapi untuk mengubah pola money politics ke kepentingan umum.
“Ini bukan transaksional politik. Tapi bantuan yang saya berikan untuk kepentingan umum dan sekiranya bisa membekas,” katanya. [VoN]