Borong, Vox NTT- Dua tahun belakangan ini, tanaman pisang mati secara masif di Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur.
Tanaman pisang mati, sekitar sebulan sebelum panen.
Terpantau, setelah jantung pisang keluar dan buahnnya mulai membesar, justru daun perlahan layu dan menguning.
Semua daun pisang menguning begitu cepat, sehingga tanaman itu mati.
Padahal, sejak tunas tanaman pisang tumbuh dengan baik dan terlihat dalam kondisi sehat.
Dibuktikan dengan daun yang lebat dan berwarna hijau segar. Justru tanaman buah pisang mati, sekitar satu bulan sebelum panen.
Fenomena ini banyak dikeluhkan warga Manggarai Timur. Salah satunya Pastor Vinsensius Darmin Mbula, warga asal Benteng Jawa, Desa Tengku Leda, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.
“Pisang di Desa Tengku Leda, Lamba Leda merana karena kena penyakit,” kata Pastor Darmin kepada VoxNtt.com, Selasa (19/09/2023).
Ia mengaku, sekitar setahun belakangan ini kala pisang mati banyak warga mengeluh. Bahkan tidak hanya pisang, tanaman singkong juga kompak mati.
“Padahal ini sumber bahan makanan lokal,” pungkas Pastor Darmin.
Menurut Ketua Presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) itu, hingga kini belum ada penjelasan resmi dari pemerintah atau dinas terkait soal wabah penyakit yang menyerang tanaman pisang dan sejumlah tanaman lainnya.
Padahal masyarakat petani semakin cemas dengan kondisi ini, sebab salah satu tumpuan hidup mereka seperti pisang banyak yang mati.
“Harapannya agar pemerintah memberikan penjelasan dan penyuluhan atau arahan yang jelas dan terarah agar para petani bisa keluar dari masalah ini,” harap Pastor Darmin.
Sebenarnya bukan kali pertamanya warga mengeluhkan tanaman pisang yang mati di Manggarai Timur.
Wilibrodus Jafar, warga Kembo, Desa Golo Lijun, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, juga mengeluhkan virus baru yang menyerang pisang.
“Terkait virus ini pemerintah desa seolah-olah menutup mata. Padahal mereka tahu bahwa itu virus ada, itu yang membuat kami kecewa juga,” ujar Wilibrodus kepada wartawan di Kampung Kembo, pada akhir Februari 2023 lalu.
“Kemarin kita kena virus Covid-19 sekarang ini kena virus tanaman lagi ini berbahaya, seharusnya pemerintah cepat mengatasi persoalan ini,” imbuh dia.
Menurut Wilibrodus, pisang merupakan salah satu sektor andalan untuk menopang ekonomi masyarakat Kampung Kembo.
BACA JUGA: Warga Elar Kesal Virus Serang Pisang, Pemerintah Malah Tutup Mata
“Sekarang kami hilang penghasilan dari pisang karena pisang sekarang diserang virus,” ujarnya.
Ia mengaku bingung, sebab sampai sekarang pemerintah tidak merespons terkait virus ini. Dinas Pertanian Manggarai Timur seakan-akan terus membiarkan virus ini menyerang pisang warga.
“Musim sekarang ini kami sangat susah sekali untuk memenuhi kebutuhan keluarga, mana harga beras naik, pisang, ubi dan jagung kena virus,” kata Wilibrodus.
Hingga kini, warga setempat masih menunggu penanganan dan upaya serius dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian Manggarai Timur.
Seharusnya, lanjut dia, dinas terkait punya kepekaan dan tanggung jawab, sebab masyarakat adalah bagian terpenting dalam negara ini.
Kata dia, tanpa masyarakat negara ini tidak mungkin ada. Pemerintah seharusnya menunjukkan keberpihakan kepada masyarakat kecil.
Hancur Berantakan
Sementara itu, Sebastianus Anggal warga asal Bondei, Kisol, Kelurahan Tanah Rata, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur menegaskan, pendapatan petani dari pisang sudah mulai hancur berantakan.
Ia mengaku, kini nasib petani di wilayah itu sudah pasrah dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi karena tanaman pisang banyak yang mati.
“Kita sekarang ini khsususnya petani mengalami krisis pangan, daya beli agak menurun,” ujar Sebastianus.
Di Kelurahan Tanah Rata menurut dia, pendapatan petani dari tanaman pisang sangat luar biasa. Sebastianus sendiri misalnya, sudah menanam pisang di atas luas lahan kurang lebih empat hektare.
BACA JUGA: Arus Harapan Terpancar dari Lubang Tiang Listrik
Namun ketika wabah virus pisang merebak, hasil petani dari budi daya pisang nihil. Padahal sebelumnya, ia bisa memanen sampai 300 tandan pisang per bulannya.
“Mau makan saja sudah tidak bisa lagi. Mau makan pisang tapi tidak ada,” aku Sebastianus.
Ia pun mengkritisi kebijakan pemerintah di balik persoalan tersebut.
Menurut Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Manggarai Timur, hingga kini pemerintah tampaknya tidak fokus pada sektor pertanian.
“Sehingga kita tidak berharap penuh kepada pemerintah,” imbuh dia.
“Kita mengharapkan pemerintah, tapi sampai hari ini tidak ada respons. Untuk sementara kami belum bisa mau menanam lagi pisang karena takut virus,” tambah dia.
Koordinator Program Pertanian Berkelanjutan Yayasan Ayo Indonesia, Rikardus Roden, juga membenarkan banyak pisang mati di kebun milik Sebastianus Anggal.
“Aku bulan lalu bersama dia (Sebastianus Anggal)
ke kebun pisangnya di Bondei, Kisol. Semua (pisang) mati terserang penyakit,” aku Rikardus.
Ia mengatakan, meski pohon pisang tampak tumbuh dengan baik, namun ketika buahnya dibelah muncul warna cokelat dan dalam kondisi berair. Buah pisang pun banyak yang rusak.
“Ketika kami menanyakan beliau (Sebastianus Anggal) bagaimana mengatasinya? Kami mendapatkan jawaban bahwa belum ada langkah-langka dari pemerintah untuk mengatasi hal ini, padahal pisang menjadi sumber penghidupan masyarakat di sana,” ucap Rikardus.
Biasanya, lanjut dia, setiap minggu para petani di Kelurahan Tanah Rata menjual pisang sampai 50-an tandan. Namun sejak penyakit menyerang, para petani kehilangan sumber penghasilan mereka.
Di wilayah Watu Nggene dan Rana Kolong pun demikian. Tetapi sejauh ini menurut Rikardus, pemerintah belum melakukan semacam identifikasi, terkait penyebab pisang mati dan mencari jalan keluarnya.
“Pisang itu tidak hanya menjadi sumber pangan tetapi telah menjadi salah satu penopang ekonomi petani di sana,” tegasnya.
Harus Kaji
Anggota DPRD Manggarai Timur, Bonavantura Burhanto, meminta pemerintah setempat untuk segera melakukan kajian di balik fenomena matinya beberapa jenis tanaman komoditi dan perkebunan seperti pisang, dan lain-lain.
Bona mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur segera mengambil sampel untuk dilakukan penelitian jenis penyakit yang menyerang pisang dan tanaman lain di wilayah itu.
“Karena kalau dibiarkan, maka akan berpengaruh pada sumber penghasilan masyarakat,” ujar politisi PKB itu.
Selain itu, ia meminta Dinas Pertanian Manggarai Timur segera turun untuk melakukan sosialisasi terkiat jenis penyakitnya dan mengambil langkah konkret untuk mengatasi persoalan tersebut.
Hal senada juga disampaikan Koordinator Program Pertanian Berkelanjutan Yayasan Ayo Indonesia, Rikardus Roden yang meminta pemerintah mengatasi persoalan ini.
Caranya, kata dia, pemerintah menggandeng Perguruan Tinggi yang ada di NTT agar bisa mengidentifikasi penyakit yang menyerang tanaman warga.
“Dan kemudian mengatasinya segera. Kenapa segera, sekali lagi, kami melihat pisang tidak hanya sebagi sumber pangan, tetapi dia telah menjadi komoditi yang dijual tidak hanya di pasar lokal tetapi dijual ke Bali dan Surabaya,” ujar Rikardus.
Ia menambahkan, Presiden Joko Widodo telah mengingatkan bahwa bangsa Indonesia akan mengalami krisis pangan sebagai dampak dari Perang Rusia Vs Ukraina dan perubahan iklim.
Semestinya, tegas Rikardus, pemerintah daerah segera mengambil langkah cepat untuk mengatasi persoalan ini, sebagaimana telah diingatkan Presiden Jokowi. Salah satunya fenomena pisang mati akibat diserang penyakit.
“Kasihan juga petani kita, tidak mengetahui dengan pasti kapan pisang bisa berproduksi lagi,” imbuh dia.
Ia kembali menganjurkan pemerintah sebaiknya segera membentuk tim khusus, yang melibatkan Perguruan Tinggi, dan Lembaga Swadaya Masyarakat untuk melakukan studi tentang dampak ekonomis dari persoalan ini.
Kemudian, melakukan identifikasi terkait jenis penyakit yang menyerang dan cara mengatasinya.
“Selanjutnya, PPL dan pemerintah desa bersama tim khusus, turun ke desa-desa sentra produksi pisang,” ujar Rikardus.
Sementara itu, hingga berita ini dirilis Kepala Dinas Kabupaten Manggarai Timur Yohanes Sentis belum merespons upaya konfirmasi VoxNtt.com.
“Saya masih dalam perjalanan, mungkin malam atau esok baru saya respons,” tulis Kadis Sentis saat dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp-nya.
Penulis: Ardy Abba